Yagil, Sosok Unik yang Mencuri Perhatian
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Cerita pendek (cerpen) berjudul “Yagil, Sosok Unik yang Mencuri Perhatian” ini merupakan karya original dari Devita Andriyani, seorang wanita kelahiran Salatiga, 6 Desember 1985 yang sudah jatuh hati dengan dunia kepenulisan sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Yagil. Begitulah orang-orang memanggilnya. Masyarakat di sekitar alun-alun Pancasila, Salatiga itu sudah banyak yang mengenalnya. Ciri khas yang ada padanya itulah yang membuat masyarakat setempat tidak asing lagi dengan sosoknya.
Meski Yagil baru tiga minggu tinggal di sekitar alun-alun, tapi masyarakat di sana sudah mulai mengenal sosoknya. Apabila ada orang baru yang menanyakan tentangnyal, mereka bisa menjelaskan sedikit tentang kehidupan lelaki itu.
Sejak Yagil berada di daerah itu namanya semakin dikenal. Hal ini bukan karena ada sesuatu kelebihan di dalam dirinya, melainkan karena dia sering mengenakan pakaian yang berbeda dengan kebanyakan orang.

Saat keluar rumah, Yagil selalu mengenakan pakaian bermotif bunga dan topi berwarna hitam. Ia juga senang berpergian dengan menggunakan sepeda ontel. Ciri khas tersebut membuatnya mudah dikenal. Di daerah dekat alun-alun Pancasila, Salatiga itu, hanya dia satu-satunya orang yang berpenampilan unik seperti itu.
Di rumah kontrakannya Yagil tinggal sendiri. Dia hidup mandiri di rumahnya tanpa ada anggota keluarganya yang lain. Kehidupannya yang dijalaninya saat ini tak banyak orang yang tahu karena dia belum memiliki teman dekat di sekitar tempat tinggalnya.
Warga yang baru mengenal Yagil sering melihatnya berkomunikasi dengan orang-orang yang hidupnya di jalanan. Saat malam tiba, terkadang terlihat dia bepergian untuk memberi makan orang gila di jalanan. Kebiasaannya tersebut sering diketahui oleh orang-orang yang tinggal tinggal tidak jauh dari kontrakannya.
Perilaku Yagil memang sering membuat orang bertanya-tanya. Mengapa kehidupan yang dijalaninya tak seperti kebanyakan orang lain? Masyarakat di sekitar rumahnya sering penasaran dan ingin tahu keberadaan keluarganya. Namun, tak seorang pun yang bisa mengetahuinya karena sejak pagi hingga sore dia tidak di rumah.
Meski kehidupan Yagil tanpa keluarga, hal ini tidak membuatnya tampak bersedih. Beberapa orang yang tinggal di sekitar kontrakannya sempat melihat dia sedang bernyanyi sendiri di rumah kontrakannya sambil memainkan gitar. Biasanya lagu yang dinyanyikannya berirama pop dan perjuangan. Suaranya terdengar sangat merdu sehingga tetangganya merasa senang dengan lagu-lagu yang dinyanyikannya.
Memang keberadaan Yagil di daerah sekitar alun-alun Pancasila, Salatiga itu mengundang perhatian orang banyak. Kehidupannya yang mandiri dan penampilannyan yang khas itu yang membuat orang ingin tahu tentangnya.
Pernah suatu hari setelah tiga minggu tinggal di sana, terlihat perilaku Yagil yang ganjil atau agak aneh. Dia terlihat sedang makan bersama dengan orang gila di depan Toko Buku “Pintar”. Tak hanya itu, dia juga berkomunikasi dengan orang gila tersebut.

Satu sisi Yagil cepat dikenal masyarakat, tetapi sisi lainnya dia dijauhi oleh masyarakat karena sikapnya yang berbeda dengan kebanyakan orang. Masyarakat memandangnya orang aneh. Tidak jarang dia menjadi bahan pembicaraan orang-orang di sekitar alun-alun tersebut.
Melihat hal itu, aku yang tinggal tak jauh dari rumah Yagil merasa iba. Aku ingin berkomunikasi dengannya. Namun, setiap kali ingin bertemu di warung makan tempatnya biasa nongkrong, pas kebetulan juga aku sedang sibuk dengan tugas kuliah. Selain itu, aku juga sibuk dengan aktivitasku sebagai relawan Komunitas Berbagi untuk Kota.
Sepertinya minggu depan aku tidak terlalu sibuk. Aku bisa meluangkan waktu sebentar untuk bertemu Yagil di warung makan langganannya, tempat dia biasa makan siang. Aku sangat berharap keinginanku ini bisa terlaksana.
Sesuai dengan rencana, minggu depannya aku berhasil menemui Yagil.
“Mas Yagil, maaf ganggu sebentar,” ucapku dengan nada lembut dan ramah.
“Ya Dik bagaimana?” Jawab Yagil.
“Mas Yagil, saya ingin ngobrol-ngobrol sebentar. Apakah boleh?” Tanyaku penuh harap.
“Ya silahkan Dik,” jawab Yagil singkat sambil tersenyum.
“Mas Yagil sedang sibuk apa ya hari ini ?” Tanyaku memulai percakapan.
“Saya nanti mau menulis cerita pendek, Dik,” jawab Yagil.
“Oh ya? Mas Yagil suka menulis?” ujarku sambil balik bertanya.
“Iya Dik. Saya kerja sebagai penulis cerpen lepas. Selain itu saya juga jualan makanan snack pangsit dan stik keliling,” ujar Yagil menjelaskan pekerjaannya yang selama ini menjadi misteri.
Kami pun akhirnya ngobrol panjang lebar tentang kehidupannya. Ternyata Yagil bukanlah orang gila atau orang yang tak jelas. Dia orang biasa, sama seperti orang-orang kebanyakan, hanya mungkin saja penampilan dan cara hidupnya yang berbeda sehingga orang lain menjadi penasaran terhadapnya.
Aku tak menyangka kalau Yagil adalah seorang penulis berbakat. Di balik penampilannya yang unik, ternyata dia orang baik dan pejuang kehidupan sejati. Walau penghasilannya tak besar, tetapi dia selalu rajin berbagi dengan orang yang membutuhkannya. (Devita Andriyani).
***
Judul: “Yagil, Sosok Unik yang Mencuri Perhatian”
Pengarang: Devita Andriyani
Editor: JHK
Sekilas tentang pengarang
Devita Andriyaniadalah seorang wanita yang sudah jatuh hati dengan dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SMA.Pengarang kelahiran Salatiga, 6 Desember 1985 ini sehari-harinya rajin membaca cerita-cerita fiksi di berbagai media, baik media online maupun media offline.
Minat Devita pada dunia kepenulisan membuahkan beberapa karya berupa cerpen yang pernah diterbitkan di berbagai media online, di antaranya modernis.co, pratamamedia.com, penfighters.com, inspirasipagi.id, dan dimensipers.com.
Untuk mengasah kemampuan menulisnya, saat ini Devita tergabung dalam Komunitas Penulis Ambarawa (Penarawa). Penulis bisa dihubungi melalui email: eunikedevita@gmail.com.
***