ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Pendidikan Karakter: Kunci Benahi Pendidikan Indonesia

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Kota Bandung (03/11/2024) – Artikel “Pendidikan Karakter: Kunci Benahi Pendidikan Indonesia” karya Dandi Romansyah yang merupakan seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Ihsan Baleendah Bandung, Prodi Manajemen Pendidikan Islam.

Pendidikan di Indonesia terus menjadi sorotan, terutama terkait kualitas dan relevansinya dalam membentuk generasi muda yang siap menghadapi tantangan zaman. Tantangan yang dihadapi anak-anak bangsa tidak hanya terbatas pada penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis saja, tetapi juga nilai-nilai moral, etika, dan karakter.

Pendidikan karakter sangat penting dan perlu ditanamkan dalam sistem pendidikan kita. Tidak hanya berperan dalam membentuk individu yang berkepribadian baik, pendidikan karakter juga mendukung terciptanya masyarakat yang beradab, bertanggung jawab, dan saling menghargai.

Di Indonesia, pendidikan karakter menjadi kunci penting untuk membenahi berbagai permasalahan pendidikan, seperti maraknya tindakan perundungan (bullying), kurangnya kedisiplinan, dan rendahnya sikap toleransi di lingkungan sekolah. Penerapan pendidikan karakter yang tepat diyakini mampu mengatasi berbagai masalah serta mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional yang lebih holistik, salah satunya adalah terwujudnya Akhlak Mulia.

Mengapa pendidikan karakter ini begitu penting?

Berdasarkan data dari laman SMAN 1 Ambarawa yang dikutip dari laman Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Aris Leksono menyatakan bahwa data pengaduan KPAI menunjukkan kekerasan anak pada awal 2024 sudah mencapai 141 kasus. Dari seluruh aduan tersebut, 35% di antaranya terjadi di lingkungan sekolah atau satuan pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa kasus perundungan bukanlah sesuatu yang asing di Indonesia.

pendidikan karakter
Ilustrasi: Seorang pelajar sedang menolong pria gelandangan yang sakit dan tak berdaya di pinggir jalan – (Sumber: Arie/BJN)

Merujuk laman Kompas.com, berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat adanya peningkatan signifikan dalam jumlah kasus kekerasan di sekolah sepanjang Juli hingga September 2024. Tercatat sebanyak 15 kasus kekerasan di sekolah. Namun, jumlah ini melonjak tajam pada September 2024 dengan tambahan 21 kasus baru sehingga totalnya menjadi 36 kasus. Kekerasan tersebut terdiri dari berbagai jenis, antara lain kasus kekerasan seksual, kekerasan fisik, dan kekerasan psikis.

Berdasarkan jenjang pendidikan, kasus-kasus tersebut banyak terjadi pada jenjang SMP/MTs (36%), diikuti oleh SMA (28%), SD/MI (33,33%), dan SMK (14%). Dari seluruh kasus, 66,66% terjadi di sekolah di bawah Kemendikbud Ristek, sementara 33,33% lainnya berada di bawah kewenangan Kementerian Agama.

Dampak fatalitas akibat kekerasan ini juga mengkhawatirkan yang melibatkan 48 pelaku dan 144 anak korban. Bahkan, sekolah di bawah Kementerian Agama, kekerasan fisik telah menyebabkan kematian empat peserta didik, terutama di pondok pesantren, sementara sekolah di bawah Kemendikbud Ristek terdapat tiga korban meninggal dunia.

Angka-angka ini mengisyaratkan bahwa generasi muda Indonesia masih menghadapi masalah moral yang serius sehingga perlu diselesaikan melalui pendidikan karakter. Program Pemerintah sebagai upaya penguatan pendidikan karakter.

Dalam lima tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah. Salah satu upaya utama adalah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2017 dan terus dijalankan hingga sekarang.

PPK bertujuan membentuk siswa yang berakhlak, mandiri, dan bertanggung jawab melalui pendekatan pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila. Evaluasi pada 2020 menunjukkan bahwa program PPK telah diterapkan di lebih dari 70% sekolah negeri di seluruh Indonesia. Meski demikian, efektivitas di lapangan masih beragam, khususnya di sekolah-sekolah di daerah terpencil.

Selain PPK, pada 2019 Kemendikbud juga mengintegrasikan pendidikan karakter dalam program Merdeka Belajar, di mana sekolah diberikan kebebasan untuk mengembangkan metode pembelajaran karakter yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal. Namun, evaluasi pada 2021 menemukan berbagai kendala, seperti keterbatasan sumber daya di sekolah daerah terpencil dan kurangnya dukungan komunitas di sekitar sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun solusi telah diterapkan, optimalisasi program masih dibutuhkan agar tujuan membenahi pendidikan Indonesia melalui pendidikan karakter dapat tercapai.

Saran Solusi: Dimulai dari Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pendidikan karakter yang efektif perlu dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah sebagai penggerak utama di lingkungan pendidikan. Kepala sekolah berperan penting dalam menciptakan budaya sekolah yang tidak hanya berfokus pada nilai-nilai akademik, tetapi juga nilai-nilai karakter harus menjadi fokus utama.

Berikut adalah beberapa langkah tambahan yang melibatkan peran kepala sekolah dalam penguatan pendidikan karakter:

Pertama, penguatan peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Karakter. Kepala sekolah perlu menjadi teladan dalam menjalankan pendidikan karakter. Dengan visi yang jelas dan langkah nyata, kepala sekolah dapat membuat program untuk menunjang pendidikan karakter dan mengarahkan serta memotivasi guru dan staf untuk turut aktif menerapkan pendidikan karakter dalam keseharian sekolah.

Kedua, pelatihan intensif untuk guru. Kepala sekolah juga dapat menginisiasi pelatihan karakter khusus bagi para guru, sehingga mereka tidak hanya terampil dalam menyampaikan materi akademik, tetapi juga memahami cara membimbing siswa dalam nilai-nilai moral dan sosial. Dengan peran kepala sekolah sebagai pengarah, guru-guru akan lebih terkoordinasi dan terarah dalam menyampaikan pendidikan karakter.

Ketiga, kolaborasi dengan orang tua dan komunitas. Kepala sekolah bisa berperan sebagai jembatan antara sekolah dan masyarakat. Program seperti seminar atau pembinaan rutin bagi orang tua, kegiatan komunitas berbasis karakter, dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan sekolah dapat diperkuat dengan kepemimpinan kepala sekolah yang proaktif. Dengan inisiatif kepala sekolah, kolaborasi ini dapat lebih efektif dan memberi dampak yang lebih luas bagi karakter siswa.

Keempat, evaluasi berkala dan penyesuaian program. Kepala sekolah dapat memastikan adanya evaluasi rutin terhadap penerapan pendidikan karakter. Melalui survei, diskusi dengan guru dan orang tua, serta pemantauan perilaku siswa, kepala sekolah bisa mengarahkan perbaikan dan penyesuaian program yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Hal ini penting agar program pendidikan karakter tetap relevan dan efektif.

Tantangan, Kendala, dan Investasi Masa Depan

Pendidikan karakter, meski memiliki potensi besar, juga menghadapi tantangan, seperti pengaruh budaya populer dan media sosial yang kerap bertentangan dengan nilai-nilai moral yang diajarkan. Tantangan lain adalah pelibatan orang tua yang tidak selalu optimal karena kesibukan atau kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dan keluarga. Di sinilah peran kepala sekolah menjadi krusial dalam mengatasi tantangan ini dengan memperluas program baik secara konvensional maupun digital.

Pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap kurikulum, melainkan fondasi utama dalam membentuk generasi yang mampu menghadapi tantangan masa depan dengan sikap yang bertanggung jawab dan beretika. Dengan dukungan kepala sekolah sebagai pemimpin utama, serta langkah-langkah yang disempurnakan, pendidikan karakter bisa semakin kuat dan efektif di sekolah-sekolah Indonesia. Upaya ini adalah salah satu cara fundamental untuk membenahi pendidikan di Indonesia.

Kini saatnya semua pihak, baik sekolah, pemerintah, maupun masyarakat, bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan karakter yang kuat di sekolah. Ini adalah investasi yang tak ternilai bagi masa depan bangsa yang lebih baik, bangsa yang dipenuhi generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berahklak mulia. (Dandi Romansyah)

***

Judul: Pendidikan Karakter: Kunci Benahi Pendidikan Indonesia
Penulis: Dandi Romansyah
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *