Fenomena Mudik dan Pariwisata
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI – Artikel berjudul “Fenomena Mudik dan Pariwisata” ini merupakan buah karya Titing Kartika, S.Pd., M.M.,M.B.A.Tourism, seorang dosen STIEPAR YAPARI Bandung yang saat ini sedang menyelesaikan studi program Doktor Manajemen Konsentrasi Pemasaran Kajian Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penulis aktif menulis di media massa, baik lokal maupun nasional bertemakan pendidikan, pariwisata, sosial, dan budaya.
Hari raya Idul Fitri (Lebaran) 2024 tinggal menghitung hari. Fenomena mudik sebagai tradisi budaya masyarakat Indonesia kembali menggeliat. Jutaan orang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga mereka.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia memperkirakan bahwa tahun ini sebanyak 193,6 juta orang akan melakukan mudik lebaran, naik sekitar 60% dibandingkan 2023. Sementara itu, hasil survei dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bahwa puncak arus mudik akan terjadi pada 5-7 April dan arus balik terjadi pada 14-15 April.
Terdapat tiga provinsi yang paling banyak jadi tujuan utama mudik lebaran yaitu Provinsi Jawa Tengah sebanyak 31,8 %, Jawa Timur 19,4 %, dan Jawa Barat 16,6 %.
Esensi Mudik
Mudik dapat diartikan bukan hanya sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lainnya. Mudik memiliki beberapa esensi mencakup aspek-aspek sosial, budaya, dan spiritual. Mudik adalah perjalanan penuh dengan emosional yang menghubungkan generasi, mempertahankan nilai-nilai tradisional, dan menghargai keragaman budaya Indonesia.
Melalui proses mudik, orang tidak hanya mencari cara untuk merayakan lebaran, tetapi juga mencari cara untuk menghubungkan kembali hubungan keluarga yang mungkin telah terputus selama beberapa tahun.
Dalam konteks spiritualitas, mudik memiliki arti yang lebih dalam. Kembalinya ke kampung halaman adalah dapat menjadi bagian dari refleksi kehidupan. Mudik adalah bagian dari kesempatan untuk merenungkan makna hidup, mensyukuri apa yang telah diterima dan dapat memperkuat ikatan batin dengan sang Pencipta.
Selain itu, mudik adalah cara untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada tradisi dan budaya yang melekat dalam masyarakat setempat. Dengan melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman, generasi muda seolah diajak untuk menghargai nilai-nilai tradisional dan memahami sejarah dan asal-usul keluarga mereka.
Namun, tak jarang juga mudik dimanfaatkan lain seperti sebagai ajang untuk memamerkan kesuksesan atas apa yang telah diraih selama merantau di kota. Fenomena ini adalah bagian dari sikap sosial yang terkadang sulit dihindarkan. Bahkan, bisa berdampak kurang baik bagi lingkungan sekitar.
Geliat Pariwisata Lokal
Mudik memberikan multi dampak bagi kegiatan pariwisata daerah khususnya daerah tujuan mudik. Pemudik akan mendapat kesempatan mengunjungi destinasi wisata dan membelanjakan uangnya sepanjang perjalanan sehingga membangkitkan kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Jumlah pengunjung yang meningkat selama musim mudik dapat mendorong sektor pariwisata di daerah-daerah tersebut dan memberikan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan uang tambahan.
Selama musim mudik, terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah perjalanan yang dilakukan melalui transportasi darat, laut, dan udara. Hal ini menciptakan peluang bisnis yang signifikan bagi perusahaan transportasi dan akomodasi, serta industri lainnya yang terlibat dalam industri pariwisata termasuk penjualan souvenir atau oleh-oleh lokal.
Demikian halnya juga terjadi di beberapa destinasi wisata. Para pengelola maupun operator pariwisata menawarkan paket wisata khusus untuk musim mudik seperti perjalan wisata religi, wisata budaya maupun wisata edukasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dampak ekonomi ini tampak pada konsep yang dijelaskan oleh Spillane (1997) yang berpendapat bahwa semakin tinggi jumlah kunjungan wisatawan maka semakin besar pengeluaran wisatawan terkait langsung dengan penerimaan daerah. Hal ini tentunya akan berdampak pada Penghasilan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata.
Demikian juga halnya bahwa semakin lama wisatawan berada di tempat wisata maka akan terjadi semakin tinggi pengeluaran. Dengan kata lain, semakin banyak wisatawan membelanjakan, semakin besar penerimaan sektor pariwisata.
Tantangan
Dalam perspektif pariwisata, pemudik dapat dikatakan sebagai turis atau wisatawan seperti halnya tertuang dalam Undang Undang Kepariwisataan yaitu UU No. 10 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata, sedangkan wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk pengembangan pribadi, tujuan rekreasi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Mudik telah memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor pariwisata. Namun demikian, terdapat beberapa tantangan sehingga dua aktivitas ini dapat berlangsung dengan baik. Salah satunya adalah peningkatan infrastruktur transportasi untuk menampung lonjakan penumpang selama musim mudik.
Selain itu, untuk mencapai pariwisata berkelanjutan, aspek lingkungan juga perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh adalah masalah sampah. Para pemudik maupun penikmat destinasi lokal masih belum memiliki kesadaran utuh terkaitnya membuang sampah pada tempatnya, walaupun para pengelola wisata telah meyediakan tempat sampah.
Tentu hal tersebut menjadi perhatian penting karena salah satu indikator keberhasilan pengelolaan destinasi wisata salah satunya adalah kebersihan yang menjadi bagian dari Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan).
Harapan
Menikmati mudik adalah suatu kebahagiaan. Bisa kembali bertemu keluarga yang sudah lama tak bertemu, merindu kampung halaman, serta melakukan nostalgia masa kecil yang indah.
Fenomena mudik telah memberikan dampak ekonomi serta sosial. Mudik tak hanya dipandang sebagai urusan mikro individu, tetapi sudah menjadi bagian dari urusan negara secara makro karena banyaknya masyarakat Indonesia yang melakukan kegiatan mudik.
Berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah guna kelancaran proses mudik, mulai dari pengaturan arus lalu lintas, pelayanan ekstra selama mudik lebaran, dan penyampaian informasi terkini mudik. Tentu ini akan bermanfaat untuk masyarakat.
Semoga kegiatan mudik 2024 berjalan lancar dan pemudik akan bertemu dengan sanak keluarga. (Titing Kartika).
***
Judul: Fenomena Mudik dan Pariwisata
Penulis: Titing Kartika, S.Pd., M.M.,M.B.A.Tourism
Editor: JHK
Sekilas tentang Penulis
Titing Kartika, S.Pd., M.M.,M.B.A.Tourism adalah Dosen STIEPAR YAPARI Bandung. Saat ini sedang menyelesaikan studi program Doktor Manajemen Konsentrasi Pemasaran kajian pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penulis aktif menulis di berbagai media massa, baik lokal maupun nasional bertemakan pendidikan, pariwisata, sosial, dan budaya.
Selain praktisi pendidikan, alumni dari Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini juga aktif berkegiatan di berbagai komunitas menulis dan konsultan pariwisata. Titing pernah mendapatkan Program Beasiswa Unggulan (PBU) Kemendikbud Program Dual Master Degree di Universitas Sahid Jakarta studi Magister Manajemen Pariwisata dan di Universiti Utara Malaysia (UUM) program Master of Business Administration (MBA) in Tourism and Hospitality Management (2007-2009).
Berbagai penghargaan telah diraih Titing, baik nasional maupun internasional, di antaranya meraih the third outstanding paper Asia Tourism Forum (2016), Best Paper Presenter pada 4th International Seminar on Tourism (2020) dan meraih “Writer of the Month” dalam rangka mempromosikan wisata lokal di Indonesia dengan judul “Simfoni Alam di Pasar Wisata Legokawi Cimahi”.