Indira Santi Kertabudi: Lentera Perempuan dari Lemhannas RI
BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Rabu (07/05/2025) ─ Esai berjudul “Indira Santi Kertabudi: Lentera Perempuan dari Lemhannas RI” ini ditulis oleh Jumari Haryadi ─ seorang penulis dan pendiri Komunitas Penulis Kreatif (KPKers) Indonesia.
Di antara dinding-dinding tebal institusi negara yang kerap dianggap kaku dan penuh protokol, hadir sosok perempuan yang sinarnya berbeda, Prof. Indira Santi Kertabudi. Namanya tidak sekadar tercetak di dokumen akademik atau terpampang di papan nama institusi. Ia hadir seperti embun di pagi hari: lembut, mampu menyegarkan semesta di sekitarnya.
Dari Lemhannas—Lembaga Ketahanan Nasional, ia melangkah, bukan sekadar menapaki tangga karier, tetapi menorehkan pemikiran, mengukir nilai-nilai kebangsaan, dan menghidupkan semangat kebangsaan di hati siapa pun yang sempat bersinggungan dengannya.
Prof. Indira dikenal sebagai sosok yang tekun dan mencintai ilmu pengetahuan. Tak heran, sejak remaja ia sudah berani bermimpi besar. Ia tumbuh dalam lorong-lorong pemikiran yang sarat tanggung jawab. Dunia akademik dan strategi kenegaraan, yang sering kali dianggap wilayah eksklusif pria, ia masuki tanpa ragu. Di sana, ia bukan sekadar hadir sebagai angka dalam statistik, tetapi sebagai pelaku perubahan, sebagai pelita di tengah kegelapan kebimbangan nasional.
Ilmu yang genggam Prof. Indira bukan hanya sekadar tumpukan teori akademik yang beku. Ia menghidupkan gagasan, menganyam konsep pertahanan dan kebangsaan dengan benang-benang empati, kemanusiaan, dan keadilan. Dalam setiap paparannya, terasa denyut sebuah semangat untuk membangun bangsa yang kuat, bukan hanya lewat kekuatan militer, tapi melalui kekuatan karakter, pendidikan, dan kebijaksanaan sosial. Baginya, ketahanan nasional tidak cukup hanya dijaga oleh pagar-pagar besi dan kebijakan keras, tetapi harus ditopang oleh masyarakat yang sadar, cerdas, dan berjiwa merdeka.
Gaya bicara wanita pecinta budaya bangsa ini terlihat tenang, tetapi setiap kata yang mengalir dari bibirnya seperti anak panah yang tak pernah meleset dari sasaran. Di podium seminar, di ruang-ruang diskusi strategis, di balik meja kuliah, hingga dalam pertemuan santai yang membahas masa depan bangsa, Prof. Indira selalu membawa aura kebijaksanaan yang memikat. Ia mampu menjelaskan hal-hal rumit dengan bahasa yang membumi, membuat siapa pun merasa menjadi bagian penting dari perjuangan menjaga tanah air. Dalam dirinya, ilmu pengetahuan dan rasa nasionalisme bertaut tanpa batas.
Lemhannas, bagi sebagian orang, mungkin terdengar sebagai tempat para jenderal, para pemikir besar, dan para pengambil keputusan negara. Sebuah tempat serius, tempat strategi digodok, tempat wacana dibangun untuk mengokohkan negeri ini dari segala ancaman.
Namun di tangan Prof. Indira, Lemhannas menjadi taman pemikiran yang lebih humanis. Ia membawa perspektif perempuan, perspektif keseimbangan, ke dalam arena yang selama ini keras dan kaku. Ia meyakini bahwa ketahanan nasional sejati tidak hanya tentang membangun tembok, tetapi tentang merajut kepercayaan, membangun masyarakat yang kuat dari dalam.
Dengan kelembutannya, ia mengajarkan bahwa cinta tanah air tidak selalu harus diteriakkan dengan suara keras. Cinta itu bisa hadir dalam kejujuran bekerja, dalam ketulusan mendidik, dalam keberanian mengambil keputusan yang mungkin tidak populer tetapi benar. Baginya, perempuan Indonesia harus berani berpikir, berani melangkah, berani menjadi bagian dari perubahan besar yang dibutuhkan bangsa ini.
Tidak sedikit tantangan yang dihadapi Prof. Indira. Dalam dunia yang masih sering memandang sebelah mata kiprah perempuan, ia menapaki jalannya dengan penuh keteguhan. Ia membuktikan, bukan dengan kemarahan, tetapi dengan prestasi, dengan integritas, dan dengan kerja keras yang konsisten. Setiap makalah yang ia tulis, setiap diskusi yang ia pandu, setiap kebijakan yang ia kontribusikan adalah bukti bahwa perempuan bisa menjadi pilar kokoh dalam membangun bangsa.
Dalam sesi-sesi diskusi di Lemhannas, ketika mata para peserta berbinar mendengarkan arahannya, terasa betul betapa besar pengaruh Prof. Indira. Ia tidak sekadar mengajar. Ia menghidupkan semangat. Ia membuat orang percaya bahwa bangsa ini bisa besar, asal anak-anak mudanya mau berpikir jernih, bekerja keras, dan menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendiri bangsa. Bagi Prof. Indira, pendidikan karakter dan kesadaran berbangsa adalah pondasi utama yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Prof. Indira Santi Kertabudi adalah cermin dari wajah Indonesia yang penuh harapan. Dalam dirinya tercermin cita-cita bangsa yang ingin berdiri tegak, bukan hanya karena kekayaan alamnya, tetapi karena kekuatan moral rakyatnya. Ia mengajarkan kita bahwa menjadi Indonesia bukan hanya soal lahir di tanah ini, tetapi tentang mencintai, merawat, dan memperjuangkan negeri ini dalam segala keadaan.
Di balik kaca jendela gedung Lemhannas yang megah, saat malam mulai turun dan lampu-lampu menerangi lorong-lorong sunyi, mungkin tak banyak yang tahu bahwa ada seorang perempuan yang masih tekun di ruang kerjanya. Merenungkan satu demi satu persoalan bangsa, menyusun strategi dengan sepenuh jiwa, menulis gagasan yang kelak akan menjadi warisan intelektual untuk generasi setelahnya. Ia tak mencari tepuk tangan, tak mengejar sorotan kamera. Cukuplah baginya, melihat bangsa ini tumbuh, kuat, dan bermartabat.
Indira Santi Kertabudi bukan sekadar profesor, bukan sekadar pejabat, bukan sekadar nama di balik kebijakan. Ia adalah lentera. Lentera kecil yang setia menerangi jalan panjang bangsa ini, saat badai datang, saat malam terasa panjang, saat harapan hampir padam. Ia tetap menyala dengan ilmunya, dengan kasihnya, dan dengan cintanya pada Indonesia.
Dalam catatan sejarah kelak, mungkin namanya tidak akan selalu disebut keras-keras. Namun, bagi mereka yang pernah disentuh oleh gagasan dan inspirasinya, Prof. Indira akan selalu hidup sebagai sosok yang menyalakan api kecil di dalam dada—api yang mengingatkan bahwa menjadi Indonesia adalah tugas mulia yang harus dilakukan dengan hati, pikiran, dan keberanian.
***
Judul: Indira Santi Kertabudi: Lentera Perempuan dari Lemhannas RI
Penulis: Jumari Haryadi
Editor: JHK