Tetesan Air Mata Gaza: Dimana Nilai Kemanusiaan Dunia?
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Jumat (15/08/2025) – Artikel bertajuk “Tetesan Air Mata Gaza: Dimana Nilai Kemanusiaan Dunia?” ini adalah karya Siti Agustin Nurjanah, S. Pd., seorang penulis dan pendidik yang mengajar di sekolah dan pengajar privat. Beberapa tulisannya bisa dibaca di akun Instagram @sitiagustinnurjanah29.
Negara-negara Arab dan Muslim termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir untuk pertama kalinya secara resmi mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan atas jalur Gaza kepada otoritas Palestina. Seruan tersebut disampaikan dalam deklarasi bersama yang diumumkan dalam konferensi perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, New York, Selasa (29/07/2025).
Mesir justru menekan Imam Besar Al-Azhar untuk mencabut pernyataannya tentang Zionis. Laporan dari Middle East I menyebut bahwa kantor kepresidenan Mesir meminta Al-Azhar menarik pernyataan yang mengecam Zionis karena menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Pernyataan itu menggambarkan situasi di Gaza saat ini sebagai genosida total dan menunjukkan bahwa blokade telah menjadi sebab kelaparan sistemis yang disengaja. Selain itu, semakin banyak juga negara yang berencana mengakui Palestina.

Sebagai negara setelah terbukanya kejahatan Zionis Yahudi yang disaksikan dunia. Salah satunya adalah Prancis yang akan secara resmi mengakui negara Palestina pada sidang umum PBB, September mendatang. Hal ini ditegaskan Presiden Emmanuel Macron dalam pengumuman Kamis (24/07/2025) waktu setempat. Jika Hamas melucuti senjatanya maka rakyat Gaza kehilangan satu-satunya alat perlawanan terhadap agresi Zionis. Seruan pelucutan senjata tanpa jaminan perlindungan ini tentunya hanyalah menyerahkan Gaza pada penjajahan terbuka.
Di sisi lain, Negara Palestina yang diakui oleh Prancis bukanlah termasuk solusi hakiki. Solusi dua negara tidak menghapuskan penjajahan karena entitas Zionis tetap eksis di atas tanah umat Islam dan terus menindas rakyat Palestina dengan legitimasi internasional. Sungguh penguasa negeri-negeri muslim hari ini ibarat buta dan tuli terhadap penderitaan saudara-saudara mereka di Gaza.
Air mata Gaza saat ini seolah-olah tidak berarti bagi mereka, seperti tidak ada lagi ikatan iman yang menghubungkan hati mereka dengan nasib kaum muslimin yang tengah dizalimi oleh penjajah Zionis. Allah Subhanahu wa taala telah mengingatkan bahwa ukhuwah islamiah atau persaudaraan yang berdasarkan keimanan dan agama itu adalah landasan utama yang mengikat setiap muslim, tanpa memandang apapun seperti batas-batas geografis atau kepentingan politik.
Realitanya, saat ini ikatan sahih itu telah dirusak oleh kerakusan terhadap jabatan dan kekuasaan. Para pemimpin itu lebih memilih mempertahankan kedudukan dan jabatannya dengan tetap menjalin aliansi bersama musuh-musuh Allah. Bahkan, jika itu harus dibayar dengan darah dan air mata umat Islam di Gaza Palestina.
Kepentingan duniawi telah membutakan mereka dari kebenaran dan membungkam suara hati mereka, padahal secara tidak sadar mereka justru telah terjerumus ke dalam jurang kelemahan yang dalam di hadapan musuh-musuh Islam. Mereka tunduk pada kepentingan geopolitik dan tekanan diplomatik, tetapi tidak terhadap amanah Allah dan rasulnya untuk menolong saudara seiman.

Diamnya mereka atas genosida yang terjadi di Gaza bukan hanya menunjukkan penghianatan dan kebangkrutan moral, tetapi juga menjadi bukti nyata betapa jauh mereka telah berpaling dari ajaran Islam yang memerintahkan menjalin ukhuwah sesama muslim, berani, dan tegas di hadapan kebatilan.
Umat Islam harus memahami bahwa mereka adalah umat terbaik yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran ayat 110).
Kemuliaan umat ini bukan sekedar pujian, tetapi amanah yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Janji Allah untuk mengokohkan kejayaan umat Islam pun telah dijelaskan dengan tegas, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (Q.S. An-Nur ayat 55).
Sejarah telah membuktikan betapa janji Allah itu benar-benar terealisasi melalui perjuangan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, para sahabat, dan para khalifah sepanjang peradaban Islam yang mulia. Kisah Khalifah Almuktasim Billah yang mengerahkan pasukan untuk membela kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan di Amuriah serta sikap tegas Sultan Abdul Hamid I yang menolak menjual tanah Palestina kepada Zionis meskipun dengan bujukan harta berlimpah. Itu adalah potret nyata pemimpin yang menjaga kemuliaan agama dan umatnya.
Namun, kemuliaan itu kini telah pudar tertutup oleh debu ketertundukan dan ketidakpedulian penguasa muslim terhadap amanah ukhuwah islamiah. Kemuliaan umat tidak akan kembali dengan sendirinya. Ia harus diperjuangkan dengan kesadaran dan kesungguhan.
Umat harus dibangkitkan kesadarannya terhadap janji Allah yang pasti terjadi dan didorong untuk berjuang mewujudkannya kembali. Upaya besar ini tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa kepemimpinan yang tulus dan benar-benar ingin menyejahterakan umat serta dukungan dari jemaah dakwah yang menjadikan Islam sebagai satu-satunya landasan perjuangan serta mengikuti metode atau tariqah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam secara murni dan konsisten.
Dengan rahmat Allah, perjuangan yang lurus di atas jalan kenabian inilah yang akan mendatangkan pertolongan Allah dan mengantarkan umat menuju kemuliaannya yang sejati. Perjuangan pembebasan Palestina pun takkan terwujud dengan diplomasi atau kompromi solusi dua negara, melainkan dengan tegaknya sistem Islam yang akan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas mengerahkan segenap potensi umat Islam untuk mengakhiri penjajahan Zionis atas bumi Al-Quds.
Momentum genosida di Gaza hari ini, menjadikan Gaza meneteskan air mata yang sudah tak terbendung lagi. Maka kita harus jadikan ini sebagai cambuk kebangkitan bagi umat Islam, membangunkan mereka dari kelalaian, dan mengarahkan mereka untuk menunaikan kewajiban mewujudkan kemuliaan Islam di muka bumi sebagaimana yang Allah janjikan dalam Al-Qur’an. (Siti Agustin Nurjanah).
***
Judul: Tetesan Air Mata Gaza: Dimana Nilai Kemanusiaan Dunia?
Penulis: Siti Agustin Nurjanah, S. Pd.
Editor: JHK
Sekilas tentang penulis:
Siti Agustin Nurjanah, lahir di Bandung, 29 Agustus 2001. Saat ini kegiatan yang dilakukan adalah mengajar di lembaga sekolah juga privat. Selain itu ia juga sedang mengembangkan bakatnya di bidang kepenulisan dengan menulis artikel/opini ke berbagai media online. Ia juga pernah menulis buku antologi cerpen bersama para penulis lainnya.
Berbagai kegiatan dan karya-karya tulisan Siti bisa dilihat di akun Instagramnya dengan nama akun @sitiagustinnurjanah29.
***