Menyimak Artist Talk di antara Pameran Lukisan Bertajuk “Unity – Art Project 2024” yang Digelar Komunitas Lingkaran
Berita Jabar News (BJN), Rubrik OPINI, Sabtu (21/09/2024) – Artikel berjudul “Menyimak Artist Talk di antara Pameran Lukisan Bertajuk ‘Unity – Art Project 2024’ yang Digelar Komunitas Lingkaran” ini ditulis oleh Jumari Haryadi, seorang pencinta seni dan pendiri Forum Pelukis Cimahi (Forkis).
Sehari yang lalu (Jumat, 20/09/2024) saya berkesempatan menghadiri acara Artist Talk berjudul “Membedah Karya Maestro dan Masa Depan Lukisan Indonesia” di Sangkuriang 6 Gallery, Jln. Sangkuriang No.6, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Galeri ini menyatu dengan “Ngopi Doeloe Sangkuriang”, sebuah café yang cukup dikenal di Kota Bandung.
Artist Talk atau pembicaraan seniman adalah sebuah acara diskusi yang melibatkan para seniman dengan narasumber yang memiliki reputasi dan kredibel, baik dari sisi keilmuan maupun pengalamannya di bidang seni. Tidak salah kalau diskusi seni yang dilakukan di sela-sela acara Pameran Lukisan bertajuk “Unity – Art Project 2024” tersebut menghadirkan Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn. dan Aendra Medita MMG sebagai narasumber, serta Hermana HMT sebagai Moderator.
Dr. Supriatna adalah seorang dosen di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dan kini menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi, dan Kerja Sama. Ia pernah mewakili Indonesia dalam berbagai pameran seni internasional, termasuk International Visual Arts & Design Exhibition 2024 di Chiang Mai, Thailand. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISBI Bandung sejak tahun 2019-2022.
Sementara itu Aendra Medita adalah seorang kurator seni dan penulis seni budaya asal Bandung yang sekarang menetap di Jakarta. Ia sering terlibat dalam pengelolaan pameran seni rupa sejak 1993. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Utama Meprindo Media Group (MMG) yang mengelola beberapa media seperti CSR-Indonesia.com, Jakartasatu.com, Markom.co.id, Porosnews.com, dan energyworld.co.id.
Menariknya, moderator acara Artist Talk ini adalah Hermana HMT, seorang seniman, aktor, dan pegiat seni teater dari Kota Cimahi, Jawa Barat. Ia dikenal sebagai pendiri komunitas seni pertunjukan Bandungmooi yang didirikannya pada 1996. Mantan Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) periode 2020-2023 ini telah menerima berbagai penghargaan, termasuk Anugerah Kebudayaan Kota Cimahi 2023 untuk kategori Pencipta dan Pengembang Seni Teater.
Acara Artist Talk yang diselenggarakan oleh Komunitas Lingkaran di tengah-tengah Pameran Lukisan bertajuk “Unity – Art Project 2024” ini, meskipun hanya dihadiri segelintir seniman, tetapi tidak mengurangi bobot diskusi itu sendiri. Diskusi seni yang semula direncanakan dimulai pada pukul 15.30 WIB tersebut sempat molor beberapa puluh menit sehingga baru dimulai sekitar pukul 16.10 WIB.
Sebelum acara diskusi dimulai, dibuka dulu dengan doa dan hiburan. Hiburan pertama dimulai dengan performance art oleh seorang seniman yang melukis sambil menari. Hanya dalam hitungan menit, lukisan yang diciptakan pun selesai.
Selanjutnya penampilan dua pelukis dari Kabupaten Bandung Barat, Hamdani dan M. Noor. Keduanya tampil duet, Hamdani bernyanyi sebuah lagu diiringi pemetik gitar oleh M. Noor. Mereka mencoba menghibur peserta diskusi dan menghidupkan suasana agar terlihat lebih santai dan rileks.
Sekitar 25 orang peserta diskusi yang terdiri dari pelukis, narasumber, dan awak media larut dalam pembicaraan yang hangat. Kedua narasumber diberi kesempatan memaparkan pikiran mereka terkait tema yang dibahas yaitu seputar karya Maestro dan masa depan lukisan Indonesia.
Dalam diskusi tersebut dibahas juga tentang bagaimana proses perjalanan seorang pelukis untuk menjadi terkenal, karyanya pun bisa terjual dengan harga yang fantastis sehingga akhirnya mendapat gelar sebagai seorang maestro. Tidak ada sekolah yang memberi gelar tersebut. Maestro adalah sebuah julukan dari masyarakat sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi dan reputasi seorang seniman yang telah mencapai puncak kejayaannya.
Tentu saja semua seniman berkeinginan mencapai puncak kejayaannya dan mendapatkan julukan maestro sehingga mereka bisa naik kelas dalam strata sosial sekaligus mendapatkan Financial Freedom. Namun, semua itu harus memiliki beberapa persyaratan, di antaranya seperti dedikasi, konsistensi, kredibilitas, kualitas, reputasi, dan lain-lain.
Pembahasan lainnya yang cukup menarik ketika ada seorang peserta diskusi yang mempertanyakan kelangsungan seorang seniman dalam berkarya di tengah kemanjuan teknologi digital yang semakin pesat, terutama atas kehadiran Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) atau AI. Kecerdasan buatan adalah teknologi yang memungkinkan komputer dan mesin untuk mensimulasikan kecerdasan manusia dalam memecahkan masalah.
Saat ini banyak sekali aplikasi image creator (aplikasi pembuat gambar) yang populer dan sering digunakan untuk membuat gambar atau ilustrasi dengan bantuan kecerdasan buatan (AI). Aplikasi ini mampu membuat lukisan (painting) dan sketsa (drawing) dengan menggunakan aneka media. Bahkan, AI mampu meniru gaya lukisan dari pelukis tertentu. Bukan hanya itu, aplikasi ini juga mampu membuat gambar seperti foto dan menggerakkan gambar mati menjadi hidup dalam bentuk video.
Beberapa contoh image creator di antaranya:
DALL-E 3: Aplikasi ini dikembangkan oleh OpenAI. DALL-E 3 ini mampu menghasilkan gambar dari deskripsi teks yang kompleks. Aplikasi ini terkenal karena kemampuannya untuk menciptakan gambar yang sangat realistis dan kreatif.
Midjourney: Aplikasi ini merupakan salah satu AI image generator yang populer, terutama di kalangan seniman digital. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membuat gambar dengan kualitas tinggi berdasarkan prompt teks.
Bing Image Creator: Dikembangkan oleh Microsoft, Bing Image Creator memungkinkan pengguna untuk membuat gambar secara gratis hanya dengan memasukkan deskripsi teks. Hasil gambar bisa langsung diedit menggunakan Microsoft Designer.
Photo AI: Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur untuk menghasilkan gambar yang realistis. Pengguna bisa mengunggah foto mereka sendiri atau menggunakan karakter yang sudah tersedia untuk membuat gambar dengan berbagai pengaturan.
Menyikapi fenomena ini, kedua narasumber memberikan pencerahannya dengan mengatakan bahwa kemajuan teknologi tidak akan menghapus peran manusia. Secanggih apapun teknologi AI yang dapat menciptakan gambar atau lukisan hanya melalui tulisan (prompt) dalam waktu singkat, tetap diperlukan tenaga manusia yang membuat gambar atau lukisan secara manual.
Dulu, ketika awal ditemukannya kamera, sempat timbul juga kekhawatiran yang sama bahwa kehadiran kamera akan mematikan dunia seni lukis. Betapa tidak, hanya dalam waktu singkat bisa kamera mampu membuat gambar yang sangat mirip dengan objek aslinya, jauh lebih baik dari hasil lukisan. Namun, terbukti dengan berjalannya waktu, kekhawatiran tersebut tidak menjadi kenyataan. Keduanya bisa hidup berdampingan secara harmonis. Masing-masing sudah ada pasarnya sendiri-sendiri.
Acara berakhir sekitar pukul 19.30 WIB. Para peserta diskusi mengabadikan diri dengan berfoto bersama. Para peserta terlihat merasa puas karena diskusi berjalan dengan lancar dan sukses.
Ketua Komunitas Lingkaran sekaligus sebagai Ketua Pelaksana Pameran, Moya K. Kamarudin mengatakan bahwa pihaknya akan sering melakukan acara Artist Talk dengan format seperti ini. Menurutnya, acara yang dikemas dengan cara informal, duduk bersama secara melingkar membuat tidak ada jarak di antara mereka sehingga diskusi berjalan dengan lancar dan mengalir apa adanya.
Pada kesempatan tersebut juga Moya mengatakan bahwa karya seniman yang dipamerkan mendapat apresiasi positif dari kolektor, baik karya para maestro maupun karya dari Komunitas Lingkaran dan peserta pameran lainnya. Salah satu karya yang terjual adalah lukisan karya M. Noor yang dibeli oleh kolektor asing. (JH/BJN)
***
Judul: Menyimak Artist Talk di antara Pameran Lukisan Bertajuk “Unity – Art Project 2024” yang Digelar Komunitas Lingkaran
Penulis: Jumari Haryadi
Editor: JHK