BeritaBerita Jabar NewsSeni (Art)

100 Lukisan Digelar dalam Pameran Seni Rupa Bertajuk “Genosida” di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kota Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (25/05/2024)  – Tak kurang dari 100 lukisan digelar dalam acara pameran seni rupa bertajuk “Genosida” di Galeri Pusat Kebudayaan, Jln. Naripan No.7-9, Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Pameran yang menyuguhkan gambaran kepedihan penderitaan rakyat Palestina akibat perbuatan biadab Zionis Israel tersebut dibuka pada Rabu (22/05/2024) kemarin dan berlangsung sampai 30 Mei 2024.

Lebih dari 90 seniman lintas generasi ikut serta dalam pameran seni rupa bertema kemanusiaan tersebut. Beberapa nama seniman yang terlibat di antaranya adalah Andi Yudha, Asep Hidayat, Asri Pratiwi, Dadan Wildan, Erwin Erlangga, Hamdani, Igas S., Jatnika Darajatun, Juniart, M. Noor, Nurlita, R. Cahyadi, Rendra Santana, M. Sobirin, Tulus Rahadi, Ummi Kalsum, Yeyet Dewi Koryeti, dan lain-alin.

Pameran Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian bangsa Indonesia, khususnya dari kalangan seniman terhadap perjuangan rakyat Palestina. Mereka menuangkan isi pikiran dan perasaan hatinya melalui goresan cat di atas kanvas dengan aneka gaya.

Isa Perkasa kurator pameran seni rupa "Genosida"
Kurator pameran seni rupa “Genosida”, Isa Perkasa saat menyampaikan kata sambutannya pada acara pembukaan pameran, Rabu (22/05/2024) – (Sumber: Arie/BJN)

Seperti kita ketahui, konflik antara Palestina dan Israel ini sudah berlangsung cukup lama. Konflik tersebut telah menimbulkan korban jiwa pada kedua belah pihak. Namun, bangsa Palestina yang paling menderita karena prilaku tentara Israel yang tidak berprikemanusiaan dengan menyerang wilayah Palestina secara membabi buta. Akibatnya semua infra struktur rusak, termasuk rumah, tempat ibadah, rumah sakit, dan lain-lain.

Disinyalir Israel telah melakukan kejahatan perang dengan melakukan genosida dengan cara membumihanguskan wilayah Palestina. Hal ini telah menimbulkan korban warga sipil yang tak terhitung jumlahnya sehingga menimbulkan kecaman masyarakat internasional, termasuk Indonesia.

Galeri Pusat Kebudayaan merespon perbuatan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina dengan melakukan pameran seni rupa secara open call. Pameran ini merupakan sikap seniman terhadap  bencana kemanusiaan di Palestina. Mereka peduli dan ingin menyuarakan penderitaan rakyat Palestina melalui karya seni sebagai doa dan ikhtiar agar perang segera berakhir dan kemerdekaan Palestina bisa segera diwujudkan.

Foto bersama para peserta pameran seni rupa bertajuk "Genosida" yang berlangsung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung
Foto bersama para peserta pameran seni rupa bertajuk “Genosida” yang berlangsung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung – (Sumber: parahyangan-post.com)

 

Pelukis R. Cahyadi (tengah) berfoto bersama teman-temannya sesama seniman yang ikut serta dalam Pameran Seni Rupa bertajuk "Genosida" di GPK Bandung
Pelukis R. Cahyadi (tengah) berfoto bersama teman-temannya sesama seniman yang ikut serta dalam Pameran Seni Rupa bertajuk “Genosida” di GPK Bandung – (Sumber: Istimewa/BJN)

Pameran seni rupa yang digagas oleh Institut Drawing Bandung yang bekerja sama dengan Galeri Pusat Kebudayaan Bandung ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Sejak acara pembukaan sampai tulisan ini dibuat para penikmat seni terus berdatangan menikmati hasil karya para perupa yang dikuratori oleh perupa Isa Perkasa.

Salah seorang peserta pameran, Drs. M. Sobirin mengatakan, ”Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tinggi kepada panitia pameran seni rupa ‘Genosida’ yang diselenggarakan oleh Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Jawa Barat. Menurut saya, pameran  ini merupakan ajang pengenalan karya seni rupa, khususnya karya dua dimensi. Pameran ini diikuti oleh para perupa dari berbagai daerah di Indonesia.

Menurut alumni program S1 Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FRSD ITB) ini, tema Genosida merupakan bentuk kepedulian para perupa kepada rakyat Palestina sebagai korban dari agresi zionis Israel. Ekspresi para perupa dituangkan dalam berbagai corak atau gaya berbentuk lukisan, drawing, dan media lainnya dari masing-masing perupa.

Suasana Pameran Seni Rupa "Genosida" yang berlangsung 22-31 Mei 2024 di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung
Suasana Pameran Seni Rupa “Genosida” yang berlangsung 22-31 Mei 2024 di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung – (Sumber: Istimewa/BJN)

“Namun, dari beberapa karya yang terpajang, ada yang masih menggelitik pada pandangan secara pribadi, yaitu masih ditemukan karya yang belum maksimal dalam penggarapannya. Mungkin terkait waktu yang dibatasi oleh panitia atau dari perupanya sendiri yang belum maksimal dalam menuangkan imajinasinya ke atas kanvas,” ungkap M. Sobirin.

Dalam pameran tersebut M. Sobirin membuat sebuah karya seni yang menyentuh karena karya yang ditampilkannya sangat sesuai dengan tema yang diangkat oleh panitia. Sebuah lukisan yang menggambarkan seorang ibu sedang berdoa sambil menangis di antara puing-puing bangunan yang hancur, sementara anak di sisinya bersembunyi dengan penuh ketakutan, tak jauh terlihat tentara Israel.

“Yang menjadi catatan saya adalah pameran ini baru pertama kali diadakan di Kota Bandung dengan skala besar. Itu yang menjadi kebanggaan kami sebagai peserta pameran,” pungkas M. Sobirin.

Lukisan karya Drs. M. Sobirin berjudul "Stop Genosida di Palestina" yang diikutsertakan dalam Pameran Seni Rupa bertajuk "Genosida" di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung
Lukisan karya Drs. M. Sobirin berjudul “Stop Genosida di Palestina” yang diikutsertakan dalam Pameran Seni Rupa bertajuk “Genosida” di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung – (Sumber: Koleksi Pribadi/BJN)

Konflik Israel dan Palestina adalah salah satu konflik paling panjang dan kompleks di dunia modern. Dimulai pada awal abad ke-20, konflik ini berakar pada persaingan antara dua kelompok etnis dan religius yang mengklaim tanah yang sama sebagai tanah air mereka. Pembentukan negara Israel pada tahun 1948 memicu serangkaian perang dan kekerasan antara Israel dan negara-negara Arab, serta dengan masyarakat Palestina yang merasa terusir dari tanah mereka. Sejak itu, konflik ini terus berlangsung dengan berbagai upaya perdamaian yang seringkali gagal mencapai solusi jangka panjang.

Kondisi di lapangan sangat dinamis dan penuh dengan ketegangan. Israel menguasai sebagian besar wilayah yang diperebutkan, termasuk Yerusalem Timur yang dianggap sebagai ibu kota oleh kedua belah pihak. Di sisi lain, Palestina terpecah menjadi dua entitas politik utama: Otoritas Palestina yang menguasai Tepi Barat dan Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Foto bersama para peserta Pameran Seni Rupa "Genosida" saat acara pembukaan yang berlangsung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung
Foto bersama para peserta Pameran Seni Rupa “Genosida” saat acara pembukaan yang berlangsung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung – (Sumber: Istimewa/BJN)

Blokade, serangan roket, operasi militer, dan tindakan balasan sering kali menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak, termasuk warga sipil. Sementara itu, permukiman Israel di Tepi Barat yang terus berkembang menjadi salah satu isu paling kontroversial yang menghambat proses perdamaian.

Pameran seni rupa "Genosida"
Seorang pengunjug sedang menikmati karya para seniman yang dipajang di dinding dalam acara Pameran Seni Rupa “Genosida” yang berlangsung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung – (Sumber: antarafoto.com)

Upaya diplomatik internasional untuk menyelesaikan konflik ini telah dilakukan melalui berbagai forum dan inisiatif, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan perjanjian bilateral seperti Oslo Accords. Namun, setiap langkah menuju perdamaian sering kali terhambat oleh ketidakpercayaan, kekerasan, dan perbedaan pendapat fundamental tentang status Yerusalem, hak kembali pengungsi Palestina, dan batas negara.

Banyak pihak masih berusaha mencari jalan menuju perdamaian yang adil dan abadi bagi kedua belah pihak, dengan harapan bahwa solusi dua negara dapat memberikan jawaban terhadap aspirasi nasional masing-masing. Indonesia termasuk pihak yang sangat peduli terhadap nasib bangsa Palestina dan masyarakat Kota Bandung sudah sejak dulu mendukung perjuangan bangsa Palestina, termasuk para senimannya.

Hamdani, mantan pendiri dan Ketua Forum Pelukis Cimahi (Forkis) asal kota hujan, Bogor yang kini bermukim di Kabupaten Bandung Barat mengatakan bahwa konflik Israel dan Palestina menjadi sebuah bencana kemanusian besar-besaran. Tak heran kalau banyak pihak yang ikut peduli dan mengambil peran sesuai dengan caranya sendiri, termasuk para perupa yang mengekspresikan kegelisahannya melalui karya seni berupa lukisan.

 

Pelukis Hamdani
Foto kiri (Pelukis Hamdani bersama Yadi si Manusia Emas) dan foto kanan (Pelukis Hamdani bersama Pelukis Rendra Santana) – (Sumber: Koleksi Pribadi/BJN)

“Masalah ini menimbulkan reaksi dunia. Kami para seniman merasa terpanggil dan turut peduli dengan cara menuangkan ide-ide kreatif kami ke atas kanvas. Seniman punya jiwa, rasa, dan estetika yang peka terhadap tragedi kemanusiaan. Pameran bertema ‘Genosida” ini merupakan sebuah respon terhadap kekejaman Israel terhadap Palestina,” ungkap Hamdani yang ikut serta sebagai salah satu peserta pameran.

Dalam pameran tersebut Hamdani menampilkan sebuah lukisan yang berjudul “Evakuasi”. Pelukis aliran realis tersebut menjelaskan bahwa karyanya tersebut terinspirasi dari kejadian nyata yang terjadi di Palestina.

“Ada banyak korban warga Palestina yang menyentuh perasaan kita. Para petugas Palang Merah pun menjadi bagian dalam proses penanganan dan evakuasi para korban serangan tentara zionis Israel. Puing-puing reruntuhan gedung perkantoran, tempat peribadatan, rumah sakit, dan rumah warga banyak yang rata dengan tanah. Itu menjadi ide bagi saya selaku seniman untuk menuangkannya dalam bentuk lukisan yang diikutsertakan dalam pameran di GPK Bandung ini,” ungkap Hamdani.

Dalam lukisan berjudul “Evakuasi” tersebut terlihat adegan Petugas Palang Merah Palestina sedang bergegas membantu seorang anak dengan ibunya yang terluka untuk dibawa ke rumah sakit. Hamdani berharap mata dunia menyaksikan penderitaan bangsa Palestina melalui karya para seniman Indonesia dan melakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan tersebut.

Pelukis Hamdani (paling kanan bersama pelukis Drs. M. Sobirin (tengah), dan pecinta lukisan, Eyyo Sunaryo (paling kiri) di depan lukisan karya Hamdani yang berjudul "Evakuasi"
Pelukis Hamdani (paling kanan bersama pelukis Drs. M. Sobirin (tengah), dan pecinta lukisan, Eyyo Sunaryo (paling kiri) di depan lukisan karya Hamdani yang berjudul “Evakuasi” – (Sumber: Eyyo Sunaryo/BJN)

Sementara itu Kurator Pameran bertema “Genosida”, Isa Perkasa mengatakan bahwa para perupa sangat peduli terhadap tema yang mengusung konflik Israel-Palestina. Terbukti setelah undangan dibuka, ratusan seniman berminat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Namun, tidak semua karya seniman diloloskan karena keterbatasan tempat dan kualitas karya yang belum memenuhi persyaratan pameran.

Isa Perkasa
Kurator Pameran Seni Rupa “Genosida”, Isa Perkasa – (Sumber: Hamdani/BJN)

“Pameran ini adalah gerakan seniman yang prihatin dengan kekejaman tentara zionis Israel menjajah Palestina. Karya yang dipamerkan menyampaikan bahasa rupa secara jujur, yaitu tentang situasi yang meneror perasaan kita, sesama manusia yang melihat pembantaian massal,” ungkap Isa dengan nada prihatin.

Isa menambahkan, pihak penyelenggara pameran tidak bermaksud menampilkan objek yang sadis atau kengerian yang berdarah-darah di dalam karya. Namun, fakta yang terjadi tervisualkan dengan perasaan seniman yang halus dalam karya.

“Genosida adalah teror bencana kemanusiaan akibat bombardir persenjataan mutakhir. Hampir enam bulan ini, kita melihat antara lain run[1]tuhnya rumah-rumah warga Gaza, mendengar jeritan anak kecil tertimpa beton, orang tua yang kehilangan anak, kecemasan di tempat pengungsian, dan kelaparan. Kita yang tinggal jauh dari Gaza hanya menjadi penonton melalui layar telefon genggam,” ungkap Isa.

Isa berharap, melalui pameran “Genolsida” tersebut pihaknya ingin mengabarkan kepada dunia bahwa  ada kepedulian terhadap warga Palestina dari para seniman di Kota Bandung, kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika yang sangat fenomenal tersebut.

“Para seniman berharap bisa menghentikan perang untuk mengurangi korban bencana kemanusiaan genosida dan kemerdekaan Palestina. Semoga gerakan ini menjadi doa,” pungkas Isa.

Salah seorang seniman Kabupaten Bandung Barat yang juga ikut serta dalam pameran tersebut, M. Noor mengatakan bahwa rasa solidaritas dan empatilah yang mendorong dia mau berkontribusi dalam pameran Genosida.

“Rasa solidaritas dan empatilah yang membuat saya ikut berkontribusi dalam pameran Genosida yang diselenggarakan oleh Institut Drawing Bandung bekerja sama dengan Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung ini,” ungkap M. Noor yang menampilkan lukisan berjudul “Dialog Dua Anak” dalam pameran tersebut.

Pelukis M. Noor
Pelukis M. Noor di depan karya lukisannya berjudul “Dialog Dua Anak” yang disertakan dalam Pameran Seni Rupa “Genosida” di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Bandung – (Sumber: Koleksi Pribadi/BJN)

Semula M. Noor merasa kesulitan dalam menuangkan ide-ide kreatifnya karena panitia tidak memperkenankan para perupa menampilkan gambar yang kejam dan sadis. Namun, para perupa hanya diperbolehkan memvisualkan simbol-simbol darah dan kekerasan dengan goresan yang lembut dan penuh makna. Memadukan warna cat di atas kanvas dan ide kreatif dalam bentuk gambar imajiner yang kuat dan relevan dengan tema pameran.

“Mulanya sulit utk merepresentasikan kejadian Genosida kedalam sebuah karya lukis. Penggambarannya pasti akan banyak darah dan air mata. Untuk menyiasati itu saya mencoba memvisualkan dengan penggambaran dua orang bocah Palestina yang melihat kehancuran fisik dan mental negerinya sehingga generasi mereka harus berpikir upaya untuk membangun negerinya kembali,” ujar M. Noor yang juga adalah Ketua Komunitas Seni Tatar Parahyangan (SETAPA) ini dengan ramah.

M. Noor dan Eyyo SUnaryo
Pelukis M. Noor (Kanan) berfoto bersama Eyyo Sunaryo (kiri), pecinta seni rupa yang juga pengurus Forum Pelukis Cimahi (FORKIS) – (Sumber: Eyyo SUnaryo/BJN)

Menurut M. Noor, melalui karya seni yang menggambarkan kekejaman, penderitaan, dan dampak genosida, masyarakat dapat lebih memahami sejarah kelam tersebut dan pentingnya menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

“Pameran semacam ini juga berfungsi sebagai pengingat akan bahaya intoleransi, diskriminasi, dan kebencian, serta menekankan pentingnya perdamaian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Selain itu, pameran seni rupa ini dapat menjadi sarana edukasi yang efektif, terutama bagi generasi muda,” pungkas M. Noor. (JH/BJN).

***

Judul: 100 Lukisan Digelar dalam Pameran Seni Rupa Bertajuk “Genosida” di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung

Kontributor: JH

Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *