ArtikelBerita Jabar NewsBJNFeature

Sebuah Catatan Memoar: Di Balik Selimut Pagi

BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Rabu (30/07/2025) – Esai berjudul “Sebuah Catatan Memoar: Di Balik Selimut Pagiini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Aku pandangi Kanya, putriku, terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lengan kecilnya terpasang selang merah, menyalurkan kehidupan baru ke dalam tubuh mungilnya. Tanggal 19 November 2024, tanggal yang akan selalu terukir di benakku.

Pukul enam pagi kami sudah meluncur ke RS Hermina Pasteur, menyusuri jalanan Bandung yang masih lengang. Rutinitas yang kini tak asing lagi: sebelum transfusi, Kanya harus menjalani cek darah di laboratorium. Angka di bawah 8 koma sekian, itu adalah penentu. Hari ini, angka itu kembali menunjukkan bahwa Kanya membutuhkan bantuan.

Botol Infus
Ilustrasi: Botol infus – (Sumber: Pexels)

Hati seorang ayah mana yang tak hancur melihat buah hatinya berjuang? Aku mencoba menahan air mata, menelan gumpalan di kerongkongan. Kesedihan itu menggerogoti dari dalam, perlahan. Namun, pasti.

Rasanya ingin sekali kutukar posisiku dengannya, menanggung semua rasa sakit itu agar Kanya bisa kembali ceria. Namun, aku tahu, kesedihan bukanlah obat. Ia tak akan menghapus apapun, tak akan mempercepat kesembuhan putriku. Yang bisa kulakukan hanyalah menemaninya, memegang tangannya, memberikan kekuatan seolah-olah kekuatan itu masih tersisa dalam diriku.

Proses transfusi tak pernah sebentar. Bisa sampai sore, kata perawat. Ibunya dengan setia menjaga Kanya, sementara aku harus pulang menjemput adiknya dari sekolah. Berat rasanya harus meninggalkan Kanya. Bahkan, hanya untuk beberapa jam saja, tetapi kewajiban memanggil.

Didin Tulus
Aku bersama kedua anakku: Kanya (kanan) dan adiknya, Bagja (kiri) – (Sumber: Koleksi pribadi)

Jalanan macet sore itu terasa berkali lipat lebih menyiksa. Kemacetan yang biasanya hanya membuat pening kepala, kini terasa membebani seluruh jiwaku. Bahuku pegal, bukan hanya karena beban tas, tetapi karena beban pikiran yang tak terperi.

Adiknya Kanya terpaksa kutitipkan pada temanku, tetangga rumah. Tak mungkin membawa empat orang dalam satu motor, apalagi dengan kondisi Kanya yang sedang lemah.

Sepanjang perjalanan pulang, bayangan Kanya terus menari-nari di pelupuk mata. Senyumnya, tawanya, rengekan manjanya. Semua terasa begitu jauh, tertutup oleh pemandangan selang infus dan wajah pucatnya.

Aku bertanya-tanya, sampai kapan semua ini akan berakhir? Sampai kapan Kanya harus menjalani semua ini? Pertanyaan-pertanyaan itu berkelebat tanpa henti, menusuk-nusuk relung hatiku.

Setibanya di rumah sakit lagi, senja sudah merayap. Kanya masih terbaring lemah. Namun, sorot matanya sedikit lebih cerah. Ibunya Kanya memandangku dengan tatapan lelah. Namun, ada secercah kelegaan di sana.

Aku duduk di samping Kanya, menggenggam tangannya erat. Meskipun air mata tak jatuh membasahi pipi, jiwaku terasa remuk redam. Kesedihan ini terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ia menjadi bagian dari diriku, melekat erat, mengingatkanku akan kerapuhan hidup dan kekuatan cinta seorang ayah.

Malam itu, di samping ranjang Kanya, aku berjanji dalam hati. Aku akan menjadi bentengnya, kekuatannya, selama ia membutuhkan. Aku akan menelan semua kesedihan ini, mengubahnya menjadi energi untuk terus berjuang bersamanya.

Bagiku, Kanya adalah segalanya dan untuknya, aku akan melakukan apa pun. Bahkan, jika itu berarti menyembunyikan hatiku yang hancur di balik senyum yang kupaksakan. (Didin Tulus).

***

Judul: Sebuah Catatan Memoar: Di Balik Selimut Pagi
Penulis: Didin Tulus, sang Petualang Pameran Buku
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas Info Penulis

Didin Tulus lahir di Bandung pada 14 Maret 1977. Ia menghabiskan masa kecilnya di Pangandaran, tempat ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA YAS Bandung.

Didin Tulus
Didin Tulus, Penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Setelah lulus SMA, Didin Tulus melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Fakultas Hukum. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, jurusan Seni Rupa.

Aktifitas dan Karir

Didin Tulus memiliki pengalaman yang luas di bidang penerbitan dan kesenian. Ia pernah menjadi marketing pameran di berbagai penerbit dan mengikuti pameran dari kota ke kota selama berbulan-bulan. Saat ini, ia bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan independen.

Pengalaman Internasional

Didin Tulus beberapa kali diundang ke Kuala Lumpur untuk urusan penerbitan, pembacaan sastra, dan puisi. Pengalaman ini memperluas wawasannya dan membuka peluang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan komunitas sastra internasional.

Kegiatan Saat Ini

Saat ini, Didin Tulus tinggal di kota Cimahi dan aktif dalam membangun literasi di kotanya. Ia berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian dan sastra.

Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas, Didin Tulus telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang berdedikasi dan berprestasi di bidang kesenian dan penerbitan.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *