ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Gen Z Dalam Kapitalis Demokrasi: Terjerat Gaya Hidup Materialistik

BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI/ARTIKEL/FETAURE, Selasa (29/10/2024) – Artikel berjudul “Gen Z Dalam Kapitalis Demokrasi: Terjerat Gaya Hidup Materialistik” ini merupakan karya original dari Reni Sumarni, seorang ibu rumah tangga

Baru-baru ini perusahaan elektronik lokal Advance Digital bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Republik Indonesia menggelar program pelatihan vokasi bertema “Menjadi Pebisnis Berbasis Digital” atau e-preneur. Program tersebut dijalankan untuk mempersiapkan generasi muda agar siap terjun dan sukses di dunia bisnis digital.

Perkembangan teknologi digital selalu menghadirkan inovasi-inovasi baru yang mengundang penasaran generasi milenial. Sekarang ini tengah viral di Twitter kata FOMO (Fenomena Fear of Missing Out) yang awalnya dibawa pada saat konser girl band Korea BLACKPINK. FOMO sendiri berkaitan dengan pemanfaatan teknologi finansial dikalangan generasi muda, milenial, dan Gen Z yang terus meningkat.

Reni Sumarni
Reni Sumarni, penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Fomo merupakan sebuah gaya hidup para Gen Z atau milenial yang terkesan memaksakan sesuatu agar bisa diterima di lingkungan sosialnya. Cenderung para pelaku FOMO sendiri banyak yang terjerat pinjaman online (pinjol) demi memenuhi gaya hidup yang tinggi tanpa melihat kemampuan ekonominya. Apabila fenomena ini dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk untuk masa depan generasi muda saat ini.

Generasi milenial dan Gen Z ini lebih mengedepankan gaya hidup hedonis yang liberal dan mengikuti trend hingga menjerumuskan mereka pada lingkaran hidup yang materialistis, seperti fenomena tentang boneka labubu yang viral saat diposting seorang idol K-Pop, hingga banyak dari generasi Gen Z sendiri berlomba-lomba ingin membelinya sampai harganya pun sangat fantastis.

Itu semua terjadi di tengah kalangan muda yang memang jauh dari akidah Islam, hanya karena gaya hidup dan mengikuti trend sekarang. Mereka melupakan rambu-rambu syariat Islam yang harusnya menjadi sebuah aturan hidup mereka.

Kenapa fenomena ini bisa terjadi? Sebab, negara kapitalis demokerasi yang mengusung kebebasan memberikan akses kepada siapa pun bebas berbuat apa saja meskipun di luar nalar manusia. Sistem ini sudah membuat manusia hidup hanya untuk materi dan mengejar kebahagiaan yang bersifat sementara hingga akhirnya melahirkan generasi yang lemah akidahnya dan mudah dibodohi. Bahkan, diperbudak oleh sesuatu yang mengarah kepada kemaksiatan.

Ini jelas sebuah proyek barat yang sengaja ingin merusak generasi muda kaum muslim menjadi diri pribadi yang jauh dari syariat Islam dengan membuat sebuah gebrakan yang mengandalkan akses media sosial (medsos) sebagai sarana untuk melemahkan akidah-akidah kaum muslim. Melalui medsos ini merupakan salah satu cara yang paling jitu dan cepat untuk merusak pemikiran generasi muda tentang Islam. Tentu saja pemikiran baratlah yang masuk pada benak mereka.

Pada masa peradaban Islam yang gemilang, para pemuda di masa Daulah tegak, mereka betul-betul mendedikasikan hidupnya untuk Islam menjadi diri pribadi yang kuat dan tangguh hingga melahirkan generasi mujahid yang siap berjuang dan berjihad di medan perang demi agamanya. Islam dalam memandang fenomena yang terjadi saat ini tidak lain dan tidak bukan akibat penerapan sistem sekuler kapitalis yang jelas-jelas sudah merusak manusia sampai akalnya pun ikut rusak.

Untuk itu, Islam memiliki solusi agar para pemuda generasi Gen Z atau milenial ini tidak terjebak arus pemahaman barat yaitu dengan cara merubah pemikiran umat kembali kepada Islam seperti mengadakan kajian-kajian tentang Islam kaffah, menggerakkan pemuda untuk selalu hadir kajian, menghidupkan kembali mesjid, mengubah sistem pendidikan yang sekuler kapitalis menjadi pendidikan Islam dimulai dari keluarga juga di sekolah hingga terbentuk dalam benak para pemuda kita tsaqofah Islam.

Negara seharusnya berperan penting dalam mendidik pola pikir generasi milenial ini agar anak-anak muda kembali kepada Islam dengan penerapan aturan Islam secara kaffah di masyarakat hingga ideologi Islam yang diemban melahirkan pemuda yang memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan Islam secara alami.

Seperti para pemuda yang pernah menjadi idolanya di masa khilafah yaitu Muhammad Al Fatih yang meruntuhkan Kontanstiovel atau Salahhudin Al Ayyubi dan banyak lagi yang bisa kita idolakan pada masa peradaban Islam karena sejatinya kiblat kita bukan ke barat tapi Al-Quran dan As Sunnah.

Muhammad al-Fatih
Ilustrasi: Muhammad al-Fatih – (Sumber: indo-turkey.blogspot.com)

Perlu dipahami, dalam diri pemuda muslim bahwa di pundak merekalah Islam akan bangkit. Janganlah jadi generasi yang lemah akidah dan generasi yang jauh dari syariat Islam, generasi yang sibuk dengan perkara duniawi saja dalam menjalankan kehidupan. Tanamkanlah dalam diri generasi kaum muslim keimanan yang kuat seperti para pemuda Palestina yang siap berjihad dan mati syahid demi mempertahankan akidahnya.

Salahuddin Al-Ayyubi
Ilustrasi: Salahuddin Al-Ayyubi – (Sumber: techofbugs.blogspot.com)

Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat dari sisi Rabb-nya  sehingga ditanyai tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yg ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” ( H.R. Tirmidzi). Hadis ini menegaskan bahwa Allah menuntut pertanggungjawaban tentang masa muda kita. Wallahu a’lam bishshowab. (Reni Sumarni).

***

Judul: “Gen Z Dalam Kapitalis Demokrasi: Terjerat Gaya Hidup Materialistik”
Pengarang: Reni Sumarni
Editor: JHK

Sekilas tentang penulis

Penulis berusia 41 tahun dan bernama lengkap Reni Sumarni ini tinggal di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan sehari-harinya, selain sebagai seorang ibu rumah tangga, ia aktif juga dalam kajian majelis taklim dan sedang belajar mengasah kemampuannya menulis.

Reni memiliki seorang putri, tetapi Allah ternyata lebih menyayanginya karena sejak dua tahun lalu sudah tidak bersamanya lagi karena sudah dipanggil sang Khalik saat ia berusia 16 tahun.

Tujuan wanita berhijab ini menulis karena ia ingin berbagi pengalaman dan pemikirannya tentang berbagai hal yang terjadi di negeri ini agar para pembaca bisa lebih peka dan dan turut mengetahuinya.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *