Keseimbangan
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI – Artikel bertajuk “Keseimbangan” ini adalah karya tulis Febri Satria Yazid, seorang pengusaha, penulis, dan pemerhati sosial yang tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Manusia adalah makhluk sosial yang dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan manusia lain. Selain itu, manusia sebagai makhluk sosial juga berarti dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan selalu bergantung pada orang lain dalam hubungan yang seimbang.
Keseimbangan hidup adalah situasi di mana kita mampu membagi kehidupan antara bersosial dan bekerja dalam proporsi waktu yang tepat. Menemukan keseimbangan adalah memadukan ilmu keinginan dengan kebijaksanaan pemulihan untuk mendapatkan kebahagiaan, mengelola konsumsi berlebihan yang kompulsif di dunia. Konsumsi telah menjadi motif utama dalam hidup kita.
Hormon dopamin diproduksi oleh kelenjar di dalam tubuh, lalu menyebar lewat aliran darah yang berperan sebagai pembawa pesan, serta berfungsi dalam berbagai proses tubuh. Salah satu peran penting dari hormon yaitu mengatur suasana hati.
Beberapa jenis hormon diketahui dapat membantu meningkatkan perasaan positif, seperti kesenangan dan kebahagiaan. Meskipun hormon satu ini memiliki fungsi penting dalam menjaga kesehatan mental. Namun, jumlah yang berlebihan dalam tubuh juga tidak baik.
Kelebihan jumlah hormon dopamin di dalam tubuh membuat kita hiperaktif, mudah gelisah, dan insomnia. Bahkan, bisa menyebabkan gangguan mental, seperti skizofrenia gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).dan bipolar (gangguan jiwa yang umumnya mempengaruhi mood atau suasana hati, penderitanya dengan mudah berada pada episode manik yang dapat membuat seseorang mengalami euforia di luar batas) dan depresif.
Cara terbaik meningkatkan kadar dopamin hormon pemicu kebahagiaan adalah memperoleh keseimbangan; mengonsumsi makanan yang kaya protein; kurangi asupan lemak jenuh; mengonsumsi pro biotik; mengonsumsi kacang-kacangan; berolahraga secara rutin; waktu tidur yang cukup; mendengarkan musik, dan; mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup.
Masyarakat modern sering kali terjebak dalam pola hidup di mana mereka terus-menerus mencari stimulus baru untuk meningkatkan tingkat dopamin dalam otak mereka. Ini bisa melalui penggunaan media sosial, konsumsi makanan cepat saji yang kaya gula dan lemak atau melakukan kegiatan, seperti berbelanja atau bermain game.
Ketergantungan pada stimulus-stimulus yang memicu pelepasan dopamin dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional. Kecanduan, kecemasan, depresi, dan kesulitan konsentrasi adalah beberapa masalah yang sering kali terkait dengan kelebihan stimulasi dopamin.
Untuk menjaga kesejahteraan fisik dan mental, penting bagi individu untuk menemukan keseimbangan dalam hidup mereka. Ini berarti mengatur penggunaan teknologi, mengadopsi pola makan yang seimbang, dan meluangkan waktu untuk istirahat dan relaksasi, serta menetapkan batasan dalam hal konsumsi media dan aktivitas lain yang memicu pelepasan dopamin.
Keterampilan pengaturan diri yang baik adalah kunci untuk mengatasi godaan pemanjaan konstan di era modern ini. Ini melibatkan kemampuan untuk mengenali batasan pribadi, mengatur penggunaan teknologi, dan memprioritaskan kegiatan yang mempromosikan kesejahteraan secara keseluruhan.
Mengembangkan nilai religiositas dan kesejahteraan psikologis adalah dua hal yang bisa saling mendukung dalam perjalanan spiritual dan pribadi seseorang. Untuk mencapainya, kita perlu membangun nilai-nilai religiositas dengan cara mempelajari ajaran dan praktik dari agama/keyakinan yang kita anut dengan cara membaca kitab sucinya, mengikuti kelas khusus atau mendengarkan ceramah keagamaan secara formal maupun non formal. Untuk lebih mendalam, kita dapat diskusi atau mengajukan pertanyaan kepada para ulama.
Selain uraian di atas, kita perlu menyediakan waktu setiap hari untuk berdoa atau bermeditasi. Ini dapat membantu kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan merasakan kedamaian, ketenteraman , kenyamanan dalam diri. Termasuk juga menghadiri ibadah secara teratur, sesuai dengan ajaran yang kita yakini kebenarannya.
Bergabung dengan komunitas keagamaan juga dapat memberi dukungan sosial dan spiritual. Menerapkan nilai-nilai agama yang kita peroleh, baik melalui ceramah yang kita dengar atau dari buku-buku yang kita baca dari kelas khusus yang kita ikuti ke dalam tindakan sehari-hari. Melakukan kegiatan membantu sesama, memberikan sedekah, dan lakukan perbuatan baik lainnya sesuai dengan ajaran agama yang kita yakini.
Dari aspek psikologis kita perlu melakukan peningkatan kesejahteraan psikologis melalui tindakan memperhatikan kebutuhan fisik, emosional, dan mental kita. Memperhatikan kebutuhan tubuh untuk beristirahat yang cukup, makan sehat, olahraga, dan temui teman-teman atau keluarga untuk berbagi cerita dan dukungan.
Pelajari teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga untuk mengatasi stres dan kegelisahan. Jika kita merasa membutuhkan bantuan lebih lanjut dalam mengelola emosi atau masalah pribadi, kita dapat mencari bantuan dari seorang terapis atau konselor agar dapat menetapkan tujuan yang realistis dan berfokus pada pencapaian. Merasa meraih pencapaian dapat meningkatkan rasa bahagia dan kepuasan dalam hidup.
Memperoleh keseimbangan merupakan gol yang hendak kita raih, menjadi manusia yang religius agar diselamatkan dalam perjalanan kehidupan, sekaligus menjadi manusia psikologis yang dapat meraih dan merasakan kesenangan saat menjalaninya.
Untuk mewujudkan keseimbangan yang ideal maka kita perlu melakukan refleksi diri dengan meluangkan waktu untuk merenungkan bagaimana nilai-nilai religiositas kita memengaruhi kesejahteraan psikologis kita atau sebaliknya.
Menemukan komunitas atau kelompok yang mendukung kedua aspek ini. Banyak komunitas keagamaan juga menawarkan dukungan emosional dan psikologis. Kita perlu mempertahankan konsistensi dalam praktik agama dan perawatan diri sendiri, juga bersikap fleksibel terhadap perubahan dan tantangan yang mungkin timbul dalam hidup.
Untuk menjaga nilai-nilai religiositas dan menyinergikan hati, jiwa, nafsu, dan akal dengan tujuan merawat sisi psikologis, kita dapat mengikuti pendekatan yang holistik dan seimbang dengan melakukan introspeksi diri dengan memahami kekuatan, kelemahan, dan nilai-nilai diri yang memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana kita bisa lebih baik mendekati praktik religiositas dan kesejahteraan psikologis.
Beribadah dan melakukan praktik spiritual melalui doa dan meditasi dengan menyediakan waktu setiap hari untuk berdoa dan bermeditasi yang sangat membantu kita dalam menenangkan pikiran, merasa lebih dekat dengan Tuhan, dan meningkatkan kesadaran spiritual.
Selanjutnya lakukan penerapan nilai-nilai agama dalam tindakan sehari-hari yang kita lakukan, seperti dengan kegiatan membantu sesama, mempraktikkan kejujuran, memberikan nilai-nilai kasih sayang, dan sikap kedermawanan.
Menciptakan keseimbangan psikologis dengan memperhatikan kebutuhan fisik, emosional, dan mental kita. Kenali dan kelola emosi negatif kita dengan baik. Ini bisa dilakukan melalui teknik-teknik seperti terapi, atau aktivitas kreatif yang menyenangkan. Menentukan tujuan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut yang memberikan arah dan makna dalam hidup kita yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis.
Untuk dapat terintegrasi dan memperoleh keseimbangan terbuka terhadap pengalaman spiritual dan psikologis baru, kita tidak perlu takut untuk mengeksplorasi dan memperdalam pemahaman tentang diri sendiri dan hubungan dengan Khalik.
Menjaga fleksibilitas dalam beradaptasi dengan perubahan dalam hidup, termasuk perubahan dalam praktik keagamaan dan kebutuhan psikologis seiring berjalannya waktu. Dukungan sosial dan spiritual dengan cara bergabung dengan komunitas atau kelompok yang mendukung pertumbuhan spiritual dan kesejahteraan psikologis, bisa menjadi komunitas agama, kelompok meditasi, atau kelompok dukungan emosional.
Dengan memadukan praktik religiositas dengan perawatan psikologis yang baik, kita dapat menciptakan keseimbangan yang sehat antara hati, jiwa, nafsu, dan akal. Hal ini membantu kita berkembang secara holistik sebagai individu yang lebih seimbang dan bahagia.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai religiositas dan perawatan psikologis, kita dapat menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan spiritual dan kesejahteraan pribadi. Dengan demikian, penggunaan pola asuh yang didasarkan pada psikologi perkembangan dan empati bukan hanya mendukung kesejahteraan psikologis, tetapi juga membantu kita dalam pengembangan nilai-nilai religiositas yang lebih mendalam dan bermakna.
Hal penting mengenai keseimbangan: Keseimbangan ingin tetap seimbang, yaitu dalam keseimbangan. Ia tidak ingin terguling terlalu lama ke satu sisi atau sisi lainnya. Oleh karena itu, setiap kali keseimbangan mengarah pada kesenangan, mekanisme pengaturan diri yang kuat akan bertindak untuk mengembalikannya ke level yang sama. Mekanisme pengaturan diri ini tidak memerlukan pemikiran sadar atau tindakan kemauan. Itu terjadi begitu saja, seperti refleks (Anna Lembeke, MD). (Febri S.Y.).
***
Judul: Keseimbangan
Penulis: Febri Satria Yazid, pemerhati sosial.
Editor: JHK
Catatan:
Tulisan berjudul “Keseimbangan” ini bisa juga Anda baca di blog pribadi penulisnya ”Febrisatriayazid.blogspot.com” dan atas seizin penulis diterbitkan kembali di BERITA JABAR NEWS (BJN).