Pentingnya Institusi Keluarga dalam Pembangunan Daerah
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Senin (05/05/2025) – Artikel “Pentingnya Institusi Keluarga dalam Pembangunan Daerah” karya Eulis Wida, seorang penulis yang tinggal di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Anggota Komisi III DPRD Provinsi Jawa Barat menegaskan betapa pentingnya institusi keluarga dalam pembangunan daerah. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara “Sosialisasi Peraturan Daerah (SosPerda) Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014” yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu.
Legislator Provinsi Jawa Barat tersebut berpendapat bahwa peraturan tersebut memegang peranan penting dalam mewujudkan masyarakat yang makmur, harmonis, dan tangguh. Lebih lanjut ia menjelaskan, ketahanan keluarga tidak sekadar berkaitan dengan interaksi antar anggota keluarga, tetapi juga meliputi sejumlah aspek krusial lainnya. Menurutnya, terdapat dua urusan wajib di luar pelayanan dasar, yaitu pemberdayaan perempuan dan anak, serta aspek-aspek yang berkaitan dengan keluarga berencana.

Andai peraturan daerah tersebut terealisasikan dengan baik, seharusnya hasilnya sudah nampak, mengingat peraturan tersebut telah dibuat sejak 2014 lalu. Namun, sudah sebelas tahun berlalu, anggota dewan baru mengingatkan adanya perda yang perlu diketahui masyarakat menyangkut ketahanan rumah tangga.
Hal tersebut mencerminkan bahwa Perda dibuat bukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Perda tersebut juga lebih ditekankan pada pemberdayaan perempuan dan anak, khas pemberdayaan perempuan dalam pandangan feminisme.
Dalam pandangan islam, urusan rumah tangga diatur dengan syariat yang telah tercantum di Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Rumah tangga yang berlandaskan ideologi islam akan mampu bertahan dalam berbagai macam masalah, baik permasalahan yang terjadi di internal keluarga ataupun eksternal (lingkungan).
Konsep ketahanan keluarga dalam Islam dapat dilihat dari berbagai aspek. Pertama, ketahanan spiritual. Landasan utama dalam berkeluarga dalam islam adalah nilai spiritualitas.
Seorang suami yang merupakan imam di dalam rumah tangga harus mampu membawa seluruh anggota keluarganya pada spiritualitas yang tinggi dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari siksa api neraka. Neraka itu bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu, penjaganya malaikat yang kekar lagi kasar, yang tidak pernah menyalahi perintah yang Allah berikan kepada mereka dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan.”
Inilah pondasi utama yang harus di terapkan dalam setiap rumah tangga. Dengan berlandaskan agama, diharapkan keluarga akan mampu menghadapi setiap persoalan dengan cara yang ma’ruf. Namun, peran negara sebagai raa’in (pengurus rakyat) juga harus hadir untuk menjaga agama demi terciptanya ketakwaan pada setiap masyarakat sehingga kasus seperti KDRT bisa diminimalisir.

Kedua, ketahanan ekonomi. Tidak hanya aspek spiritual, ketahanan ekonomi pun merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam Islam.
Dalam perspektif Islam yang wajib memberikan nafkah adalah suami karena suami merupakan qowwam (pemimpin). Suami wajib memberikan nafkah, baik berupa nafkah lahir seperti sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal), maupun nafkah batin. Hal tersebut tercantum dalam berbagai ayat di Al-Qur’an, salah satunya QS. An-Nisa Ayat 34.
Dalam pandangan Islam, perempuan tidak diwajibkan bekerja dalam hal menafkahi rumah tangga. Perempuan bekerja diperbolehkan hanya untuk membantu suami, bukan menafkahi, dan harus dilakukan dengan cara-cara yang diperbolehkan oleh syariat, semata-mata demi menjaga kehormatan perempuan.
Di sinilah peran negara diperlukan, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi lelaki yang sudah mencapai usia produktif. Tidak membiarkan adanya eksploitasi pada perempuan atau anak. Negara harus menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
Ketiga, ketahanan pendidikan. Pendidikan yang berlandaskan pada kurikulum Al-Qur’an dan Sunnah akan mampu mencetak generasi unggul yang dapat membawa perubahan di masyarakat ke arah lebih baik.
Rasulullah SAW dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah menegaskan bahwasannya, “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.” Oleh karena itu dalam Islam, pendidikan adalah hal utama dalam membangun generasi. Pendidikan yang baik akan mampu membawa kepada kemajuan masyarakat.
Negara sebagai Raa’in atau pengurus rakyat wajib menyediakan pendidikan berkualitas yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah tanpa membebankan biaya kepada masyarakat atau gratis.
Keempat, ketahanan kesehatan. Kesehatan adalah hal utama di dalam ketahanan keluarga, baik fisik maupun mental. Oleh karena itu asupan makanan pun harus dijaga dan diperhatikan. Dalam Islam, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 168.
“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di muka bumi. Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.”
Perlu adanya pengawasan dari negara pada setiap produk makanan yang dikonsumsi masyarakat, apalagi jika produk tersebut adalah barang impor. Negara harus memastikan apa yang dikonsumsi masyarakat adalah makanan halal dan tidak menimbulkan penyakit. Selain itu, negara wajib menyediakan fasilitas kesehatan gratis yang bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Ketahanan keluarga sejati akan terealisasi hanya jika aturan islam diterapkan mulai dari ranah individu, masyarakat, dan negara sesuai tupoksi yang sudah dijelaskan syariat. Wallahu a’lam bi showwab. (Eulis Wida)
***
Judul: Pentingnya Institusi Keluarga dalam Pembangunan Daerah
Penulis: Eulis Wida
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Penulis bernama lengkap Eulis Wida ini biasa disapa dengan julukan Teh Wida oleh teman-temannya. Ia adalah seorang ibu rumah tangga kelahiran Bandung, 02 Maret 1991. Senang menulis dan membaca sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.
Pengalaman Teh Wida menulis secara profesional baru dimulai pada 2018. Ia membuat karya tulis berupa novel, cerpen, dan puisi yang diunggah di platform online seperti KBM (Komunitas Bisa Menulis) dan Novel Toon.
Kini, Teh Wida aktif menulis opini publik tentang isu-isu politik yang sedang menjadi topik hangat ditengah masyarakat yang dikemas dalam sudut pandang Islam. Motto hidupnya, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya.” Ia berharap tulisannya bisa memberi manfaat untuk banyak orang.
***