Foto Pementasan Teater: Arsip Estetika yang Tak Tergantikan
BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Rabu (02/07/2025) – Artikel berjudul “Foto Pementasan Teater: Arsip Estetika yang Tak Tergantikan” ini merupakan karya original dari Yoyo C. Durachman, seorang penulis, pengarang, dosen, sutradara, dan budayawan Cimahi. Saat ini aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).
Di tengah derasnya arus digital dan budaya visual, seni teater tetap menjadi bentuk ekspresi yang paling hidup—dan paling fana. Ketika pertunjukan selesai, seluruh proses kreatif yang telah dibangun selama berbulan-bulan bisa lenyap begitu saja, kecuali ada yang merekam dan mendokumentasikannya. Di sinilah peran penting foto pementasan menjadi tak tergantikan.

Lebih dari sekadar arsip visual, foto pementasan adalah saksi sejarah perkembangan seni teater. Ia menyimpan jejak transformasi gaya akting, pendekatan penyutradaraan, desain artistik hingga pencapaian estetik dari masa ke masa. Lewat satu rangkaian dokumentasi foto, kita dapat membaca bagaimana teater tradisi berkembang menjadi modern, lalu melampaui batasnya ke wilayah postmodern dan eksperimental.
Foto-foto ini bukan hanya untuk kenangan. Ia menjadi rujukan penting bagi pembelajaran, kritik, dan penelitian. Para aktor bisa melihat perkembangan ekspresi tubuh dan peran; sutradara dapat mengkaji kembali pola ruang dan tafsir naskah; perancang artistik bisa mengevaluasi estetika panggung; dan penonton masa depan bisa memahami bagaimana zaman direspons oleh dunia teater.

Sayangnya, praktik dokumentasi di banyak kelompok teater masih bersifat insidental dan kadang dianggap tidak prioritas, padahal tanpa dokumentasi yang baik, sejarah teater kita akan mudah terlupakan, dan kontribusi kreatif dari berbagai generasi pelaku seni tak akan mendapat tempat dalam wacana yang lebih luas.
Terkait dengan hal tersebut maka sudah saatnya kita memandang dokumentasi foto sebagai bagian penting dari proses kreatif itu sendiri. Ia bukan sekadar pelengkap, tetapi penjaga warisan artistik yang memungkinkan teater hidup lebih lama daripada satu malam pertunjukan.
Jika teater adalah cermin masyarakat, maka foto pementasan adalah cermin dari cermin itu—lapisan penting yang menjaga agar seni pertunjukan tetap dapat dibaca, dinikmati, dan dipelajari lintas waktu.
***
Judul: Foto Pementasan Teater: Arsip Estetika yang Tak Tergantikan
Penulis: Yoyo C. Durachman
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang Penulis

Yoyo C. Durachman adalah seorang seniman dan budayawan Cimahi yang multitalenta. Pria kelahiran Bandung, 21 September 1954 ini dikenal sebagai dosen, aktor, sutradara, penulis, pengarang, dan budayawan.
Selama karirnya dalam dunia teater, tidak kurang dari 30 pementasan telah dilakukan Yoyo dengan kapasitas sebagai sutradara, pemain, penata pentas, konsultan, dan pimpinan produksi. Naskah drama berjudul “Dunia Seolah-olah” adalah naskah drama yang ia tulis dan dibukukan bersama naskah drama lain milik Joko Kurnain, Benny Johanes, Adang Ismet, Arthur S. Nalan, dan Harris Sukristian.
Pensiunan dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini kini sering diundang sebagai juri maupun sebagai narasumber diberbagai kegiatan kebudayaan. Selain itu, Yoyo juga aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).
***