ArtikelBerita Jabar NewsOpini

Menelusuri Jejak sang Pujangga: Sebuah Refleksi di The Little Museum Anak Agung Panji Tisna

BERITA JABAR NEWS (BJN)Kolom OPINI – Artikel Menelusuri Jejak sang Pujangga: Sebuah Refleksi di The Little Museum Anak Agung Panji Tisna karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku. Kini ia  tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Hidup adalah sebuah perjalanan, sebuah petualangan yang membawa kita pada berbagai pengalaman dan pertemuan. Seminggu yang lalu, di The Little Museum Anak Agung Panji Tisna di Lovina, Bali, sebuah pertemuan istimewa terjadi. Profesor Etienne Naveau, seorang pakar Bahasa dan Sastra Indonesia dari Inalco Prancis, melangkahkan kakinya untuk menyelami kehidupan sang pujangga Bali, Anak Agung (AA) Panji Tisna.

Museum mungil ini, bagaikan gerbang yang membuka lorong waktu, membawa Profesor Naveau ke masa lampau, menyelami jejak sang maestro. Di sini, terpajang berbagai benda peninggalan Panji Tisna, mulai dari naskah kuno, foto-foto, hingga lukisan yang mencerminkan jiwa seninya.

Logo Museum Anak Agung Panji Tisna
Logo Museum Anak Agung Panji Tisna -(Sumber: Palm-living.com)

Langkah kaki Profesor Naveau terhenti di depan sebuah foto. Foto Sukreni, gadis Bali yang memesona yang menjadi inspirasi novel ikonik Panji Tisna “Sukreni Gadis Bali”. Di mata Profesor Naveau, terpancar kekaguman yang mendalam. Novel ini telah memikat hatinya, mengantarkannya pada keindahan budaya dan tradisi Bali yang begitu kaya.

Profesor Naveau tak kuasa menahan diri untuk menuliskan rasa kagumnya di buku tamu museum. “AA Panji Tisna adalah sastrawan yang luar biasa,” tulisnya dengan penuh ketulusan. Kata-kata itu bukan sekadar pujian, melainkan sebuah pengakuan atas karya-karya Panji Tisna yang telah melampaui batas ruang dan waktu.

Pertemuan singkat di museum ini bukan hanya tentang mengenang sang pujangga, tetapi juga tentang mempertemukan dua budaya yang berbeda. Di sini, Profesor Naveau tidak hanya mempelajari kehidupan Panji Tisna, tetapi juga berbagi cerita tentang bagaimana “Sukreni Gadis Bali” telah menginspirasinya.

Bagi Profesor Naveau, “Sukreni Gadis Bali” bukan hanya sebuah novel roman, tetapi juga jendela untuk memahami jiwa dan budaya Bali. Novel ini telah membuka matanya terhadap keindahan tradisi dan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali.

Anak Agung Panji Tisna (11 Februari 1908 - 2 Juni 1978) -(Sumber: id.wikipedia.org)
Anak Agung Panji Tisna (11 Februari 1908 – 2 Juni 1978) – (Sumber: id.wikipedia.org)

Kisah Sukreni, seorang gadis yang teguh pada pendiriannya dan berani melawan adat istiadat yang dianggapnya tidak adil, telah menyentuh hati Profesor Naveau. Keberanian Sukreni mencerminkan kekuatan perempuan Bali yang patut dihormati.

Percakapan dengan Profesor Naveau di The Little Museum AA Panji Tisna menjadi sebuah refleksi bagi kita semua bahwa karya sastra memiliki kekuatan untuk menjembatani budaya dan menginspirasi generasi penerus.

Kehidupan Panji Tisna, bagaikan sebuah buku yang penuh dengan kisah inspiratif. The Little Museum AA Panji Tisna menjadi pengingat bahwa warisan budaya dan nilai-nilai luhur yang ditinggalkan oleh sang pujangga harus terus dilestarikan dan dibagikan kepada dunia.

Kisah Sukreni dan Panji Tisna adalah bukti bahwa seni dan budaya memiliki kekuatan untuk menyatukan manusia, tanpa mengenal batas bahasa, budaya, dan bangsa. Di The Little Museum AA Panji Tisna, jejak sang pujangga bukan hanya terukir dalam sejarah, tetapi juga hidup dalam hati para pecinta sastra dan budaya. (Didin K.T.).

***

Judul: Menelusuri Jejak sang Pujangga: Sebuah Refleksi di The Little Museum Anak Agung Panji Tisna
Penulis: Didin Kamayana Tulus, Penggiat Buku tinggal di Kota Cimahi.
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *