Selamat Jalan Mpok Alpa: Tawa yang Kini Abadi di Panggung Kenangan
Berita Jabar News (BJN), Rubrik OPINI/ARTIKEL/FEATURE, Sabtu (16/08/2025) – Artikel berjudul “Selamat Jalan Mpok Alpa: Tawa yang Kini Abadi di Panggung Kenangan” merupakan karya Jumari Haryadi, seorang penulis, jurnalis, dan pendiri Komunitas Penulis Kreatif (KPKers) Indonesia.
Di pusat gemerlap dunia hiburan Indonesia, hari kemarin, langit Jakarta menyimpan duka mendalam. Nina Carolina, atau lebih dikenal sebagai Mpok Alpa, menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat pagi, 15 Agustus 2025, tepat pukul 08.31 WIB di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta Barat. Usianya baru 38 tahun. Betapa kagetnya keluarga, sahabat, dan ribuan penggemar karena selama lebih dari tiga tahun, ia berjuang melawan kanker payudara tanpa banyak diketahui publik.
Nina Carolina lahir di Jakarta pada 12 Maret 1987. Sejak kecil, kelas 6 SD, panggung kecil sudah menjadi rumah keduanya. Ia kerap bernyanyi di hajatan kampung, mengisi acara pernikahan dan pesta rakyat. Bahkan, ia sempat berbagi panggung dengan penyanyi legendaris Elvy Sukaesih sebuah bukti kualitas vokalnya.
Menjadi Mpok Alpa: dari Viral ke Panggung Televisi

Fenomena media sosial kemudian mempertemukannya dengan dunia yang lebih luas pada 2018. Sebuah video singkat, di mana ia dengan polos meminta suaminya diajak ke mal—atau setidaknya Alfamart—dengan logat Betawi yang kental dan jenaka, langsung viral. “Di situ lahir Mpok Alpa,” kata netizen. Sejak itu, julukan itu menempel, dan kariernya di dunia hiburan mulai merangkak cepat.
Dari situ, jalan hidup Mpok Alpa berubah. Ia diberi kesempatan tampil di berbagai program televisi terkenal: Opera Van Java, Pagi-pagi Pasti Happy, For Your Pagi serta sederet acara lain yang menjadikannya ikon komedi dan presenter. Ia bahkan ikut menyanyi rekaman single seperti “Ke Emol” (2018) dan “Mati Rasa” (2020), memperlihatkan dualitas talenta: suara merdu dan selera humor.
Senyum di Balik Derita

Di balik tawa dan dialog cerdasnya di layar kaca, terselip sebuah perjuangan panjang. Ia menjalani perawatan kanker selama tiga tahun. Bahkan, ia sempat bolak-balik ke Malaysia demi pengobatan. Namun, ia lebih memilih menyimpan kesakitan itu. Ia tak hendak membuat orang lain merasa kasihan.
“Dia selalu bilang nggak mau menyusahkan orang,” kenang Irfan Hakim.
Rekan kerjanya, Raffi Ahmad dan Irfan Hakim, sempat menahan air mata saat mengumumkan kepergiannya secara langsung di program TV pagi mereka, Pagi-Pagi Pasti Happy.
“Mohon doanya agar almarhumah Nina, Mpok Alpa, diterima di sisi Allah SWT,” ujar Raffi lirih, memecah kesunyian hati mereka yang kehilangan begitu besar.
Puluhan Suara Berduka di Rumah Duka

Proses pemakaman berjalan khidmat pada hari yang sama. Setelah disemayamkan di rumah duka kawasan Ciganjur, jenazah dibawa dan dimakamkan di TPU Kujaran usai salat Ashar. Iring-iringan berjalan lambat, ditemani tangis keluarga dan sahabat di bawah langit Jakarta yang meneteskan embun kesedihan.
Artis-artis seperti Billy Syahputra, Melaney Ricardo, Ayu Ting Ting, dan lainnya hadir dengan raut sedih. Beberapa mengantar jenazah hingga liang lahat, menyaksikan kalimat terakhir dari perjalanan hidup yang menghibur begitu banyak.
Mengukir Warisan dari Tawa dan Ketegaran

Mpok Alpa bukan hanya memberi tawa, ia mengajarkan makna keberanian. Ia memadukan kesederhanaan logat Betawi dengan kejujuran hati, memperlihatkan bahwa komedi sejati datang dari keaslian diri. Ia adalah simbol bahwa di balik rona riang, ada kekuatan yang lembut untuk tetap tegar sambil berusaha tak merepotkan orang lain.
Dalam sunyi malam selepas berita duka, kita mungkin mendengar kembali suaranya, “Ajak kita ke mana dulu nih?”
Pertanyaan itu menjadi puisi terakhir Mpok Alpa, tulus, sederhana, dan getir. Semoga suaranya tetap hidup di ingatan, di layar TV, di panggung komunitas, dan di hati kecil kita yang rindu akan tawa tulusnya.
Selamat jalan, Mpok Alpa. Tawa hangatmu adalah taburan cahaya di hati yang merindukan.
***
Judul: Selamat Jalan Mpok Alfa: Tawa yang Kini Abadi di Panggung Kenangan
Penulis: Jumari Haryadi
Editor: JHK