Perjalanan Menuju Penemuan Diri
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Cerpen berjudul “Perjalanan Menuju Penemuan Diri” ini merupakan karya original dari Febri Satria Yazid yang sehari-hari berprofesi sebagai seorang pengusaha, penulis, dan pemerhati sosial. Penulis yang berasal dari Sumatra Barat ini merupakan anggota Kompeni (Komunitas Penulis Cimahi) dan kini menetap di Kota Cimahi.
Aditya dilahirkan dari keluarga yang hidup bersahaja dalam kesederhanaan. Ia lahir pada 1998, persis saat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sedang mengalami gejolak sosial dan politik. Kondisi ini ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun dan digantikan oleh Wakil Presiden Habibie. Sejak itu berakhirlah era Orde Baru dan muncul era Reformasi.
Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa pria yang tergolong Gen Z (generasi yang lahir antara 1997-2012) ini kini menginjak usia 26 tahun. Sudah dua tahun Aditya menyelesaikan pendidikannya pada sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di kKota kelahirannya.
Pria yang memiliki nama bermakna “matahari” ini (bahasa Sansekerta, Aditya = matahari) tumbuh sebagai seorang remaja yang merasa terjebak dalam tekanan ekspektasi sosial dan keluarga, memulai perjalanan untuk menemukan jati dirinya. Dalam perjalanan ini, Aditya bertemu dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda, menghadapi tantangan, dan akhirnya menemukan kekuatan dalam keunikan sendiri.
Terlahir dari orang tua generasi X (generasi yang lahir antara 1965-1980), Ayah Aditya bekerja sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang baru saja memasuki masa persiapan pensiun. Ia lahir 59 tahun silam sebagai generasi awal lahirnya Gen X, sedangkan Ibu Aditya lahir pada 1968 dan merupakan seoang pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Generasi ini tumbuh pada masa perubahan sosial dan perkembangan teknologi.
Gen X dianggap sebagai “penghubung” antara generasi yang lebih tua dan lebih tradisional dengan generasi yang lebih muda yang terbiasa dengan teknologi digital. Sebagai produk Orde Baru, Ayah dan Ibu Aditya turut serta dalam program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan sebuah badan pemerintah bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Oleh karena itu mereka hanya memiliki dua orang anak. Program ini berhasil menekan angka kelahiran secara Nasional.
Dalam keluarga kecil itulah Aditya berasal. Ia sebagai anak kedua sekaligus bungsu dari dua bersaudara. Kakak Aditya seorang wanita berparas cantik, tak jauh dari ibunya. Ia telah menikah beberapa tahun lalu dan diboyong suaminya pindah ke kota metropolitan.
Di hamparan dunia yang digital, Generasi Z berlabuh. Dalam keramaian pikiran, harapan dan mimpi yang terjalin, Aditya bergerak dengan langkah-langkah yang terukir dan terukur di antara derasnya arus informasi yang tak terbatas.
Di bawah sinar mentari teknologi yang menyinari, Aditya menyelinap di antara benang-benang jaringan, mengungkap keunikan dalam kebisingan yang tercipta, dalam era di mana setiap klik adalah petualangan.
Aditya merangkai kisah-kisah dalam bentuk bit dan byte. Ia telah bekerja selama dua tahun di salah satu perusahaan startup terkemuka dengan latar latar belakang pendidikan Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi.
Bidang pekerjaan yang menjadi tanggug jawab Aditya adalah pengembangan perangkat lunak, platform online atau aplikasi mobile, bidang kerja yang sangat sesuai dengan passion-nya yang mempunyai minat mendalam terhadap Teknologi Informasi. Dorongan internal yang mendorong dirinya untuk mengejar hal-hal yang ia sukai atau peduli secara mendalam.
Ketika seseorang memiliki passion terhadap sesuatu, mereka cenderung merasa terinspirasi, termotivasi, dan bersemangat untuk belajar lebih banyak, berkembang, dan berkontribusi dalam area tersebut. Dalam konteks karier, memiliki passion terhadap pekerjaan atau bidang tertentu dapat membuat seseorang lebih bersemangat dan berdedikasi dalam menjalani pekerjaan tersebut. Hal tersebut juga dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih sukses dalam karier mereka karena mereka cenderung lebih termotivasi untuk mengejar keunggulan dalam bidang yang mereka cintai.
Memiliki passion tidak hanya tentang mengejar apa yang membuat kita senang, tetapi juga tentang menemukan cara untuk menggabungkan minat kita dengan kebutuhan dunia, baik dalam konteks pekerjaan, kewirausahaan, atau kontribusi sosial. Dengan demikian, passion dapat menjadi pendorong yang kuat untuk pencapaian pribadi dan profesional yang signifikan.
Selain latar belakang pendidikan, kemampuan keterampilan lunak seperti kemampuan komunikasi yang baik, kerja tim, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah juga sangat dihargai oleh perusahaan startup. Mempelajari dan menguasai keterampilan ini dapat membantu diri Aditya untuk bersaing di pasar kerja startup yang kompetitif.
Sehari-hari, Aditya berangkat kerja menggunakan jasa transportasi umum dari tempat kos ke kantornya. Dalam perjalanan rutin inilah ia berkenalan dengan Ayu, seorang gadis yang juga kos tidak jauh dari tempat kosnya karena sering jumpa di halte bus.
Sejak masih mahasiswi, Ayu telah menekuni bisnis sambil kuliah menjadi seorang reseller dan ketika menamatkan kuliah di Fakultas Ekonomi Bisnis di Perguruan Tinggi yang sama dengan Aditya, Ayu bermain penuh menjadi seorang entrepreuneur muda.
Sekali waktu, Aditya dan Ayu duduk bersebelahan di bus. Aditya menuju kantor dan Ayu mau menghadiri pertemuan pengusaha muda se kota tempat tinggalnya. Saat itulah mereka saling memperkenalkan diri. Beberapa kali mereka sempat satu bus. Terkadang pas Aditya mau bekerja atau sekali waktu pada saat ia pulang dari kantor menuju tempat kos.
Suatu hari mereka terlibat pembicaraan serius tentang masa depan generasi muda menuju Indonesia emas tahun 2045 yang akan datang. Ayu bercerita bisnis yang ditekuninya kurang didukung oleh kemampuannya menguasai teknologi yang kian mengarah kepada bisnis digital.
“Lama-lama aku merasa tertinggal dengan pesaing bisnisku yang mempunyai kemampuan beradaptasi dengan tren bisnis saat ini yang berbasis teknologi digital dengan memaketkan produk secara online. Jika tak segera melakukan adaptasi, usahaku bisa gulung tikar karena tidak lolos seleksi alam,” keluh Ayu pada Aditya.
Aditia menyimak dengan saksama penjelasan Ayu, lalu menanggapi, “Aku mempelajari bidang itu. Aku lulusan Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi di Perguruan yang sama dengan Ayu. Kalau Ayu berkenan, aku siap support bisnis Ayu.”
Bak gayung bersambut, Ayu dengan hati berbunga-bunga segera saja menerima tawaran Aditya, “Tapi aku belum punya budget untuk bayar jasa kamu.”
“Tidak usah memikirkan bayaran untuk jasaku. Aku support cuma-cuma kok, free, Ayu,” jawab Aditya meyakinkan teman barunya itu.
Tidak terasa Ayu sampai di tujuan dan pamit turun duluan. Mata Aditya tak berkedip sedikit pun menyaksikan langkah perempuan yang mulai menggetarkan jiwanya itu.
Beberapa hari kemudian, saat libur kerja, Aditya mendatangi tempat usaha Ayu. Saat jumpa pengusaha muda itu, ia mulai mendata kelengkapan peralatan yang dimiliki Ayu untuk bisa melakukan bisnis online. Ada beberapa alat yang mesti dibeli dan di-install Aditya. Kemudian disepakati jadwal pelatihan bisnis digital mereka lakukan dalam empat kali pertemuan pada Sabtu dan Minggu yang diikuti oleh Ayu dan dua orang pegawainya yang bekerja sebagai admin di kantor Ayu.
Tidak sulit bagi tim Ayu untuk menguasai ilmu yang dipaparkan Aditya. Dalam waktu singkat bisnis Ayu mulai menerapkan penjualan secara online tanpa meninggalkan bisnis offline yang telah lama ditekuninya.
Hubungan pertemanan antara Aditya dan Ayu kian dekat. Dua makhluk Tuhan berbeda jenis kelamin tersebut sering jumpa, jalan bareng dan diskusi dalam banyak hal.
Di bawah purnama yang mengambang di langit malam, di tepi danau yang tenang, Aditya dan Ayu duduk bersama di bawah pohon cemara yang menjulang tinggi. Cahaya bulan menerangi wajah mereka yang dipenuhi dengan kelembutan. Suara gemercik air danau dan desiran angin menjadi latar belakang untuk perasaan yang tumbuh di antara keduanya.
“Malam ini begitu indah, tidak kalah dengan kecantikanmu, Ayu,” ungkap Aditya membuka obrolan di antara suara gemercik air dan desiran angin.
“Terima kasih, Adit. Aku merasa keindahan malam ini hanya memantulkan kebesaran perasaan yang tengah tumbuh di dalam hatiku. Setiap kali kita berdua bersama, aku merasa seperti melayang di awan-awan putih yang lembut. Kata-kata indahmu membuat hatiku bergelayut di lautan cinta yang tak terhingga,” ungkap Ayu sambil memandang air danau yang jernih di hadapan mereka.
Aditya menatap mata Ayu dengan penuh kelembutan, lalu berkata, “Matahari terbit dari balik cakrawala, membawa harapan baru yang menyinari jalan kita. Aku ingin berjalan bersamamu di bawah cahaya mentari, menapaki setiap langkah ke depan bersama.”
Suasana hening sejenak. Keduanya terbawa suasana dalam gejolak hati yang menggelora, penuh dengan rasa yang sulit diungkapkan dengan ribuan kata.
Tiba-tiba Aditya mendekatkan mulutnya ke telinga Ayu seraya membisikkan kata-kata dengan lembut, “Biarkan cinta ini menjadi lagu abadi yang memayungi langit dan bumi. Biarkan hati kita menyatu dalam irama yang tak terlukiskan, membangun sebuah kisah yang tak akan pernah pudar”.
Ayu mengangguk dengan tulus, “Aku siap untuk menari dalam alunan cinta kita, Adit. Bersama, kita akan menuliskan kisah yang puitis, melintasi waktu dan ruang hingga akhir hayat menjemput kita”
Di bawah cahaya rembulan yang gemilang, di tepi danau yang tenang, Aditya dan Ayu menyatukan hati mereka dalam sebuah janji abadi, menjadikan cinta mereka sebagai bintang yang akan selalu menerangi perjalanan hidup mereka.
Setelah beberapa bulan saling mendalami jiwa dan mengetahui silsilah keluarga, mengakui kecantikan dan ketampanan, serta pemahaman agama yang mereka yakini, mereka berdua bersepakat untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan dengan restu kedua orang tua mereka.
Akhirnya Aditya dan Ayu pun mendapat restu dari kedua orang tua mereka untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan yang sakral dan penuh suka cita. Kini keduanya telah resmi sebagai pasangan suami istri.
Kemudian atas kesepakatan bersama, Aditya memutuskan berhenti bekerja di kantor start up dan fokus membesarkan bisnis Ayu dengan melakukan diversifikasi usaha. Ia bertanggungjawab dalam pengembangan marketing digital, sesuatu yang sudah dikuasainya, sesuai dengan job yang pernah dilakukannya saat bekerja di perusahaan startup.
Ada keyakinan kuat di antara Aditya dan Ayu bahwa mereka akan dapat menjadi pelaku aktif mewujudkan Indonesia Emas, turut serta menyiapkan lapangan kerja dalam mengurangi angka pengangguran. Mereka memiliki energi yang luar biasa dan penuh semangat dengan dasar skill dan cinta yang berpadu dalam balutan iman dan takwa.
Di balik layar-layar cemerlang yang memesona, ada cerita-cerita yang menunggu untuk diungkapkan, keteguhan, keyakinan, kegembiraan, dan semangat yang menyala. Aditya dan Ayu menjadi bagian dari alur kehidupan yang terus mengalir. Dalam hati mereka, di antara dunia maya yang semarak, menjadi penjelajah-penjelajah rohani yang memperjuangkan kebenaran.
Biarlah lagu-lagu kehidupan dinyanyikan oleh sepasang manusia yang dirasuki asmara suci dalam melodi yang puitis, menyulam kisah-kisah yang tak terlupakan dalam lembaran sejarah. Hanya Aditya dan Ayu yang mampu merangkai cinta mereka menjadi sebuah motivasi dalam membangun keluarga yang sakinah dan membangun negeri yang sempat digelari sebagai Zamrut Khatulistiwa.
Gen Z mungkin merasa terjebak dalam tekanan untuk mencapai prestasi yang bergengsi, memenuhi harapan orang tua mereka untuk mengikuti jejak tertentu. Ayu dan Aditya akan buktikan bahwa pilihan mereka untuk membangun bisnis bersama adalah pilihan yang benar dan tepat sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.
Terkadang, remaja merasa tekanan untuk menjadi “sempurna” dalam segala hal. Keluarga mungkin memiliki harapan tertentu tentang bagaimana remaja seharusnya menjalani hidup mereka, termasuk mengikuti tradisi keluarga tertentu atau mempertahankan norma-norma yang sudah ada.
Mereka dapat belajar untuk mengambil keputusan sendiri dan mengembangkan kemandirian dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Ini termasuk membuat keputusan tentang karier dan kehidupan sosial mereka sendiri, tanpa terlalu dipengaruhi oleh harapan orang lain.
Ayu dan Aditia dapat fokus pada membangun identitas yang positif dan mengembangkan nilai-nilai yang penting bagi mereka, seperti integritas, empati, dan keberanian. Ini membantu mereka memperkuat keyakinan mereka sendiri dan menjaga keseimbangan antara keinginan pribadi dan tekanan dari luar. Mereka dapat berusaha menjalin hubungan yang autentik dengan orang-orang di sekitar mereka, di mana mereka dapat menjadi diri mereka sendiri tanpa takut untuk disalahpahami atau dihakimi.
Melalui langkah-langkah seperti ini, mereka dapat secara bertahap menemukan dan memperkuat identitas mereka sendiri di luar tekanan ekspektasi sosial dan keluarga. Proses ini mungkin memerlukan waktu dan upaya, tetapi bisa menjadi langkah penting dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi.
Aditya telah berikrar dan mengucapkan ijab kabul kepada ayah Ayu, siap menjadi nakhoda untuk pelayaran panjang , menerjang gelombang di lautan lepas dan luas membawa Ayu berlayar, seperti pesan yang pernah dibaca dari seorang ulama besar Buya Hamka.
“Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang. Kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut pulang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang,” ungkap Buya Hamka dalam sebuah karya sastra yang legendaris “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”.
Tekad Aditya sudah bulat membawa Ayu berlayar menuju Dermaga Cinta Sejati. Kisah kehidupan dua insan yang selalu mencari rida-Nya dalam mengarungi kehidupan yang penu dengan tantangan ini. (Febri Satria Yazid).
***
Judul: Perjalanan Menuju Penemuan Diri
Pengarang: Febri Satria Yazid
Editor: JHK