Lonely in The Crowd: Dampak Buruk Sosial Media Dalam Sistem Sekuler Liberal
BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Sabtu (27/09/2025) – Artikel berjudul “Lonely in The Crowd: Dampak Buruk Sosial Media Dalam Sistem Sekuler Liberal” ini merupakan karya tulis Yuli Yana Nurhasanah yang akrab disapa Yuli dan aktif dalam dalam Komunitas Menulis “Muslimah Peduli Umat”.
Pada era sekarang ini, media sosial (medsos) bukanlah hal yang baru. Bahkan, dilaporkan dalam data Global Digital Reports bahwa ada 5,25 miliar orang yang aktif bermedia sosial. Walaupun linimasa dipenuhi video hiburan dan kisah personal, masih banyak yang membuat pengguna merasa asing dari dunia nyata dan hal ini tidak menghilangkan perasaan sepi para pengguna medsos.
Fenomena ini menarik perhatian mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Mereka melakukan riset berjudul “Loneliness in the Crowd: Eksplorasi Literasi Media Digital pada Fenomena Kesepian di TikTok melalui Konfigurasi Kajian Hiperrealitas Audiovisual“.
Menurut teori Hiperrealitas, representasi digital kerap dianggap lebih nyata daripada realitas itu sendiri, sehingga emosi yang dibentuk media dapat mempengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, seperti kesepian dan ketidakamanan (insecurity). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi literasi digital dan manajemen penggunaan gawai untuk mengatasi isu kesepian dan kesehatan mental di kalangan Gen Z. Media sosial memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang.
Industri kapitalis telah membuat arus di media sosial menimbulkan dampak buruk, di antaranya sikap asosial. Masyarakat sulit bergaul di dunia nyata. Bahkan, di tengah keluarga pun pola hubungan di antara anggota keluarga terasa jauh. Setiap orang, jika sudah memegang gawai, seakan punya dunianya sendiri. Ia lupa. Bahkan, cenderung tidak peduli dengan sekitar.

Banyaknya akun yang membuat konten di media sosial dengan mengulang-ulang narasi kesepian dengan sentuhan estetik dan emosional. Hal ini dapat memicu efek domino dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental.
Sikap asosial dan perasaan kesepian akan berdampak buruk dan merugikan umat. Terlebih bagi generasi muda yang sebenarnya punya potensi besar untuk menghasilkan karya-karya produktif. Fenomena ini, bukan tidak mungkin terjadi jika generasi ini lemah dan tidak berdaya. Kepedulian terhadap persoalan umat juga tak akan mampu dipotret oleh masyarakat yang terjebak dalam kesepian dirinya.
Saat ini, umat harus beradaptasi dengan era digital di mana perkembangan teknologi semakin canggih. Salah satunya adalah penggunaan media sosial yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia di dunia. Menghadapi kemajuan teknologi dan media sosial bagaikan menghadapi pisau bermata dua, ada dampak positif dan negatifnya.
Berdampak positif jika kita bijak dalam bermedia sosial, jika digunakan sebagai jembatan antar umat untuk menjalin pertemanan, berkomunikasi, dan berbagi informasi. Bahkan, bisa digunakan sebagai sarana berdakwah bagi umat Islam secara luas dengan jangkauan yang lebih besar.
Sayangnya, kita justru sering menemui dampak negatifnya, khususnya bagi anak-anak dan remaja. Mereka rentan terhadapa dampak negatif dari media sosial, terlebih dengan literasi yang rendah. Mereka belum memiliki kematangan dalam proses berpikir untuk menentukan baik buruknya suatu informasi atau perbuatan.
Banyak orang aktif di dunia maya. Namun, di sisi lain mereka minim interaksi sosial di dunia nyata. Bila kita tidak bijak, media sosial dapat menjadi lahan subur bagi penyebaran misinformasi dan berita palsu.
Di sini, kita harus menyadarkan umat bahwa pengaruh media sosial yang tidak dikelola dengan bijak dapat menjadikan banyak orang semakin asosial dan merasa kesepian di tengah keramaian. Fenomena ini akan merugikan umat. Kita butuh solusi hakiki di sini.
Dalam Islam, selama dalam koridor yang dibenarkan syariat, media sosial dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Islam membolehkan teknologi sebagai sarana untuk kebaikan karena dalam Islam yang diutamakan adalah dampak positif dan kemaslahatan untuk umat. Peran negara dalam sistem Islam adalah memberikan dukungan baik dalam segala aspek kehidupan, baik itu pendidikan maupun finansial demi tercapainya kemaslahatan bagi umat.
Islam akan membangun sistem pendidikan yang berasas akidah Islam, yang berfokus pada pembentukan generasi dengan pola sikap dan pola pikir sesuai syariat Islam. Dengan akidah yang kuat, tiap generasi akan memiliki visi dan misi hidup yang terarah, sehingga tidak ada lagi rasa kesepian, insecure, dan asosial.
Generasi lebih mampu memilah antara yang wajib dan sunnah, serta akan mengutamakannya daripada yang mubah dan akan mampu meninggalkan segala bentuk keharaman. Akidah Islam berfungsi sebagai pedoman dalam segala aktivitas kehidupan, di mana kita lebih mengerti bagaimana berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
Islam memiliki cara pandang khas dalam melindungi dan menyelamatkan generasi dari kerusakan dan tidak akan menutup diri dari teknologi dan digitalisasi. Islam memiliki mekanisme aturan agar umat tidak terbawa dampak arus negatif yang timbul dari teknologi dan digitalisasi. Islam mengontrol, mengawasi, menangani, dan menerapkan hukum dari segala aspek dengan aturan yang komprehensif sesuai syariat Islam. Wallahualam bishawab
***
Judul: Lonely in The Crowd: Dampak Buruk Sosial Media Dalam Sistem Sekuler Liberal
Penulis: Yuli Yana Nurhasanah
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis

Yuli Yana Nurhasanah atau akrab dipanggil Yuli ini lahir di Ciamis, pada 8 Juli 1984. Menulis Opini Islam menjadi kegiatan kesehariannya beberapa bulan belakang ini. Semua ini berawal dari keprihatinannya terhadap realitas kehidupan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini.
Menulis opini dengan sudut pandang Islam mencoba menyuarakan pemikiran dan isi hati, mencoba membuka pemikiran, dan pemahaman umat melalui tulisan.
Wanita yang suka berpikir ini mulai menulis saat ia bergabung dengan Komunitas Menulis “Muslimah Peduli Umat”. Beberapa tulisan Yuli tentang berbagai topik sudah dimuat di media online. Ia juga aktif di media sosial Facebook dengan akun Yuli Yana Nurhasanah.
***