Ketika Hujan Gerimis pun Tak Jadi Halangan
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Minggu (27/04/2025) – Esai berjudul “Ketika Hujan Gerimis pun Tak Jadi Halangan” ini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
“Gambung? Ayah mau ikut, dong!” Begitu celetukku penuh semangat saat anak-anak tiba-tiba menawarkan ikut serta dalam rencana jalan-jalan mereka bersama teman-teman istri. Sudah lama rasanya ingin menghirup udara pegunungan Ciwidey lagi, apalagi nama Gambung punya cerita tersendiri buatku.

Pagi itu, langit Cimahi masih setia menitikkan gerimis sisa semalam, tapi antusiasme kami sekeluarga sudah membumbung tinggi. Jam setengah tujuh pagi, saya, istri, dan kedua buah hati sudah siap tempur. Istri memilih naik Grab, sementara saya membonceng anak-anak dengan motor kesayangan menuju sekolah istri. Di sana, rombongan keluarga teman-teman istri sudah menunggu. Misi hari ini: menyerbu Gambung bersama-sama!
Sekitar pukul delapan pagi, mobil kami meluncur mulus di jalan tol Baros, arah Ciwidey. Perjalanan terasa singkat karena jalanan lengang, tak seperti biasanya yang seringkali dipadati wisatawan menuju kawasan Ciwidey dan Rancabali.
Belum genap satu setengah jam, kami sudah mampir di Soreang, di rumah keluarga teman istri yang lain. Sambil menunggu anggota rombongan yang lain, kami disambut sarapan bakso hangat dan kopi. Saya? Tentu saja setia dengan termos berisi kopi racikan sendiri. Suasana pagi itu terasa hangat dan akrab. Tak terasa, rombongan kami bertambah menjadi tiga mobil.
Pukul 09.52, petualangan dilanjutkan. Mobil-mobil kami kembali menyusuri jalanan menuju Ciwidey. Benar saja, tak ada kemacetan berarti. Ajaibnya, tepat saat kami tiba di area parkir Perkebunan Teh Gambung, hujan deras mengguyur. Pas sekali dengan waktu azan Jumat berkumandang. Saya dan para pria lainnya bergegas menuju masjid Gambung untuk pertama kalinya. Ada satu hal yang cukup mengagetkan saat wudhu: airnya dingin menusuk tulang, persis seperti air es!
Usai menunaikan ibadah Jumat, kami bergerak menuju area perkantoran dan pabrik teh. Di sanalah ibu-ibu mulai mengeluarkan jurus memasak andalannya. Para bapak sigap menyiapkan kompor dan gas. Hujan masih setia menemani dengan rintik-rintiknya. Namun, suasana justru semakin hangat dengan obrolan santai dan tawa riang sambil mencicipi berbagai macam camilan: mendoan, cireng, dimsum, sosis, dan lain-lain.
Tiba-tiba, hasrat untuk mengabadikan momen di tengah hijaunya perkebunan teh muncul. Saya mengajak istri untuk berjalan-jalan sebentar, tak jauh dari tempat kami berkumpul.

Beberapa kali kami berswafoto ria. Ada kerinduan untuk mengenang masa lalu. Dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki di Gambung bersama teman-teman literasi, dalam rangka menelusuri jejak pendiri Gambung lewat novel Hella S. Haasse, saya tak sempat berfoto-foto.
Perkebunan Teh Gambung memang punya daya tarik tersendiri. Bukan hanya hamparan hijau yang memanjakan mata, tapi juga udara segarnya yang menusuk hingga ke paru-paru.
Informasi yang saya baca menyebutkan bahwa tempat ini yang terletak di kaki Gunung Tilu, bukan sekadar penghasil teh, tapi juga destinasi wisata edukatif yang menarik. Anak-anak bisa belajar langsung tentang proses pembuatan teh, bahkan ikut memetik daun teh. Fasilitasnya pun lengkap, mulai dari laboratorium, perpustakaan, hingga spot foto yang instagramable.
Membayangkan berjalan di antara barisan tanaman teh yang rapi, memetik daun teh segar, dan menikmati pemandangan pegunungan yang menawan, tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan, apalagi konon katanya, perkebunan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi salah satu pusat penelitian teh terbesar di Asia Tenggara ─ sebuah tempat dengan nilai sejarah yang tinggi.
Setelah puas menikmati suasana dan berfoto-foto, kami kembali bergabung dengan rombongan. Santap siang dengan menu khas Bandung di tengah perkebunan teh yang sejuk terasa begitu nikmat. Meskipun hujan masih belum reda sepenuhnya, kehangatan kebersamaan dan keindahan alam Gambung berhasil mengusir dingin.
Perjalanan ke Gambung kali ini, meskipun diawali dengan hujan gerimis, justru terasa begitu menyenangkan dan berkesan. Bukan hanya karena pemandangan alamnya yang memukau, tapi juga karena kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman.
“Gambung calling” memang tak pernah mengecewakan dan kali ini, saya punya lebih banyak kenangan indah untuk dibawa pulang, lengkap dengan foto-foto yang akan selalu mengingatkan pada hari yang ceria di tengah hijaunya perkebunan teh. (Didin Tulus).
***
Judul: Ketika Hujan Gerimis pun Tak Jadi Halangan
Penulis: Didin Tulus, sang Petualang Pameran Buku
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas Info Penulis
Didin Tulus lahir di Bandung pada 14 Maret 1977. Ia menghabiskan masa kecilnya di Pangandaran, tempat ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA YAS Bandung.

Setelah lulus SMA, Didin Tulus melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Fakultas Hukum. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, jurusan Seni Rupa.
Aktifitas dan Karir
Didin Tulus memiliki pengalaman yang luas di bidang penerbitan dan kesenian. Ia pernah menjadi marketing pameran di berbagai penerbit dan mengikuti pameran dari kota ke kota selama berbulan-bulan. Saat ini, ia bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan independen.
Pengalaman Internasional
Didin Tulus beberapa kali diundang ke Kuala Lumpur untuk urusan penerbitan, pembacaan sastra, dan puisi. Pengalaman ini memperluas wawasannya dan membuka peluang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan komunitas sastra internasional.
Kegiatan Saat Ini
Saat ini, Didin Tulus tinggal di kota Cimahi dan aktif dalam membangun literasi di kotanya. Ia berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian dan sastra.
Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas, Didin Tulus telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang berdedikasi dan berprestasi di bidang kesenian dan penerbitan.
***