Menelusuri Jejak Buku di Perpustakaan Negara Malaysia: Sebuah Ode untuk Karya dan Pengetahuan
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Senin (02/06/2025) – Esai berjudul “Menelusuri Jejak Buku di Perpustakaan Negara Malaysia: Sebuah Ode untuk Karya dan Pengetahuan” ini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Kepada Kang Maman Suherman,
Cimahi, 02 Juni 2025
Dengan segala hormat dan rasa kagum yang mendalam, izinkan saya membagikan pengalaman yang menyentuh jiwa dari perjalanan saya ke Perpustakaan Negara Malaysia di Kuala Lumpur. Kunjungan ini bukan sekadar penelusuran fisik ke gedung perpustakaan megah, melainkan juga sebuah perjalanan batin yang sarat makna, terinspirasi oleh sosok yang saya kagumi, Dato’ Kemala.

Ketika langkah saya pertama kali menginjakkan kaki di depan gedung yang megah itu, rasa terpesona menyelimuti hati saya. Arsitektur perpustakaan yang anggun, menggabungkan elemen tradisional dan modern, seolah berbisik kepada setiap pengunjung bahwa di dalamnya tersimpan harta karun tak ternilai: pengetahuan, cerita, dan sejarah. Saya teringat betapa pentingnya perpustakaan sebagai tempat bertemu antara masa lalu dan kekinian, antara pengetahuan dan imajinasi.
Memasuki lobi yang luas dan cerah, suasana tenang menyapa saya. Berbagai wajah, mulai dari mahasiswa yang tenggelam dalam catatan, hingga peneliti yang sibuk mencari referensi, menciptakan suasana yang damai. Saya merasa seperti penjelajah dalam dunia yang penuh kemungkinan baru. Di tengah keramaian ini, saya menemukan tujuan utama kunjungan saya: merangkai kembali jejak karya Dato’ Kemala dengan segala makna yang menyertainya.
Berjalan di antara rak-rak buku yang teratur rapi, saya menemukan diri saya terpesona akan keragaman koleksi perpustakaan. Seolah-olah setiap rak menyimpan lembaran cerita yang menunggu untuk dibaca. Dari sejarah, sastra, hingga teknologi, setiap kategori memiliki pesonanya tersendiri.
Dengan tekad yang kuat, saya memanfaatkan katalog perpustakaan untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan Dato’ Kemala. Merelakan waktu saya, saya menyelami setiap teks, mencatat yang berharga—eskplorasi tak hanya untuk menambah pengetahuan, melainkan juga untuk menghayati dampaknya bagi publikasi dan jurnalisme Malaysia.
Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah ketika saya memasuki ruang arsip yang menampung dokumen-dokumen bersejarah. Ketika jari saya menyentuh halaman-halaman kuno, sebuah dunia yang membangkitkan rasa ingin tahu mengisi udara. Di sinilah, saya menemukan artikel-artikel langka, wawancara yang mengungkap sisi humanis Dato’ Kemala, pendapat-pendapatnya tentang isu-isu penting. Setiap temuan menggetarkan jiwa saya, seolah-olah saya sedang berbicara langsung dengan sang legenda.
Setelah berjam-jam menelusuri jejak pengetahuan, saya merasa beruntung bisa berada di tempat yang sarat akan makna ini. Rasanya, setiap halaman yang saya baca adalah jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang pengaruh Dato’ Kemala.
Dalam suasana hening perpustakaan, saya kembali mengingat bahwa niatan ini bukan hanya soal fakta, melainkan bagaimana kita menghidupkan kembali kisah seseorang yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi dunia literasi.
Ketika sore mulai menjelang dan cahaya lampu kota Kuala Lumpur mulai berkilauan, saya memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman perpustakaan. Menikmati segarnya angin sore, saya duduk merenungi perjalanan yang baru saja dilalui. Terpencil namun hangat, suasana taman ini mengingatkan saya bahwa perpustakaan bukan sekadar tempat penyimpanan buku, melainkan juga sebuah ruang untuk merenung, belajar, dan menginspirasi.
Dari pengalaman ini, saya tertulis sebuah memoir yang telah saya tuangkan dalam Beritajabarnews. Saya berharap catatan ini dapat menginspirasi pembaca untuk lebih menghargai dan memanfaatkan perpustakaan sebagai oase pengetahuan. Dunia ini butuh lebih banyak orang yang menyadari bahwa setiap buku menyimpan sebuah kisah, dan perpustakaan adalah tempat pelestari kisah-kisah berharga tersebut.
Kang Maman, di tengah kemajuan yang pesat, semoga kita tidak melupakan arti penting dari literasi dan perpustakaan. Mari kita teruskan langkah untuk menggugah kecintaan pada buku dan pengetahuan, menjadikan setiap kunjungan ke perpustakaan sebagai sebuah perjalanan tanpa akhir, di mana jejak setiap buku akan terus hidup dalam ingatan kita.
Hormat saya,
Didin Tulus
***
Judul: Menelusuri Jejak Buku di Perpustakaan Negara Malaysia: Sebuah Ode untuk Karya dan Pengetahuan
Penulis: Didin Tulus, sang Petualang Pameran Buku
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas Info Penulis
Didin Tulus lahir di Bandung pada 14 Maret 1977. Ia menghabiskan masa kecilnya di Pangandaran, tempat ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA YAS Bandung.
Setelah lulus SMA, Didin Tulus melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Fakultas Hukum. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, jurusan Seni Rupa.
Aktifitas dan Karir
Didin Tulus memiliki pengalaman yang luas di bidang penerbitan dan kesenian. Ia pernah menjadi marketing pameran di berbagai penerbit dan mengikuti pameran dari kota ke kota selama berbulan-bulan. Saat ini, ia bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan independen.
Pengalaman Internasional
Didin Tulus beberapa kali diundang ke Kuala Lumpur untuk urusan penerbitan, pembacaan sastra, dan puisi. Pengalaman ini memperluas wawasannya dan membuka peluang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan komunitas sastra internasional.
Kegiatan Saat Ini
Saat ini, Didin Tulus tinggal di kota Cimahi dan aktif dalam membangun literasi di kotanya. Ia berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian dan sastra.
Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas, Didin Tulus telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang berdedikasi dan berprestasi di bidang kesenian dan penerbitan.
***