Menggali Makna Budaya Peralatan Tradisional Sunda di Museum Sri Baduga
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/11/2024) – Seminar budaya bertajuk “Menggali Makna Budaya Peralatan Tradisional Sunda” sukses digelar di Museum Sri Baduga, Bandung. Acara ini menjadi ajang refleksi mendalam terhadap kekayaan budaya Sunda melalui perspektif para pakar yang hadir sebagai pemateri.
Dalam dua sesi yang padat dan inspiratif, seminar ini berhasil menyentuh berbagai aspek penting terkait peralatan tradisional dapur Sunda yang bukan hanya alat-alat rumah tangga biasa, tetapi juga memiliki nilai historis, filosofis, dan simbolis yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Sunda.
Para Pakar Berbagi Wawasan
Pada sesi pertama, tampil dua narasumber yang sangat kompeten di bidangnya: Ade Makmur Kartawinata dan Mang Jamal yang dikenal sebagai pelestari budaya Sunda dan pegiat literasi. Mereka membahas bagaimana peralatan tradisional Sunda mencerminkan cara hidup masyarakat yang bersahaja. Namun, sarat makna.
Ade Makmur Kartawinata menjelaskan bahwa setiap alat memiliki fungsi yang lebih dari sekadar alat bantu memasak.
“Misalnya, haseupan (alat kukus dari bambu) bukan sekadar alat, tetapi juga menjadi simbol kebersahajaan dan keramahan hidup masyarakat Sunda,” ujar Ade.
Ade menegaskan bahwa alat-alat ini menjadi saksi sejarah yang perlu terus dilestarikan di tengah arus modernisasi. Sementara itu, Mang Jamal menyoroti nilai-nilai filosofis yang tersimpan dalam peralatan dapur tradisional. Ia juga menambahkan bagaimana generasi muda perlu diajak untuk memahami akar budaya mereka melalui artefak ini.
“Peralatan tradisional dapur Sunda adalah cerminan kearifan lokal yang mengajarkan kita tentang harmoni antara manusia dan alam,” ungkap Mang Jamal dalam paparannya yang penuh semangat.
Sesi kedua menghadirkan dua pemateri lain, yaitu Mamat Sasmita, pemilik Rumah Baca Sunda, dan Haryadi Darmawan, seorang peneliti sejarah dan budaya. Keduanya melanjutkan pembahasan dengan fokus pada konteks sejarah dan pengaruh budaya global terhadap eksistensi peralatan tradisional Sunda.
Mamat Sasmita berbagi pengalaman pribadinya dalam mengumpulkan dan merawat koleksi peralatan tradisional. Ia menuturkan bahwa keberadaan benda-benda ini tidak hanya sekadar barang antik, tetapi juga memiliki kisah yang menuturkan perjalanan hidup masyarakat Sunda di masa lalu.
“Melalui koleksi ini, saya ingin generasi muda bisa memahami jati diri mereka sebagai orang Sunda,” ujar Mamat.
Haryadi Darmawan menutup sesi ini dengan menyoroti pentingnya dokumentasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk memastikan warisan budaya ini tidak hilang. Ia mengingatkan audiens bahwa perubahan zaman tak bisa dihindari, tetapi upaya pelestarian harus terus dilakukan agar nilai-nilai luhur dalam budaya Sunda tetap hidup.
Ajang Silaturahmi Pecinta Budaya
Seminar ini juga menjadi momen istimewa bagi para peserta untuk saling bertemu dan bertukar pikiran. Banyak yang merasa seperti menghadiri reuni, termasuk penulis dan peserta aktif seminar, Didin Tulus yang membagikan kesannya di media sosial. Ia menuturkan bahwa acara ini memberinya wawasan baru untuk memperkaya karyanya.
“Saya beruntung mendapatkan undangan ini. Bertemu dengan sahabat-sahabat yang peduli budaya, seperti Mang Jamal dan Pak Ade adalah pengalaman yang sangat berarti,” ungkap Didin..
Bagi Didin, seminar ini juga menjadi kesempatan emas untuk bertemu langsung dengan Mamat Sasmita yang pernah membantunya menyelesaikan sebuah buku melalui koleksi Rumah Baca Sunda.
“Kami berbincang banyak hal yang mesti dilanjutkan di waktu mendatang,” tambah Didin.
Museum Sri Baduga: Penjaga Warisan Budaya
Sebagai tuan rumah, Museum Sri Baduga mendapat banyak apresiasi atas inisiatifnya menggelar seminar ini. Acara tersebut tak hanya memberikan ruang untuk belajar, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga identitas budaya di tengah modernitas.
Melalui seminar ini, peserta diajak untuk melihat peralatan dapur tradisional Sunda sebagai lebih dari sekadar benda mati. Mereka adalah penanda zaman, bukti kearifan lokal, dan pengingat betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia.
Semangat yang terpancar dari diskusi-diskusi di seminar ini memberikan energi positif bagi para peserta untuk terus melestarikan dan mengembangkan budaya Sunda, seperti yang disampaikan Didin Tulus di akhir acara.
“Banyak hikmah dan energi positif yang kami petik hari ini untuk terus berkarya,” ujar Didin dengan bersemangat, “Semoga seminar seperti ini bisa terus dilaksanakan, menjadi jembatan antara generasi muda dengan warisan leluhur yang begitu berharga,” pungkasnya. (Didin Tulus/BJN).
***
Judul: Menggali Makna Budaya Peralatan Tradisional Sunda di Museum Sri Baduga
Reporter: Didin Kamayana Tulus
Editor: JHK