ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Korupsi, Ketidakadilan, dan Mimpi Kebangkitan Islam: Pelajaran dari Sejarah Film Soe Hok Gie

BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Senin (25/11/2024) – Sebuah esai yang tertuang dalam Rubrik OPINI berjudul “Korupsi, Ketidakadilan, dan Mimpi Kebangkitan Islam: Pelajaran dari Sejarah Film Soe Hok Gie ini merupakan buah karya Mardhatillah Maulidah, Mahasiswi Institut Tazkia, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Soe Hok Gie, bagai lilin kecil yang berusaha menerangi lorong-lorong gelap ketidakadilan. Di tengah riuhnya revolusi, ia melihat kegagalan sebuah sistem yang menjanjikan kesetaraan. Namun, justru melahirkan jurang pemisah yang dalam. Korupsi merajalela bak rayap yang menggerogoti pondasi negara. Kekuasaan terpusat di tangan segelintir orang, menciptakan kegelapan yang menyesakkan.

Reformasi datang membawa harapan bagai fajar menyingsing. Namun, harapan itu pudar seiring waktu, tergantikan oleh kekecewaan. Korupsi dan nepotisme, ibarat penyakit kronis, sulit disembuhkan.

Soe Hok Gie
Profil Soe Hok Gie seorang aktivis – (Sumber: Dokumentasi mapal UI via Tribunnews.com)

Sampai kapan kah kita  membiarkan penyakit ini menggerogoti tubuh negeri hingga tak ada lagi yang tersisa? Atau kita akan bangkit, mencari obat mujarab untuk menyembuhkannya?

Dari lembaran sejarah Soe Hok Gie, aku kembali merindukan sebuah peradaban yang pernah gemilang 13 abad lamanya. Peradaban itu bernama Daulah Islam, menyisakan jejak sejarah yang pernah mencapai puncak keemasan, bagai singa yang menguasai hutan belantara.

Kini, singa itu tertidur dan hutannya mulai gersang. Aku merindukan saat singa itu bangun kembali, mengaung nyaring, dan bangkit menguasai dunia dengan keadilan dan kasih sayang.

Dimana suara ngaungan itu kembali terdengar? Jika singa itu masih terlelap dalam tidurnya, butuh kekuatan untuk menyadarkan dirinya bahwa dia adalah raja hutan, sebagaimana hadirnya kembali sang pemimpin ummat yang bangkit kembali menuju jalan juang kemerdekaan Islam,  menentramkan setiap jiwa yang berada dalam naungannya.

Dari Soe Hok gie kita belajar bahwa diam terhadap kemungkaran bukanlah sebuah kemenangan, tetapi diraih dengan perjuangan, meski harus mengorbankan nyawa.

Ingatlah, sejarah tidak pernah berhenti ditulis dan Kita adalah penulis sejarah masa depan. Ukirlah sejarah emas dengan tinta-tinta perjuangan generasi muda untuk kegemilangan Islam selanjutnya. (Zahwa/BJN).

***

Judul: Korupsi, Ketidakadilan, dan Mimpi Kebangkitan Islam: Pelajaran dari Sejarah Film Soe Hok Gie
Penulis: Mardhatillah Maulidah, mahasiswi Institut Tazkia
Editor: JHK

Sekilas tentang penulis

Zahwa Dha bernama asli Mardhatillah Maulidah. Lebih dikenal dengan panggilan Dha, Kak Dada, dan Ridha. Anak ketiga dari enam bersaudara. Ia lahir pada tanggal 12 Mei 2004 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Wanita rendah hati ini sempat mengenyam pendidikan dasar dan menengah di SDIT Insantama, Rumah Tahfidz Hafidzah, dan SMA Muhammadiyah 4 Makassar. Sejak kecil ia telah menemukan kecintaannya terhadap dunia menulis. Hal ini berawal dari hobinya menulis diary di bangku pesantren.

Mardhatillah Maulidah, penulis - (Sumber: Koleksi pribadi)
Mardhatillah Maulidah, penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Tulisan pertama Zahwa telah terbit dalam bentuk buklet dengan judul “Pemula yang Baik” pada tahun 2020, hingga pada saat lulus di bangku SMA ia melanjutkan studi ke salah satu mahad pengkaderan dai di Tanggerang Selatan, Cinta Qur’an Center. Kemudian melanjutkan studi di Institut Tazkia.

Sebagai seorang daiyah, tentu dakwah adalah sebuah kewajiban bukan profesi, bukan pula hanya menyampaikan pesan dan nilai-nilai Islam di panggung, mimbar, atau pun, di depan jemaah yang banyak, tetapi dakwah adalah pesan cinta yang bisa dikemas menjadi karya tulis hingga sampai kepada para pembacanya. Alhamdulillah, selama berada di Cinta Qur’an Center, Zahwa berpengalaman aktif berorganisasi dan menjadi bagian tim penulis di “Tinta peradaban”. Beberapa tulisannya berupa opini telah dimuat di website.

Di samping itu,  Zahwa juga aktif berkontribusi dalam dunia literasi dengan menghasilkan beberapa  karya tulis ilmiah. Karya-karya yang kaya akan data dan analisis yang tajam, tidak hanya menyentuh aspek keagamaan, tetapi juga isu-isu sosial kemasyarakatan yang relevan dengan zaman. Melalui tulisan-tulisan tersebut,  bukan hanya menyampaikan pesan-pesan Islam rahmatan lil ‘alamin, tetapi juga mengajak umat berpikir kritis dan menjadikan Islam satu-satunya solusi kehidupan yang hakiki.

Ketertarikan Zahwa belajar menguatkan langkahnya untuk terus menjadi pembelajar sejati yang haus terhadap keilmuan, dan sangat tertarik  dengan kajian yang berkaitan dengan bahasa Arab, peradaban, wanita dan generasi. Dengan motto hidupnya yaitu “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”,  ia ingin menjadi muslimah yang menebar banyak manfaat untuk umat melalui karya-karyanya.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *