Palestina Bukan untuk Dibagi, Solusi Dua Negara Menyesatkan
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI, Jumat (10/10/2025) – Artikel berjudul “Palestina Bukan untuk Dibagi, Solusi Dua Negara Menyesatkan” merupakan karya tulis Ummu Fathma, adalah seorang pegiat literasi, ummu warobbatul bait, sekaligus pengasuh pondok tahfidz yang membimbing santri mencintai Al-Qur’an
Pidato Presiden Prabowo dalam Sidang Umum PBB ke-80 pada 23 September 2025 menuai perhatian besar. Dalam pidatonya, beliau menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, namun di saat yang sama menegaskan dukungan pada apa yang disebut “solusi dua negara” — sebuah konsep yang sudah lama ditawarkan Barat sebagai jalan keluar konflik Israel-Palestina.
Sekilas, istilah “solusi dua negara” terdengar manis: Palestina akan memiliki negara sendiri, Israel pun tetap berdiri dengan pengakuan internasional, lalu keduanya hidup berdampingan dengan damai. Namun, benarkah itu solusi? Atau justru jebakan yang semakin menjauhkan rakyat Palestina dari kemerdekaan sejati?

Palestina Dibagi, Israel Disahkan
Solusi dua negara hakikatnya adalah proyek politik yang memberi 22% tanah untuk Palestina (Tepi Barat, Gaza, dan sebagian Al-Quds), sementara 78% sisanya disahkan menjadi milik Israel, padahal tanah itu sejatinya 100% milik umat Islam sejak ditaklukkan di masa Khalifah Umar bin Khaththab. Dengan kata lain, solusi ini bukan membebaskan Palestina, melainkan membagi Palestina dan meresmikan penjajahan Israel.
Menyetujui pembagian itu sama saja dengan menghalalkan perampasan. Rasulullah SAW dengan tegas memperingatkan:
> عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:
«مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ الْأَرْضِ ظُلْمًا، طَوَّقَهُ اللهُ إِيَّاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ»
(متفق عليه)
“Barang siapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan mengalungkan tujuh lapis bumi di lehernya pada Hari Kiamat.” (H.R. Bukhari-Muslim).
Jika sejengkal tanah saja haram direbut, bagaimana dengan 78% tanah Palestina?
Menghapus Kewajiban Jihad
Lebih berbahaya lagi, solusi dua negara membuat umat Islam rela berdampingan damai dengan rezim Zionis yang nyata-nyata menduduki, membunuh, dan menindas rakyat Palestina. Ini berarti menghapus kewajiban jihad fi sabilillah, padahal jika negeri Islam diduduki musuh, jihad menjadi fardhu ‘ain bagi setiap Muslim.
Imam Al-Kasani menegaskan, bila musuh menyerang negeri Muslim, maka jihad wajib bagi seluruh kaum Muslim yang mampu. Artinya, selama Al-Quds dan Palestina dijajah, umat Islam punya kewajiban untuk melawan, bukan berdamai.
Allah SWT berfirman:
وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ (١٩٠)
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah: 190-191)
Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam wajib melawan musuh yang merampas negeri mereka seperti halnya saat dijajah oleh Belanda, termasuk Zionis Israel yang menduduki Palestina.
Jalan Dominasi Barat
Tak kalah penting, solusi dua negara sejatinya merupakan proyek Barat. Amerika Serikat dan sekutunya sudah lama menjadikan isu Palestina sebagai pintu untuk menguasai Timur Tengah. Dengan menerima solusi ini, umat Islam sebenarnya memberi jalan bagi dominasi politik, ekonomi, dan militer Barat.
Allah SWT berfirman:
ۨالَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا ࣖ
“(Mereka itu adalah) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah, mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersamamu?” Jika orang-orang kafir mendapat bagian (dari kemenangan), mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang mukmin.” (Q.S. An-Nisā’:141)
Ayat ini bukan sekadar berita, melainkan hukum syar’i: umat Islam tidak boleh membuka jalan yang membuat kafir berkuasa atas Muslim, baik melalui utang, perjanjian ekonomi, maupun politik, termasuk solusi dua negara.
Jalan Keluar Sejati
Palestina tidak akan bebas ataupun merdeka melalui meja perundingan yang penuh jebakan. Sejarah membuktikan, Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Al-Quds bukan dengan kompromi, tetapi dengan jihad dan persatuan umat di bawah kepemimpinan Islam.
Inilah solusi yang nyata: menyatukan kekuatan dunia Islam, mengembalikan Palestina sepenuhnya ke tangan umat, dan mengusir penjajah Zionis dengan jihad. Selama umat Islam terus dikecoh dengan “solusi damai” ala Barat, selama itu pula penderitaan Palestina akan berlanjut.
Indonesia Harus Tegas
Indonesia punya sejarah panjang mendukung perjuangan Palestina. Namun, jangan sampai dukungan itu berubah arah menjadi pengakuan halus terhadap Israel. Bangsa ini seharusnya lantang menolak solusi dua negara karena sejatinya itu bukan solusi, melainkan penyesatan politik.
Kaum muslim di Indonesia menjadi penduduk mayoritas. Oleh karena itu, dukungan kita pada Palestina bukan hanya urusan politik luar negeri, tetapi bagian dari akidah kita sebagai muslim sehingga sudah seharusnya kita bisa bersuara jernih: Palestina bukan untuk dibagi, bukan untuk ditawar, dan bukan untuk dilegalkan penjarahannya.
Penutup
Solusi dua negara hanyalah racun yang dibungkus madu. Ia seolah menjanjikan kedamaian, namun nyatanya malah mengukuhkan penjajahan. Palestina hanya akan merdeka jika umat Islam kembali pada jalan Islam: jihad, persatuan, dan kepemimpinan yang menolak tunduk pada Barat.
Indonesia jangan sampai ikut-ikutan menyesatkan rakyat Palestina dengan solusi semu. Sebaliknya, Indonesia harus berada di garda terdepan untuk menyerukan pembebasan Palestina secara utuh dan total.
Hanya dengan jalan menegakan Khilafah Islamiyyah ‘ala minhajinnubuah, Palestina bisa benar-benar merdeka. (Ummu Fathma).
***
Judul: Palestina Bukan untuk Dibagi, Solusi Dua Negara Menyesatkan
Penulis: Ummu Fathma, Pengasuh pondok putra SAT Abdussalam Almadani Sumedang
Editor: JHK
Sekilas tentang penulis:
Ummu Fathma adalah seorang pegiat literasi, ummu warobbatul bait, sekaligus pengasuh pondok tahfidz yang membimbing santri mencintai Al-Qur’an. Ia juga aktif sebagai praktisi pendidikan dan menjadikan menulis sebagai jalan dakwah demi melahirkan generasi muslim berakhlak mulia. Baginya, ilmu dan dakwah adalah ladang amal jariyah yang diharapkan menjadi wasilah hidayah dan pahala yang terus mengalir.