Senja Ramadan: Antara Rindu dan Cemas
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Minggu (30/03/2025) – Esai berjudul “Senja Ramadan: Antara Rindu dan Cemas” ini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Setiap kali senja Ramadhan berlabuh, hati ini diliputi rindu yang tak terperi. Rindu akan malam-malam panjang yang dihiasi lantunan ayat suci. Rindu akan sahur yang menyatukan keluarga. Rindu akan tarawih yang menyejukkan jiwa. Ramadan, bukan sekadar bulan puasa, tetapi sebuah simfoni spiritual yang merasuk ke dalam relung hati, meninggalkan jejak kerinduan yang mendalam.

Namun, di balik kerinduan itu, terselip kecemasan yang tak terelakkan. Kecemasan akan apakah umur ini masih berkesempatan untuk bertemu dengan Ramadan berikutnya. Tahun demi tahun berlalu dan setiap kali Ramadan berakhir, pertanyaan itu selalu menghantui: akankah aku masih diberi kesempatan untuk merasakan nikmatnya ibadah di bulan suci ini?
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, bulan di mana seluruh umat muslim di dunia bersatu dalam doa dan ibadah. Dari pelosok desa hingga kota metropolitan, dari keluarga sederhana hingga pemimpin negara, semua hati tertuju pada satu tujuan: meraih rida Illahi. Di bulan ini, perbedaan status sosial dan latar belakang seolah sirna, digantikan oleh persaudaraan yang tulus dan kebersamaan yang hangat.
Nikmatnya ibadah di bulan Ramadan tak ternilai harganya. Setiap detiknya adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, setiap malamnya adalah anugerah untuk meraih ampunan-Nya. Tarawih yang panjang, tadarus Al-Quran yang khusyuk, dan doa-doa yang dipanjatkan dengan penuh harap, semuanya adalah momen-momen berharga yang takkan pernah terlupakan.

Namun, di balik semua kenikmatan itu, terselip pula kesadaran akan kefanaan hidup. Ramadan mengajarkan kita untuk menghargai setiap detik yang diberikan, untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Karena, siapa yang tahu, mungkin Ramadhan yang baru saja berlalu adalah Ramadan terakhir bagi kita. Oleh karena itu, setiap kali Ramadhan berakhir, hati ini selalu memanjatkan doa, “Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Berilah aku umur yang panjang dan kesehatan yang baik, agar aku bisa kembali merasakan nikmatnya ibadah di bulan suci-Mu.”
Rindu ini takkan pernah hilang, ya Rabb. Rindu akan Ramadan. Bulan yang selalu dinanti-nantikan kedatangannya dan dirindukan kepergiannya. Semoga Engkau selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk merasakan nikmatnya Ramadan, hingga akhir hayat kami. (Didin Tulus).
***
Judul: Senja Ramadan: Antara Rindu dan Cemas
Penulis: Didin Tulus, sang Petualang Pameran Buku
Editor: Jumari Haryadi