BeritaBerita Jabar NewsBJN

Lukisan Berjudul “Gate” Karya Perupa Bandung Moya K. Kamarudin Tampil Memukau dalam Pameran Seni Rupa Bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di Jakarta

Berita Jabar News (BJN), Jakarta, Kamis (15/05/2025) – Perupa asal Kota Kembang, Moya K. Kamarudin ikut meramaikan Pameran Seni Rupa di Jakarta bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” yang digelar Komunitas “Indonesian Artist”. Pameran tersebut berlangsung sejak 3 sampai 31 Mei 2025, bertempat di Jakarta Design Center (JDC), Jalan Gatot Subroto, Kav.53, Slipi, Jakarta Pusat.

Pameran yang melibatkan 56 perupa dari seluruh Indonesia ini dibuka secara resmi pada Sabtu, 3 Mei 2025 pukul 15.00 WIB oleh Direktur Eksekutif Badan Pengelola Usaha Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Esti Nurjadin. Bertindak sebagai kurator adalah Heri Kris, seorang seniman senior alumni FSRD Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Flyer pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” - (Sumber: Moya/BJN)
Flyer pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” – (Sumber: Indonesian Artist)

Komunitas Indonesian Artist adalah wadah pengembangan seni rupa Indonesia yang diketuai oleh Tato Kastareja. Menurut Tato, komunitas ini merupakan gerakan sosial seni rupa Indonesia dalam rangka turut andil memberikan kontribusi positif untuk kemajuan seni rupa di Indonesia, menciptakan dan meningkatkan mutu karya, serta mencetak kader perupa yang andal.

Daftar peserta pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination”
Daftar peserta pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” – (Sumber: Indonesian Artist)

“Anggota Indonesian Artist sampai hari ini telah mencapai lebih dari 500 perupa dari seluruh Indonesia. Membangun komunitas itu sangatlah penting untuk menyatukan para seniman Indonesia ke dalam satu wadah kebersamaan, saling mengisi, dan menginspirasi, serta membangun spirit berkarya,” ungkap Tato kepada awak media.

Direktur Eksekutif Badan Pengelola Usaha Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Esti Nurjadin, saat membuka pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” - (Sumber: Moya/BJN)
Direktur Eksekutif Badan Pengelola Usaha Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Esti Nurjadin, saat membuka pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” – (Sumber: Indonesian Artist)

Sementara itu Kurator Pameran, Heri Kris adalah seorang perupa Indonesia kelahiran 1967. Lukisan karya Heri umumnya bergaya Modern dan Kontemporer. Beberapa karyanya telah ditawarkan di lelang beberapa kali dengan harga terjual berkisar antara 145 USD hingga 7.680 USD. Sejak 2009, harga rekor lukisan karyanya dilelang dengan harga tertinggi sebesar 7.680 USD untuk karya berjudul Floating on Brown yang dijual di Lelang Borobudur, Jakarta, pada 2010 silam.

Terkait dengan Pameran Seni Rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” ini, Heri mangatakan bahwa Beyond Imagination” bila diterjemahkan berarti “Imajinasi yang melampaui batas pemikiran”. Maksudnya adalah seniman ditantang untuk berkarya melebihi dari apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya.

Suasana dalam ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” yang dipadati para pengunjung - (Sumber: Moya/BJN)
Beberapa pengunjung sedang memperhatikan lukisan yang di pajang di dinding ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) – (Sumber: Indonesian Artist)
Suasana dalam ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) yang dipadati para pengunjung - (Sumber: Moya/BJN)
Suasana dalam ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) yang dipadati para pengunjung – (Sumber: Indonesian Artist)

“Kata melampaui di sini, dimaksudkan pula terkait dengan kreatifitas yang tinggi dan tidak melihat dari bentuk gaya apapun, apakah itu abstrak, surealis, ataupun dekoratif. Seniman diminta untuk tidak lagi menuangkan ide penciptaan ke dalam karya mereka dengan cara yang biasa,” ujar Heri kepada awak media.

Dalam bidang Seni Rupa, lanjut Heri, suatu ide dari berbagai imajinasi dipikiran pegiat seni bidang ini haruslah diwujudkan menjadi karya dengan menggunakan kelengkapan unsur penciptaan karya tersebut.

Suasana dalam ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) yang dipadati para pengunjung - (Sumber: Moya/BJN)
Suasana dalam ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) yang dipadati para pengunjung – (Sumber: Indonesian Artist)
Salah seorang pengunjung sedang memperhatikan lukisan yang di pajang di dinding ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) - (Sumber: Moya/BJN)
Salah seorang pengunjung sedang memperhatikan lukisan yang di pajang di dinding ruang pameran seni rupa “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di  Jakarta Design Center (JDC) – (Sumber: Indonesian Artist)

“Awal saya diminta untuk menjadi kurator acara bertema Beyond Imagination, saya berpikir akan mendapatkan bentuk-bentuk karya beraliran surealistik. Namun, justru dari bentuk karya aliran seni rupa lainnya pun dapat pula mewujudkan karya dengan tema yang ditetapkan. Seperti bentuk karya abstrak itu butuh imajinasi melalui warna atau komposisi, lalu bentuk karya dekoratif juga butuh imajinasi tentang bentuk dan garis,” ungkap Heri.

Lebih lanjut, Heri Kris pun menambahkan, dasar pertimbangan keikutsertaan 56 orang perupa pada pameran Beyond Imagination, parameternya adalah file karya-karya mereka sebelumnya yang masuk ke panitia, terdapat total hampir 250 karya yang diajukan oleh para perupa. Dari sejumlah karya tersebut, terpilih 50-an karya dengan pertimbangan kesesuaian dengan tema, kualitas karya, dan CV para perupa.

Perupa Moya K. Kamarudin Ikut Pameran

Pameran seni rupa bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” yang telah dihadiri lebih dari 5000 pengunjung dan sedang hangat menjadi perbincangan tersebut, juga dihadiri oleh perupa asal Bandung, Moya K. Kamarudin. Wanita cantik berdarah Melayu yang juga sebagai Ketua Komunitas Lingkaran tersebut turut serta dalam pameran dengan menampilkan karya lukisan berjudul “Gate”. Lukisan tersebut tampil memukau dan terlihat istimewa di antara karya para perupa lainnya.

Kepada awak media Berita Jabar News, Moya mengatakan bahwa keikutsertaannya dalam pameran seni rupa bergengsi tersebut karena ia benar-benar merasa tertantang dan didorong untuk bisa berkarya melampaui imajinasinya, sesuai dengan tema yang dipersyaratkan oleh pihak penyelenggara.

Perupa Moya di depan karyanya yang berjudul "Gate" bersama Kurator Heri Kris - (Sumber: Moya/BJN)
Perupa Moya di depan karyanya yang berjudul “Gate” bersama Kurator Heri Kris – (Sumber: Moya/Indonesian Artist)

“Proses untuk ikut serta juga tidak mudah, melalui kurasi dari ratusan pelukis. Selama kita berkarya, kita dapat bimbingan dari kurator kita, Mas Heri Kris. Alhamdulillah acara diselenggarakan di Jakarta Design Center yang mana lokasinya mudah diakses dan fasilitasnya bagus. Acara pembukaannya pun bagus dan lancar,” ujar Moya.

Selanjutnya Alumni SMA Negeri 3 Bogor ini menjelaskan tentang lukisan berjudul “Gate” yang dibuatnya. Menurutnya, “Gate” memiliki makna “Gerbang”. Lukisan ini menampilkan sebuah gerbang dengan portal yang terbuka, memberi kesan ajakan untuk melangkah menuju sesuatu yang baru.

Perupa Moya di depan karyanya yang berjudul "Gate" bersama salah seorang pengunjung pameran - (Sumber: Moya/BJN)
Perupa Moya (kiri) di depan karyanya yang berjudul “Gate” bersama salah seorang seniman wanita yang juga ikut berpameran – (Sumber: Indonesian Artist)

“Dalam banyak kebudayaan, gerbang seringkali dilihat sebagai simbol transisi. Melalui gerbang, seseorang memasuki ruang baru yang dapat diartikan perubahan dalam hidup, perjalanan, atau pengalaman. Filosofi ini mengajak kita untuk memahami bahwa setiap perubahan memerlukan langkah untuk melewati batas-batas tertentu,” tutur Moya.

Menurut Alumni Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini, gerbang juga merupakan titik transisi untuk melihat bahwa setiap momen dalam hidup merupakan kesempatan untuk berkembang dan bertransformasi.

“Secara keseluruhan, lukisan ini adalah undangan untuk refleksi diri dan memahami lebih dalam tentang perjalanan hidup dan nilai-nilai yang membentuk diri kita. Selain sebagai simbol transisi, filosofi gerbang juga adalah ‘pemisah dan penghubung’ antara dua ruang atau keadaan, yaitu dualisme antara dunia material dan spiritual. Dalam hal ini, gerbang menjadi penghubung yang memungkinkan kita untuk menjelajahi kedua sisi tersebut,” jelas Moya tentang lukisannya.

Perupa Moya (kedua dari kiri) berpose bersama tiga orang seniman wanita yang juga ikut berpameran - (Sumber: Moya/BJN)
Perupa Moya (kedua dari kiri) berpose bersama tiga orang seniman wanita yang juga ikut berpameran di Jakarta Design Center (JDC), Jalan Gatot Subroto, Kav.53, Slipi, Jakarta Pusat – (Sumber: Indonesian Artist)

Secara simbolis, tambah Moya, gerbang dapat melambangkan “Pembuka peluang dan kemungkinan baru”. Memasuki gerbang berarti membuka diri terhadap pengalaman yang baru, pengetahuan yang lebih dalam, dan pertumbuhan pribadi. Ini mencerminkan pandangan positif terhadap perubahan dan penjelajahan dalam hidup.

“Dalam konteks arsitektur dan desain, gerbang merepresentasikan identitas suatu tempat atau bangunan. Pada beberapa tradisi spiritual, gerbang sering dipandang sebagai simbol sakral yang membawa makna mendalam bagi seseorang untuk merasakan kedekatan dengan Illahi,” jelas wanita kelahiran Pangkalpinang ini berfilosofis.

Lukisan karya Moya yang berjudul “Gate” tersebut berukuran 165 Cm (tinggi) x 140 Cm (lebar), dibuat pada 2024 dengan menggunakan mix media (akrilik, modelling paste, pasir, batu king safir, batu kecubung, batu mirah siam, dan batu alam cury dari Subang).

“Batu-batu yang digunakan menunjukkan bahwa keindahan dan kekuatan dapat beriringan. Ini merefleksikan bahwa setiap individu memiliki kekuatan dan keindahan yang unik,” ungkap Moya.

Perupa berhijab asal Bandung tersebut menambahkan, menurutnya batu king safir melambangkan kejujuran dan kebijaksanaan. Batu Kecubung melambangkan kedalaman jiwa dan introspeksi, dengan kesan misterius dan spiritual.

Batu Mirah Siam melambangkan keberanian cinta dan semangat yang menambah vibrasi dan energi. Jumlah batu-batu yang tersusun ada tujuh buah batu yang melambangkan bahwa di dunia terdapat tujuh lapis langit dan tujuh Samudera.  Batu Alam Cury Subang sebagai perlambang keseimbangan alam yang harus dijaga.

“Saya membuat lukisan ini selama hampir dua bulan dan proses yang tersulit adalah menemukan tema yang terasa pas dengan hati dan pikiran saya. Seperti biasa, dalam setiap lukisan yang saya buat, saya mengutamakan ‘rasa’, yaitu perasaan saya yang tertuang dalam bentuk sebuah karya,” jelas Moya.

Moya berharap dengan adanya pameran tersebut, dunia seni rupa Indonesia semakin maju, melampaui mahzab dan aliran yang ada. Baik pada seni modern, kontemporer barat maupun kontemporer Indonesia. Sebagaimana tema pameran ini, yaitu “Beyond Imagination“, seni terkait dengan hal-hal yang melampaui (di luar) imaginasi yang identik dengan kecerdasan ide.

“Semoga dengan adanya pameran ini seniman Indonesia semakin layak diperhitungkan dan memperoleh apresiasi seni yang baik,” pungkas Moya. (Arie/BJN).

***

Judul: Lukisan Berjudul “Gate” Karya Perupa Bandung Moya K. Kamarudin Tampil Memukau dalam Pameran Seni Rupa Bertajuk “Contemporary Exhibition: Beyond Imagination” di Jakarta
Jurnalis: Jumari Haryadi
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *