BeritaBerita Jabar NewsPerguruan Tinggi

Universitas Widyatama dan Pemda Kabupaten Sumedang Lawatan ke Tabanan Bali untuk Pelajari Keberhasilan Pertanian Padi Sehat Organik

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis (25/07/2024) – Universitas Widyatama dan Pemerintah Kabupaten Sumedang bersama petani Desa Cikurubuk melakukan lawatan ke Kabupaten Tabanan, Bali untuk mempelajari keberhasilan sistem pertanian padi sehat organik di sana. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari yaitu pada Selasa (23/07/2024) dan Rabu (24/07/2024) kemarin bersama petani Subak Jaka, Desa Kukuh Marga, dan Dinas Pertanian Tabanan.

Pada kesempatan tersebut Petani Desa Cikurubuk dan Pemerintah Kabupaten Sumedang yang didampingi oleh Universitas Widyatama Bandung terlihat begitu antusias melakukan diskusi dengan petani Subak Jaka, Desa Kukuh yang sudah mengantongi sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Kerta Bali Sejahtera, Pemerintah Provinsi Bali. Para tamu dari Provinsi Jawa Barat tersebut berniat mencontoh pertanian organik atau ramah lingkungan yang sudah delapan tahun dikembangkan di oleh petani Subak Jaka.

Pekaseh Subak Jaka Desa Kukuh Marga, Ir. Wayan Yusa mengatakan bahwa pihaknya mengawali pertanian ramah lingkungan sejatinya dimulai pada 2016 silam, “Kebetulan kala itu ada program dari Pemerintah Kabupaten Tabanan bernama ‘Gerbang Pangan Serasi’ sehingga didukung oleh bantuan pemerintah berupa bibit, pupuk organik dan 10 ekor sapi.”

Pembahasan perencanaan dan stategi pengembangan padi sehat organik oleh kepala Dina Pertanian Tabanan
Pembahasan perencanaan dan stategi pengembangan padi sehat organik oleh kepala Dinas Pertanian Tabanan – (Sumber: DM/BJN)

Menurut Ir. Wayan, komitmen awal mengembangkan pertanian ramah lingkungan ini bukan tanpa alasan. Sejatinya karena adanya himbauan dari Dinas Pertanian agar bisa para petani di Tabanan menerapkan pertanian ramah lingkungan dengan tidak menggunakan pupuk kimia dan obat-obatan. Itupula diikuti dengan komitmen petani yang secara sukarela mau lahan pertaniannya dikembangkan pertanian ramah lingkungan.

“Diawal kami kembangkan sekitar 10 hektar hingga akhir berjalan,” ungkap Ir. Wayan.

Paparan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan
Paparan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan yang menjelaskan tentang sistem pertanian padi organik – (Sumber: DM/BJN)

Petani lulusan sarjana pertanian itu menambahkan bahwa apa yang mereka lakukan tersebut berbuah manis setelah tiga tahun kemudian karena pada 2019 Subak Jaka diajukan untuk mendapat sertifikat organik LeSOS. Akhirnya mereka mendapat pengakuan pertanian organik dengan keluarnya sertifikat organik dari LeSOS.  Ini sebuah prestasi yang perlu dicatat dan membanggakan para petani Subak Jaka.

Sementara itu Jero Susan yang didampingi oleh Kepala Desa Kukuh Marga dan Kepala Dinas Pertanian Tabanan. mengatakan bahwa secara keseluruhan total luas lahan bersertifikat pertanian organik yang ada di desa mereka mencapai 10 hektar

“17 hektar lainnya sudah menerapkan budidaya pertanian organik tanpa kimia. Namun, belum mendapat sertifikat organik,” ungkap Jero

Padi organik
Contoh beras hasil produksi pertanian padi sehat organik dari petani Subak Jaka, Desa Kukuh Marga, Kabupaten Tabanan, Bali – (Sumber: Deden/BJN

Selanjutnya Jero Yusan menambahkan bahwa setiap satu area lahan pertanian membutuhkan pupuk organik atau kompos sebesar 25 kilogram. Pemupukan dilakukan sejak awal pengolahan lahan pertanian yaitu sebanyak lima kilogram pupuk kompos.

“Selanjutnya saat usia tanaman padi berusia 15 hari diberikan pupuk sebesar 10 kilogram dan diakhir saat tanaman padi berusia 30-35 hari kembali diberikan pupuk sebesar 10 kilogram. Untuk pupuk cair sendiri pihaknya menggunakan VOC dari urine korotan kelinci dan kotoran urine sapi,” ujar Jero dengan semangat.

Sementara terkait dengan penggunaan air, para petani Subak Saka membuat model penyaringan air di daerah hulu dengan menggunakan tanaman eceng gondok.

“Tanaman eceng gondok yang melakukan fitrasi air yang akan masuk ke lahan pertanian organik,” ujar Jero.

Kesuksesan petani Subak Saka dalam mengolah pertanian padi beras sehat organik tentu tidak mudah. Meskipun hasil panen mereka berlimpah, ternyata terkendala dalam hal pemasarannya.

“Pada saat awal produksi memang terbuka pasar karena adanya komitmen pemerintah daerah untuk membeli padi beras sehat yang nanti dipasarkan kepada para pegawai Pemkab Tabanan. Sayangnya karena permintaan kebutuhan cukup tinggi tidak sebanding dengan hasil panen, sehingga terputus,” ujar Jero.

Produk padi padi organik dengan merk dagang PERTIWI BALI, BERAS SEHAT yang telah banyak beredar sebagai salah satu produk unggulan
Produk beras organik dengan merk dagang “PERTIWI BALI” beras sehat yang telah banyak beredar sebagai salah satu produk unggulan – (Sumber: Deden/BJN

Para petani Subak Saka tidak mau menyerah dalam menghadapi kendala tersebut. Mereka berusaha mencari jalan keluarnya. Kemudian mereka membuat terobosan dengan menjalin kerja sama dengan pemerhati pertanian organik dari India dan Jerman.

“Pola kerja sama dengan pihak ketiga seperti ini hingga kini masih berjalan. Bahkan, padi beras sehat ini pihaknya pasarkan kepada sejumlah akomodasi pariwisata, seperti hotel dan restaurant. Kalau dari sisi hasil produksi padi organik sendiri rata-rata lima ton per hektar dengan harga jual gabah kering Rp 8.500 per kilogramnya,” pungkas Jero.

Kepala Bagian Kerja sama Sekretariat Daerah Kabupaten Sumedang, Dr. Asep Dadang Darmawan, M.Pd., yang ikut dalam rombongan dari Jawa Barat mengatakan bahwa pihaknya merasakan banyak sekali manfaatnya setelah melaksanakan studi tiru pertanian organik di Subak Jaka Desa Kukuh Marga, Kabupaten Tabanan, mulai dari komitmen para petani yang merelakan lahan pertanian untuk diterapkan pertanian organik hingga tata kelola atau budidaya dan cara pemasaran hasil produksi pasca panen dilakukan.

“Mudah-mudahan ini bisa kami terapkan di petani yang ada di Desa Cikurubu karena sekarang ini kami sedang mengembangkan pertanian organik,” ujar Asep.

Di sisi lain, Drs. Deden Maulana Anggakarti, M.Ds. mewakili Rektor Universitas Widyatama Bandung Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum yang bertindak selaku peneliti sekaligus dosen Fakultas Desain Komunikasi (FDKV) Universitas Widyatama mengatakan, jika sekilas mendengar  penjelasan dan diskusi dari petani di Subak Jaka, Desa Kukuh Marga, komitmen petani menjadi kunci sukses atau tidaknya penerapan pertanian organik. Juga ada campur tangan pemerintah melalui program bantuan subsidi pupuk untuk pertanian organik.

“Komitmen ini wajib kita pegang untuk keberlanjutan pertanian organik yang kini sedang diterapkan di Kabupaten Sumedang,” pungkas Deden. (DM/BJN)

***

Judul: Universitas Widyatama dan Pemda Kabupaten Sumedang Lawatan ke Tabanan Bali untuk Pelajari Keberhasilan Pertanian Padi Sehat Organik
Kontributor: DM
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *