ArtikelBerita Jabar NewsReligi

Patah Hati Teguran Allah yang Paling Indah

BERITA JABAR NEWS (BJN), Jumat (26/01/2024)  – Artikel berjudul “Patah Hati Teguran Allah yang Paling Indah” ini merupakan karya original dari Neneng Salbiah yang merupakan seorang tenaga pendidik non formal, kreator digital, dan aktivis sosial di bidang sikotropika.

“Menciptakan langit tanpa tiang saja Allah mampu, apa lagi hanya untuk mengobati hati kamu. Kita hanya perlu percaya bahwa setiap luka juga bagian dari takdir Allah” – Ust Hanan Attaki.

Seorang wanita pernah mencurahkan isi hatinya, bagaimana saat ia merasakan patah hati yang begitu menyakitkan atas kegagalan satu hubungan yang sudah sangat serius, kemudian diputuskan secara sepihak dan tiba-tiba dari kekasihnya. Ikrar pernikahan memang belum terucap dengan lisan, tetapi restu dari kedua belah pihak sudah tercipta. Hal ini tercermin dari kedekatan hubungan antar keluarga mereka.

Pada hati wanita yang sedang berbunga-bunya itu, banyak rencana dan angan-angan tentang membangun sebuah mahligai rumah tangga yang didambakannya. Bagaikan hantaman badai menerpa hati dan jiwa, ketika ia mendengar kalimat “putus” dari mulut calon pasangan yang telah memberikannya banyak harapan.

Pria dan wanita pacaran
Ilustrasi: Sepasang kekasih sedang berpacaran – (Sumber: Bing Image Creator AI/BJN)

Sakit hati, sedih, dan merasa terzalimi. Itulah perasaaan yang ada dalam lubuk hati wanita itu. Tidak ada aktivitasnya yang berarti, selain merenungi nasibnya sambil berurai air mata. Rasanya tidak cukup kata untuk menggambarkan perasaannya. Hanya rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya sehingga sempat terlintas dalam pikirannya untuk segera mengakhiri hidupnya.

Hingga satu hari, wanita itu mencoba mendekatkan diri pada sang Illahi Robbi, setelah menunaikan salat wajib – kewajiban yang nyaris tidak pernah dilakukannya, ia membaca surat Yasin karena hanya bacaan surat Yasin ini yang bisa dibacanya dengan lancar.

Ajaib, kurang lebih satu minggu dilakukan dengan rutin, baik di rumah maupun di kantor pada saat-saat senggang, tanpa terasa kini hatinya mulai lapang. Kesedihan, sedikit demi sedikit berkurang hingga akhirnya terlupakan.

Patah hati adalah sebuah rasa yang kita undang sendiri dalam kehidupan, memeliharanya hingga meradang dan berakhir dengan keputusasaan.

Rasa sakit, baik jasmani maupun ruhani itu berasal dari satu sumber, yaitu sang Pemilik Segalanya. Menyembuhkan rasa sakit bukanlah kuasa kita sebagai mahluk. Namun, kita hanya ditugaskan untuk mencari jalan ikhtiar penyembuhan dengan cara “sabar dan salat”.

Al-quran adalah pengobat dari segala penyakit, sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yunus:57 yang artinya, “Wahai manusia telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh dari penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk, serta rahmat bagi orang yang beriman.”

Alquran merupakan obat dari segala penyakit karena di dalamnya terkandung banyak nasihat, motivasi, peringatan, janji, dan ancaman yang memicu seseorang pada sikap harap (raja) dan sikap takut (khauf).

Hati adalah segumpal daging yang memberikan komando kepada semua organ tubuh. Jika hati baik maka organ tubuh akan menjadi baik.

Sangat mudah bagi Allah untuk menyembuhkan luka hati yang kita alami karena Allah sang Maha Membolakbalikkan Hati Manusia.

Dekatilah sang Pemilik Hati, niscaya Allah akan memelihara hati kita dari segala bentuk luka. Hal penting yang perlu kita lakukan hanyalah keyakinan, yakin jika Allah maha pemilik segalanya.

Allah akan membrikan terguran dengan caranya agar seorang hamba kembali mungntai kalimat doa kepada-Nya. Namun, apapun bentuk teguran itu akan terasa indah jika kita dapat memaknainya dengan kerendahan hati di hadapan sang Pencipta. (Neneng Salbiah).

***

Judul: “Patah Hati Teguran Allah yang Paling Indah”
Pengarang: Neneng Salbiah
Editor: JHK

Sekilas tentang pengarang

Wanita kelahiran Bogor, 02 Juni 1978 bernama lengkap Neneng Salbiah ini aktif menulis artikel dan novel di berbagai platfoam. Ia biasa menggunakan nama “Violet Senja” sebagai nama pena dalam setiap karya fiksinya.

Ibu dari satu orang putri dan satu orang putra ini juga merupakan seorang tenaga pendidik non formal, kreator digital, dan aktivis sosial di bidang sikotropika. Ia berkeinginan untuk terus menulis sampai usia senja, seperti motto hidupnya “Hidup hanya sekali dan jangan biarkan menua tanpa arti”.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *