Ketimpangan Ekonomi dan Sosial: Tantangan Nyata Menuju Jabar Istimewa
BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI/ARTIKEL/FEATURE, Rabu (21/05/2025) – Artikel berjudul “Ketimpangan Ekonomi dan Sosial: Tantangan Nyata Menuju Jabar Istimewa” merupakan karya tulis Ummu Fahhala, S. Pd., seorang Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi yang tinggal di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Ketimpangan ekonomi dan sosial telah menjadi wajah buram yang sulit disembunyikan dari kehidupan masyarakat modern. Meskipun kemajuan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi terus digemborkan, realitas di lapangan kerap menunjukkan jurang pemisah yang makin lebar antara si kaya dan si miskin.

Fenomena ini tidak hanya terjadi secara nasional, tetapi juga nyata terlihat di tingkat daerah, termasuk di Provinsi Jawa Barat. Provinsi yang dikenal dengan geliat industri dan pertumbuhan penduduk pesat, kini menghadapi ironi besar, di balik angka-angka keberhasilan ekonomi, tersimpan potret ketimpangan yang semakin menganga.
Fenomena ketimpangan ekonomi yang terus melebar tidaklah berdiri sendiri. Ia merupakan konsekuensi logis dari sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan secara global dan nasional. Kapitalisme mendasarkan keberhasilannya pada akumulasi modal, kepemilikan individu atas sumber daya utama, dan kompetisi pasar bebas.
Dalam sistem ini, akses terhadap kekayaan dan peluang ekonomi lebih besar dimiliki oleh mereka yang memiliki modal. Akibatnya, orang yang kaya akan semakin kaya, sedangkan orang yang miskin kesulitan mengejar ketertinggalan. Ketimpangan bukan lagi efek samping, melainkan hasil langsung dari mekanisme pasar yang timpang sejak awal.
Mengacu pada laporan salah satu media mainstream pada 15 Mei 2025, tingkat ketimpangan ekonomi di Jawa Barat menunjukkan tren peningkatan. Salah satu indikator utama yang menguatkan kondisi ini adalah pergerakan rasio gini, yakni alat ukur umum yang digunakan untuk melihat sejauh mana distribusi pendapatan merata di antara penduduk. Makin tinggi angka rasio gini, makin timpang pula pendapatan masyarakat.
Ironisnya, ini terjadi di saat yang sama ketika Jawa Barat mendapat pengakuan sebagai provinsi yang terdepan dalam pengelolaan ekonomi dan keuangan syariah. Pemerintah daerah bahkan menggagas langkah strategis menjadikan ekonomi syariah sebagai motor penggerak pembangunan inklusif dengan harapan besar untuk menuju “Jabar Istimewa”.
Ekonomi Syariah
Upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat patut diapresiasi. Namun, penerapan nilai-nilai syariah saling berhubungan dengan kebijakan bidang kehidupan lainnya.
Ekonomi Islam bukan hanya soal zakat, bank syariah, atau sertifikasi halal. Ia adalah satu kesatuan sistem yang mencakup aspek distribusi kekayaan, kepemilikan umum, intervensi negara dalam kebutuhan dasar, dan penghapusan riba serta spekulasi.
Ketimpangan Ekonomi dalam Pandangan Islam
Islam memiliki pandangan yang unik dan holistik dalam mengatasi ketimpangan ekonomi. Dalam sistem ekonomi Islam, distribusi kekayaan menjadi fokus utama, bukan hanya pertumbuhan. Zakat diwajibkan, bukan sebagai donasi sosial, tetapi sebagai instrumen negara untuk redistribusi kekayaan (Q.S. At-Taubah: 60). Larangan riba dan spekulasi (gharar) menjadikan transaksi ekonomi lebih adil dan stabil (Q.S. Al-Baqarah: 275-279).
Negara wajib menjamin kebutuhan pokok warganya, seperti pangan, papan, dan pendidikan. Rasulullah Saw. bersabda, “Imam adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Pada masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dan para pemimpin peradaban Islam, ketimpangan berhasil ditekan dengan kebijakan ekonomi yang adil. Umar bin Khattab, misalnya, membagi tanah hasil penaklukan bukan untuk segelintir orang, tetapi untuk umat secara kolektif. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, zakat melimpah hingga sulit ditemukan orang miskin yang mau menerima. (Ummu Fahhala).
***
Sekilas tentang penulis:
Ummu Fahhala, seorang pegiat literasi, ibu dari lima anak (Fadilah, Arsyad, Hasna, Hisyam & Alfatih). Selain sebagai ummu warobbatil bait, juga sebagai praktisi pendidikan. Menulis untuk dakwah. Semoga menjadi wasilah datangnya hidayah dari Allah Swt. dan meraih pahala jariyah.
Judul: Ketimpangan Ekonomi dan Sosial: Tantangan Nyata Menuju Jabar Istimewa
Penulis: Ummu Fahhala, S. Pd., Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi
Editor: JHK