ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Makna Hijrah dalam Perspektif Islam: Dari Perpindahan Fisik Menuju Transformasi Spiritual dan Intelektual

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Sabtu (05/07/2025) – Artikel berjudul “Makna Hijrah dalam Perspektif Islam: Dari Perpindahan Fisik Menuju Transformasi Spiritual dan Intelektual” ini merupakan karya original dari Yoyo C. Durachman, seorang penulis, pengarang, dosen,  sutradara, dan budayawan Cimahi. Saat ini aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).

Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriah kembali menjadi momentum penting bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk merenungkan makna hijrah, bukan sekadar sebagai peristiwa sejarah, tetapi sebagai spirit perubahan yang relevan sepanjang zaman. Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah lebih dari sekadar perpindahan fisik; ia adalah tonggak sejarah yang menandai awal peradaban Islam yang berlandaskan nilai-nilai tauhid, keadilan, dan kemanusiaan.

Ilustrasi: Serombongan kafilah sedang melintasi padang pasir - (Sumber: Arie/BJN)
Ilustrasi: Serombongan kafilah sedang melintasi padang pasir – (Sumber: Arie/BJN)

Dalam konteks historis, hijrah menjadi solusi atas tekanan, diskriminasi, dan kekerasan yang dialami umat Islam awal di Makkah. Namun, substansi dari hijrah itu sendiri bukan hanya pada perjalanan geografisnya, melainkan pada perubahan mendalam yang dibawa oleh proses tersebut: dari kegelapan menuju cahaya, dari kejumudan menuju dinamika, dan dari keterpurukan menuju kemuliaan.

Hijrah: Makna yang Lebih Dalam

Kata hijrah dalam bahasa Arab berarti “meninggalkan” atau “berpindah”. Dalam konteks spiritual Islam, hijrah merujuk pada usaha meninggalkan segala bentuk keburukan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Artinya, hijrah tidak melulu soal fisik, tetapi tentang keberanian mengambil langkah perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan diridhai oleh Allah SWT. Perubahan ini meliputi dimensi mental, spiritual, sosial, hingga intelektual.

Hijrah Mental dan Perilaku

Hijrah mental berarti berpindah dari pola pikir negatif, fatalistik, dan statis menuju pola pikir yang positif, terbuka, dan dinamis. Umat Islam hari ini dituntut untuk berpikir progresif dan kritis. Namun, tetap bersandar pada nilai-nilai keimanan. Kejumudan berpikir dan sikap pasrah tanpa ikhtiar harus diganti dengan semangat mencari solusi, memperjuangkan keadilan, dan membangun peradaban.

Hijrah perilaku adalah usaha nyata untuk meninggalkan akhlak tercela seperti iri hati, dendam, kemalasan, dan kebohongan. Dalam masyarakat yang tengah mengalami tantangan moral dan sosial, hijrah perilaku menjadi sangat penting sebagai pondasi membangun komunitas yang sehat, jujur, dan adil.

Hijrah Spiritual

Dimensi spiritual dalam hijrah mengajak setiap Muslim untuk memperbaiki hubungan vertikal dengan Sang Pencipta. Ini berarti meningkatkan kualitas ibadah, memperdalam makna dzikir, dan memperkuat keikhlasan serta rasa syukur dalam setiap aspek kehidupan. Di tengah dunia yang serba cepat dan materialistik, hijrah spiritual menjadi jalan menjaga ketenangan batin dan arah hidup yang lurus.

Hijrah Intelektual

Tak kalah penting, umat Islam perlu melakukan hijrah intelektual: bergerak dari keterbelakangan ilmu menuju kemajuan pengetahuan. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu dan akal sebagai karunia Allah.

Dalam sejarahnya, peradaban Islam pernah menjadi pelopor ilmu pengetahuan dunia karena tradisi intelektual yang kuat. Oleh karena itu pada era digital dan informasi ini, umat Islam harus kembali menumbuhkan budaya literasi, berpikir ilmiah, dan terus belajar untuk memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan umat manusia.

Hijrah sebagai Proses Berkelanjutan

Hijrah bukanlah peristiwa yang selesai dalam satu waktu. Ia adalah proses panjang yang menuntut komitmen, kesabaran, dan ketekunan. Setiap individu Muslim hendaknya menjadikan Tahun Baru Hijriah sebagai momentum muhasabah dan awal untuk memperbarui niat dan tekad dalam berhijrah: dari gelap menuju terang, dari lalai menuju taat, dari stagnasi menuju progresivitas.

Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Semoga semangat hijrah senantiasa membimbing kita menuju kehidupan yang lebih bermakna, lebih berkualitas, dan lebih dekat kepada ridha Allah SWT.

***

Judul: Makna Hijrah dalam Perspektif Islam: Dari Perpindahan Fisik Menuju Transformasi Spiritual dan Intelektual
Penulis: Yoyo C. Durachman
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang Penulis

Yoyo C. Durachman
Yoyo C. Durachman, penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Yoyo C. Durachman adalah seorang seniman dan budayawan Cimahi yang multitalenta. Pria kelahiran Bandung, 21 September 1954 ini dikenal sebagai dosen, aktor, sutradara, penulis, pengarang, dan budayawan.

Selama karirnya dalam dunia teater, tidak kurang dari 30 pementasan telah dilakukan Yoyo dengan kapasitas sebagai sutradara, pemain, penata pentas, konsultan, dan pimpinan produksi. Naskah drama berjudul “Dunia Seolah-olah” adalah naskah drama yang ia tulis dan dibukukan bersama naskah drama lain milik Joko Kurnain, Benny Johanes, Adang Ismet, Arthur S. Nalan, dan Harris Sukristian.

Pensiunan dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini kini sering diundang sebagai juri maupun sebagai narasumber diberbagai kegiatan kebudayaan. Selain itu, Yoyo juga aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *