ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Semangat Ramadan: Semangat Perjuangan dan Perubahan

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Rabu (12/03/2025) – Artikel berjudul Semangat Ramadan: Semangat Perjuangan dan Perubahan” ini merupakan karya tulis Yuli Yana Nurhasanah yang akrab disapa Yuli dan aktif dalam dalam Komunitas Menulis “Muslimah Peduli Umat”.

Ramadan sudah tiba. Umat Islam bertemu kembali dengan bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Pada bulan penuh berkah ini, saatnya kita memperbanyak ibadah, membersihkan hati, dan berbagi kebaikan, serta menjemput pahala sebanyak-banyaknya.

Bulan suci ini merupakan bulan ampunan, seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT. Ramadan sangat dinantikan oleh seorang mukmin karena pada bulan ini penuh dengan berbagai keistimewaan yang disematkan oleh Allah SWT. Begitu banyak pahala kebaikan dan keberhasilan ibadah puasa seseorang akan sampai pada derajat takwa.

Yuli Yana Nurhasanah
Yuli Yana Nurhasanah, penulis – (Sumber: BJN)

Segala berkah dunia dan akhirat yang Allah pastikan akan didapatkan karena pada bulan ini segala amal yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya. Allah akan membukakan pintu ampunan kepada siapapun yang beribadah saum dengan keimanan dan mengharapkan penuh pahala dari Allah SWT.

Pada bulan penuh berkah ini, begitu banyak kemenangan kaum muslim yang Allah berikan di berbagai peperangan besar dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah peristiwa penaklukan kota Makkah yang terjadi saat Ramadan, serta peperangan lain yang juga terjadi saat Ramadan.

Perang besar pertama di Madinah antara kaum musyrikin Makkah dengan negara Islam yang disebut juga Perang Badar dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. Perang Badar ini sangat mempengaruhi dan menentukan situasi politik pada saat itu. Pandangan kaum kafir Quraisy berubah terhadap kaum Muslim, di mana muncul kewibawaan Daulah Islam yang dipimpin Rasulullah saw, serta kekuatan luar biasa kaum Muslim setelah tegaknya negara Islam di Madinah. Tidak ada lagi anggapan remeh dan enteng terhadap kaum Muslim oleh kaum kafir Quraisy.

Di bawah pimpinan panglima perang Thariq bin Ziyad, penaklukan Andalusia juga terjadi pada saat Ramadan. Pembebasan Palestina yang dipimpin oleh panglima perang Salahuddin al-Ayyubi, kemenangan kaum muslimin ini adalah berkah dari Allah SWT pada saat Ramadan. Perang yang dimenangkan kaum muslimin, juga pada Ramadan adalah Perang Ain Jalut melawan tentara bengis bangsa Tartar.

Thariq bin Ziyad
Ilustrasi: Thariq bin Ziyad – (Sumber: playground.com)

Di tengah kebahagiaan dan kerinduan menyambut Ramadan, ada banyak hal menyedihkan mengenai kondisi umat saat ini yang masih belum beranjak baik. Banyaknya kemenangan kaum muslim dalam jihad fi sabilillah dalam sejarah Islam harus membuat kita merenung bahwa penderitaan umat masih nyata. Perjuangan ini belum berakhir karena perubahan ini belum ada nyatanya.

Permasalahan ada hampir di seluruh sektor kehidupan, mulai dari sosial, politik, ekonomi, hukum, hankam, dan pendidikan, hingga pergaulan. Kebahagiaan menyambut Ramadan harus ternodai oleh berbagai permasalahan yang terjadi di negeri tercinta ini, seperti lonjakan harga kebutuhan pokok di tengah kondisi ekonomi masyarakat kita yang jauh dari sejahtera. Sulitnya lapangan pekerjaan dan inflasi yang berfluktuasi menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat.

Salahuddin al-Ayyubi
Ilustrasi: Salahuddin al-Ayyubi – (Sumber: YouTube.com)

Di satu sisi pemerintah selalu mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan dalam kondisi aman. Nyatanya, angka kemiskinan masih tinggi, dan kemiskinan ini adalah induk dari berbagai persoalan. Terbukti dengan adanya berbagai kasus turunannya yang membayangi masyarakat, seperti kelaparan akut, stunting, gizi buruk, perceraian, merebaknya kriminalitas, dan kasus bunuh diri yang merebak di mana-mana. Banyak orang mengalami depresi karena himpitan ekonomi.

Problematika moral generasi saat ini, alih-alih mereda, justru kenakalan, pergaulan bebas, dan kejahatan yang dilakukan generasi kian merajalela. Penyimpangan perilaku hingga tindakan asusila yang berujung pada kasus pembunuhan seakan menjadi berita biasa. Masyarakat seakan menormalisasi segala kemaksiatan yang terjadi di sekitar mereka.

Moral hazard pejabat, melengkapi deretan kasus lainnya, budaya korupsi kian parah dan sulit diberantas, berkelindan dengan para mafia yang semakin banyak jenisnya dan semakin terinstitusi. Tanpa perasaan, mereka tega menggerogoti uang negara, di mana itu adalah uang rakyat sehingga negara mengalami kerugian.

Utang negara dianggap aman-aman saja, walau per Januari 2024 menembus angka Rp8.263,09 triliun. Cengkeraman para oligarki rakus kian menguat seiring waktu di bawah kepemimpinan yang seharusnya mengurus rakyatnya, tetapi di sini lebih ke menguras rakyatnya dari segala sisi.

Di tengah carut-marutnya permasalahan di tengah-tengah masyarakat, setidaknya momen Ramadan ini bisa jadi sedikit oase yang memberi ketenangan dengan fokus beribadah pada saat Ramadan. Namun, tidak demikian untuk saudara muslim kita di belahan dunia lain.

Saudara kita yang jauh di sana masih berada di ujung tanduk. Gencatan senjata antara Hamas dan entitas Yahudi tidak benar-benar ditepati. Pada pertengahan Januari, militer Yahudi masih melakukan serangkaian serangan militer, meskipun serangan itu mereka alihkan ke Tepi Barat. Sekitar 70 warga Palestina di Tepi Barat tewas dalam serangan tersebut.

Belum lagi ancaman dari Amerika Serikat terhadap Palestina. Presiden AS Donald Trump beralasan bahwa Gaza sudah tidak bisa dihuni lagi oleh warga dengan dalih tidak aman dari peperangan. Trump berencana menguasai Gaza dengan merelokasi warga Gaza ke sejumlah negara seperti Indonesia, Mesir, dan Yordania.

Palestina
Ilustrasi: Penderitaan rakyat Palestina di Jalus Gaza – (Sumber: bbc.com)

Sungguh miris, dalam hitungan bulan, puluhan ribu nyawa tidak berdosa hilang begitu saja seolah tidak ada harganya. Puluhan ribu lainnya terluka dan tidak mendapatkan perawatan selayaknya. Semua ini terjadi di hadapan mata kita. Mereka adalah saudara seiman kita, tetapi tidak ada yang bisa kita perbuat. Para penguasa Muslim tidak mampu berbuat apa-apa, padahal derita mereka adalah derita kita juga.

Kaum muslim yang tinggal di negara-negara Eropa yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, seperti Belanda, Inggris, dan Swedia. Mereka mendapat tekanan akibat merebaknya islamofobia dan kaum muslim lainnya hanya bisa mengecam dan diam, sedangkan salah satu wujud keimanan dan ketakwaan kita adalah mencintai dan menolong saudara seiman. Semua itu bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi harus diiringi dengan tindakan yang nyata, seperti sabda Rasulullah saw:

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)“. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Berbagai fakta problematika kehidupan saat ini seharusnya menjadi bahan perenungan kita. Mengapa dari Ramadan ke Ramadan tidak ada perubahan yang mempengaruhi perbaikan kekuatan umat Islam sedunia, padahal dalam sejarah panjangnya, Islam mampu menjadi poros peradaban dari masa ke masa?

Baginda Rasulullah saw. menjadikan momen Ramadan sebagai lapangan riadah dan amal kesalehan, tidak hanya ritual saja, tetapi juga jihad berjuang membangun peradaban dan menegakkan panji kebenaran. Hal ini terbukti dengan berbagai kemenangan umat Muslim dalam sejarah Islam pada saat Ramadan.

Sudah saatnya umat paham bahwa akar permasalahan dan kekisruhan yang terjadi adalah penerapan sistem kapitalisme di mana agama dijauhkan dari kehidupan. Peran agama, khususnya Islam dalam kehidupan terus disingkirkan dengan segala daya upaya.

Aturan yang diterapkan adalah aturan buatan manusia yang akalnya terbatas dan lemah. Sementara itu, kebangkitan umat kuncinya adalah tegaknya sistem Islam. Akan tetapi, upaya penegakkannya pun terus berusaha dihadang, didiskriminasi, apalagi dengan dihembuskannya propaganda Islamofobia, sampai umat Islam sendiri menjadi anti Islam.

Sejarah membuktikan bahwa selama 13 abad kejayaan umat Islam dalam naungan khilafah, saat itu umat Islam menjadi pionir peradaban karena pemerintahan saat itu konsisten dalam penerapan sistem Islam secara menyeluruh.

Ketika runtuhnya khilafah, Islam tercampakkan dan umat hidup dengan sistem kepemimpinan sekuler. Umat hidup dalam berbagai penderitaan dan menjadi objek penjajahan.

Seharusnya momentum Ramadan menjadi ajang kita untuk meningkatkan ketakwaan dalam bentuk ketaatan total terhadap aturan/ajaran Islam secara menyeluruh, dan kesuksesan Ramadan akan menjadi tolak ukur kesiapan umat dalam naungan sistem Islam.

Semoga Ramadan tahun ini memberi semangat perubahan ke arah Islam, walau perubahan itu memerlukan perjuangan seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Semoga Ramadan tahun ini membawa perubahan yang hakiki, kedamaian, kebahagiaan, dan ampunan bagi kita semua umat Muslim.

Allah SWT berfirman:

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik“. (Q.S. Al-Hijr : 94).

***

Judul: Semangat Ramadan: Semangat Perjuangan dan Perubahan
Penulis: Yuli Yana Nurhasanah
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Yuli Yana Nurhasanah atau  akrab dipanggil Yuli ini lahir di Ciamis, pada 8 Juli 1984. Menulis Opini Islam menjadi kegiatan kesehariannya beberapa bulan belakang ini. Semua ini berawal dari keprihatinannya terhadap realitas kehidupan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini.

Menulis opini dengan sudut pandang Islam mencoba menyuarakan pemikiran dan isi hati, mencoba membuka pemikiran, dan pemahaman umat melalui tulisan.

Wanita yang suka berpikir ini mulai menulis saat ia bergabung dengan Komunitas Menulis “Muslimah Peduli Umat”. Beberapa tulisan Yuli tentang berbagai topik sudah dimuat di media online. Ia juga aktif di media sosial Facebook dengan akun Yuli Yana Nurhasanah.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *