Komunitas Pemusik Jalanan (KPJ) Sakato Sumatra Barat: Eksis Gaungkan Budaya Minang
BERITA JABAR NEWS (BJN), Artikel, Minggu (27/04/2025) – Artikel berjudul “Komunitas Pemusik Jalanan (KPJ) Sakato Sumatra Barat: Eksis Gaungkan Budaya Minang” ini adalah sebuah esai karya Richardo Chairat yang merupakan seorang pegiat literasi Minang dan kini tinggal Bungo, Provinsi Jambi.
Budaya merupakan identitas suatu bangsa, dan di dalamnya terdapat norma yang tertanam, menjadikan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial di lingkungannya menjadi tertata. Budaya “ndak lakang dek paneh, ndak lapuak dek hujan” tetap bertahan di tengah hiruk-pikuknya budaya asing yang datang silih berganti.

Salah satu suku bangsa yang masih memegang teguh budaya sebagai pedoman hidup bermasyarakat adalah suku Minangkabau. Sampai sekarang, budaya Minangkabau tetap hidup dan terus berproses menghadapi perubahan. Hal ini terjadi karena masyarakat Minangkabau konsisten mengamalkannya dan menanamkannya pada generasi penerus.
Generasi muda saat ini cenderung lebih menyukai hal-hal baru, seperti musik disko, tren viral di media sosial, atau gaya hidup modern. Ini menjadi tantangan bagi orang tua dan niniak mamak di Minangkabau untuk mempertahankan budaya lokal, terutama bagi perempuan. Oleh karena itu, kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk melestarikan budaya.
Salah satu cara menarik minat generasi muda agar mencintai budaya adalah melalui seni. Seni dan budaya saling berkaitan karena seni adalah ekspresi budaya yang mengandung nilai, identitas, dan sejarah. Contohnya tarian tradisional, lagu daerah, dan lainnya—tidak sekadar hiburan, tetapi juga sarana penyampaian pesan.
Selain nilai estetik, seni memiliki fungsi sosial, seperti mempersatukan masyarakat, memperkuat identitas, dan beradaptasi dengan zaman. Bahkan, seni bisa menjadi mata pencaharian jika dikelola dengan kreativitas.
Kreativitas penggiat seni perlu didukung pemerintah, baik dengan memberikan kesempatan tampil, mempromosikan karya, maupun menjelaskan filosofi di balik seni yang mereka kembangkan. Pemerintah juga dapat memfasilitasi izin bagi perorangan atau komunitas seni, terutama yang bergerak di bidang tradisional.

Di Minangkabau, khususnya Kota Padang, kolaborasi antara penggiat seni dan pemerintah sudah berjalan baik. Pemerintah mulai memberi ruang bagi komunitas seni untuk mengisi acara-acara resmi. Salah satu komunitas yang aktif adalah KPJ (Komunitas Pemusik Jalanan) Sakato Sumbar.
KPJ Sakato Sumbar beranggotakan empat orang: Doni (vokal, gitar, jimbe), Baron (vokal, gitar, harmonika), Odeck (melodi), dan Andre (vokal dan gitar). Mereka adalah pengamen jalanan yang biasa tampil di kawasan Pondok, Padang, untuk menghibur pengunjung kuliner. Namun, mereka berbeda dari pengamen biasa karena memiliki visi dan misi yang jelas.

Pada 11 Januari 2021, KPJ Sakato Sumbar resmi berdiri sebagai komunitas berdasarkan Akta Notaris Nomor 03 dan disahkan oleh Kemenkumham RI. Mereka berkomitmen tidak hanya mencari uang, tetapi juga berkontribusi sosial, seperti menggalang dana untuk korban Covid-19 sambil bermusik di lampu merah.
Selama pandemi, mereka mengadakan Senam Sehat dan Bermusik di Pantai Purus selama tiga bulan dengan izin Dinas Pariwisata Padang. Dukungan pemerintah, meski hanya berupa izin tempat, membantu mereka berkontribusi lebih luas.
KPJ Sakato Sumbar semakin dipercaya pemerintah, seperti tampil dalam Rakernas APEKSI 2022 dan Pekan Nasional Petani Nelayan XVI 2023. Mereka membawakan lagu-lagu daerah dari berbagai wilayah Indonesia, menunjukkan dedikasi terhadap keberagaman budaya.
KPJ Sakato Sumbar aktif dalam kegiatan kebudayaan, seperti mewakili Padang di Panggung Kebudayaan Daerah (PKD) Sumbar. Mereka juga mendapat panggung khusus dalam Kaba Festival X Nan Balega oleh Nan Jombang Dance Company, yang bertujuan memajukan seni tradisi.
Menurut Doni, Ketua KPJ Sakato Sumbar, komunitas ini akan terus berkarya dan membangun nagari melalui musik. Mereka berencana mendirikan sanggar dan studio musik untuk mengasah keterampilan dan menjadi wadah bagi pencinta seni di Padang.
KPJ Sakato Sumbar membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan cara kreatif, seperti musik. Meski anggotanya sudah tidak muda lagi (tuo alun, mudo talampau), semangat mereka patut dicontoh generasi muda Minangkabau agar kembali mencintai budayanya sendiri.
***
Judul: Komunitas Pemusik Jalanan (KPJ) Sakato Sumatra Barat: Eksis Gaungkan Budaya Minang
Penulis: Richardo Chairat
Editor: RAT