Duka Palestina, Duka Kita Semua
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Sabtu (12/10/2024) – Artikel dalam Rubrik OPINI berjudul “Duka Palestina, Duka Kita Semua” ini merupakan buah karya Mardhatillah Maulidah, Mahasantriwati Cinta Qur’an Center, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Konflik berdarah masih terus berlanjut di Gaza, Palestina. Entitas Yahudi la’natullahi ‘alaih terus melakukan penyerangan di berbagai wilayah Palestina. Banyak keluarga di Palestina termasuk kaum perempuan dan anak-anak yang menjadi korbannya. Tidak sedikit pula para suami dan ayah yang harus kehilangan istri dan melihat anak tercintanya meregang nyawa. Kondisi seperti ini sungguh menyayat hati kita.
Kementerian kesehatan di Gaza mengatakan pada Senin (30/9) bahwa tentara pendudukan Israel melakukan dua pembantaian di daerah yang berbeda di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir yang menewaskan dan melukai sedikitnya 128 warga sipil, sementara sejumlah besar korban masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom atau tergeletak di jalan. Jumlah korban tewas terus bertambah. Saat ini total korban mencapai lebih dari 41 ribu jiwa.

Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, jumlah korban per 30 September 2024 adalah sebanyak 41.615 syahid dan 96.359 luka-luka. Selain banyaknya korban jiwa dan pengungsian besar-besaran, makanan pokok, bahan bakar, air, dan pasokan medis telah habis untuk 2,3 juta penduduk di Gaza karena blokade Israel yang ketat dan penghancuran infrastruktur dan fasilitas secara besar-besaran. (www.mediaislam.id)
Rafah, kota yang diklaim sebagai zona paling aman dari serangan militer Israel, nyatanya diserang juga. Tidak puas membombadir Gaza di wilayah utara, entitas Yahudi mulai menyasar jalur Gaza paling Selatan, yakni Kota Rafah yang menjadi persinggahan terakhir warga Gaza untuk mengungsi. Tidak ada lagi tempat aman bagi warga Palestina, termasuk anak-anak dan kaum perempuannya.
Setiap hari menyaksikan darah dan air mata, Gaza menjadi kota mati, merata dengan tanah dan reruntuhan bangunan. Inilah target Zionis yang sesungguhnya. Di hadapan dunia, mereka selalu memberi alasan serangan yang dilakukan adalah untuk menghancurkan Hamas. Nyatanya, target mereka adalah membumihanguskan seluruh wilayah Gaza agar mudah menguasainya dengan menyerang warga sipil dan anak-anak. (www.muslimahnew.snet)
Masyarakat dunia pun merespon atas genosida ini. Sejak terjadinya perang antara Palestina dan Entitas Yahudi pada 7 Oktober 2023 lalu, pembelaan terhadap Palestina terus menggaung.
Aksi bela Palestina tidak hanya terjadi di negeri-negeri muslim saja, di berbagai negeri Barat sekalipun, mulai dari AS, Eropa, hingga Asia, kita menyaksikan aksi heroik mereka membela Palestina, mulai dari aksi boikot produk Zionis, hingga aksi bela palestina di jalan dan di kampus-kampus. Mereka menyeru dan menuntut agar pemerintah dunia mengambil tindakan tegas untuk menghentikan operasi militer Zionis di Gaza. Namun, apakah semua serangan itu berhenti? Nyatanya, tidak.
Penjajahan di tanah Palestina tidak bisa dibiarkan. Palestina harus dibela sebab ia adalah tanah kaum muslim yang telah ditaklukkan pada masa kekhalifahan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita berani mengambil sikap. Ini bukan tentang perkara kaum muslim Palestina semata, sebab sejarah Palestina sangat lekat dengan kaum muslim. Oleh karena itu tidak layak rasanya jika berdiam diri menyaksikan kebiadaban Yahudi tanpa ada aksi nyata untuk saudara-saudara kita di Palestina.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa kaum muslim harus membela Palestina. Pertama, Palestina adalah kiblat pertama umat Islam. Kedua, Palestina adalah tempat Rasulullah saw melakukan Isra Mikraj. Ketiga, tanah Palestina adalah tanah kharajiyah yang ditaklukkan oleh pasukan kaum muslim pada masa Khalifah Umar bin Khaththab hingga menjadi milik umat Islam selama-lamanya hingga akhir zaman
Palestina membutuhkan solusi hakiki, namun penyelesaian masalah ini tentu tidak bisa dilakukan secara individual atau keluarga muslim secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, umat Islam, harus bahu membahu, berjuang bersama mengusir penjajah Yahudi dari tanah Palestina, bersama para penguasa negeri muslim.
Siapa yang harus memperjuangkan keadaan umat Islam kalau bukan kaum muslim itu sendiri?. Oleh sebab itu, langkah konkret yang harus dilakukan penguasa negeri-negeri muslim adalah mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan serangan militer Israel agar penjajahan Israel bisa dihentikan.
Namun sayangnya, sekat-sekat nasionalisme menjadikan para penguasa di negeri muslim terhalang menolong saudara muslimnya di Palestina. Mereka lebih memilih mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan daripada harus mengerahkan pasukan militer untuk memerangi Israel. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan kebangsaan, Nation-State mengikis ikatan akidah dan ukhuwah Islamiyah yang harusnya tertanam kuat dalam diri kaum muslim.
Dengan ikatan akidah dan ukhwah islamiyah seharusnya menjadi pendorong terkuat para penguasa muslim megirim tentara militer untuk menolong saudaranya di Palestina, tetapi mereka tidak melakukan itu. Nation-state telah mengikis ikatan akidah Islam antarkaum muslim, padahal umat Islam bagaikan satu tubuh yang jika sebagian tubuhnya sakit, bagian tubuh lainnya ikut merasakan sakit.
Rasulullah Saw bersabda, “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya tak ubahnya suatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lainnya) saling menguatkan.” (HR Muslim).
Rasulullah Saw juga mengingatkan dalam sabdanya, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya – kepada musuh. Barang siapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barang siapa melapangkan kepada seseorang muslim akan satu kesusahannya, Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang menutupi cela seseorang muslim, Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat.” (Muttafaq‘alaih).
Seharusnya, di mana pun seorang muslim berada, ia tidak akan tenang dan turut merasakan penderitaan anak-anak, perempuan, dan seluruh saudara muslimnya di Gaza, Palestina. Sebagaimana yang kita saksikan di media sosial, berita-berita yang menyayat hati, berbagai bentuk kebiadaban yang tidak berperikemanusiaan telah dilakukan oleh Zionis Israel la’natullah ‘alaih terhadap saudara muslim kita Palestina.
Palestina adalah milik umat Islam seluruh dunia. Masalah Palestina bukan sekadar masalah kemanusiaan atau konflik internal. Lebih dari itu, masalah Palestina adalah masalah kita semua. Ketika Masjid Al-Aqsa dihinakan, itu penghinaan bagi kita umat muslim. Di tanah Palestina terhimpun banyak keutamaan dan keistimewaan untuk umat Islam.
Palestina adalah negeri subur yang disirami dengan darah para syuhada. Palestina merupakan bagian negeri Syam, bumi para nabi. Rasulullah Saw pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun Kota Baitulmaqdis, kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR At-Tirmidzi).
Dengan beragam keutamaan ini, jelas haram bagi kita mendiamkan Palestina tanpa pembelaan dan pertolongan. Diamnya kita, adalah bentuk keberpihakan atas segala bentuk kedzaliman yang tejadi di negeri kaum muslimin. Namun, sedikit demi sedikit langkah yang kita kerahkan untuk menolong mereka dengan dakwah dan menyuarakan kebenaran, makaini akan menjadi hujjah di hadapan Allah SWT, bahwa kita punya andil dalam memperjuangkan pembebasan Palestina dari tangan para Zionis Israel la’natullah alihim.
Mari bergerak bersama memperjuangkan pembebasan Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya yang masih terjajah dengan terus menyerukan dakwah dan menyuarakan hanya persatuan kaum muslimin dengan bingkai daulah islam menjadi solusi hakiki bagi Palestina. (Zahwa/BJN).
***
Judul: Duka Palestina, Duka Kita Semua
Penulis: Mardhatillah Maulidah
Editor: JHK
Sekilas tentang penulis
Zahwa Dha bernama asli Mardhatillah Maulidah. Lebih dikenal dengan panggilan Dha, Kak Dada, dan Ridha. Anak ketiga dari enam bersaudara. Ia lahir pada tanggal 12 Mei 2004 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Wanita rendah hati ini sempat mengenyam pendidikan dasar dan menengah di SDIT Insantama, Rumah Tahfidz Hafidzah, dan SMA Muhammadiyah 4 Makassar. Sejak kecil ia telah menemukan kecintaannya terhadap dunia menulis. Hal ini berawal dari hobinya menulis diary di bangku pesantren.

Tulisan pertama Zahwa telah terbit dalam bentuk buklet dengan judul “Pemula yang Baik” pada tahun 2020, hingga pada saat lulus di bangku SMA ia melanjutkan studi ke salah satu mahad pengkaderan dai di Tanggerang Selatan, Cinta Qur’an Center.
Sebagai seorang Daiyah, tentu dakwah adalah sebuah kewajiban bukan profesi, bukan pula hanya menyampaikan pesan dan nilai-nilai Islam di panggung, mimbar, atau pun, di depan jamaah yang banyak, tapi dakwah adalah pesan cinta yang bisa dikemas menjadi karya tulis hingga sampai kepada para pembacanya. Alhamdulillah, selama berada di Cinta Qur’an Center, Zahwa berpengalaman aktif berorganisasi, dan menjadi bagian tim penulis di “Tinta Peradaban”. Beberapa tulisannya berupa opini telah dimuat di website.
Di samping itu, Zahwa juga aktif berkontribusi dalam dunia literasi dengan menghasilkan beberapa karya tulis ilmiah. Karya-karya yang kaya akan data dan analisis yang tajam, tidak hanya menyentuh aspek keagamaan, tetapi juga isu-isu sosial kemasyarakatan yang relevan dengan zaman. Melalui tulisan-tulisan tersebut, bukan hanya menyampaikan pesan-pesan Islam rahmatan lil ‘alamin, tapi juga mengajak ummat berfikir kritis dan menjadikan Islam satu-satunya solusi kehidupan yang haqiqi.
Ketertarikan Zahwa belajar, menguatkan langkahnya untuk terus menjadi pembelajar sejati yang haus akan keilmuan, dan sangat tertarik dengan kajian yang berkaitan dengan bahasa arab, peradaban, wanita dan generasi. Dengan motto hidupnya yaitu “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”, ia ingin menjadi muslimah yang menebar banyak manfaat untuk ummat melalui karya-karyanya.
***