Kemampuan Membaca Mahasiswa Rendah: Tantangan dan Solusinya
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom Artikel/Opini, Senin (25/11/2024) – Artikel berjudul “Kemampuan Membaca Mahasiswa Rendah: Tantangan dan Solusinya” ini ditulis oleh Fuadi yang sehari-harinya bekerja sebagai dosen Universitas Pamulang (UNPAM), Serang, Provinsi Banten.
Pada era digital ini yang serba cepat ini, kemampuan menganalisis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting, khususnya bagi mahasiswa. Namun, akhir-akhir ini kita kerap mendengar kasus mengenai rendahnya kemampuan menganalisis di kalangan mahasiswa. Fenomena ini tidak hanya mengkhawatirkan, tetapi juga dapat berdampak buruk pada prestasi belajar dan pengembangan diri mereka.
Menurut hasil laporan dari World Literacy Foundation (2023), sekitar 25% mahasiswa di Indonesia melaporkan bahwa mereka tidak membaca buku secara teratur. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa berada dalam lingkungan akademis, kebiasaan membaca mereka masih rendah.
Kemudian Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) (2023) mencatat bahwa kurang dari 30% mahasiswa di perguruan tinggi negeri di Indonesia yang aktif membaca jurnal atau artikel ilmiah sebagai bagian dari proses belajar mereka. Kondisi ini tentunya sangat memperihatinkan dan perlu dicari akar permasalahan serta solusinya.
Penyebab Rendahnya Kemampuan Membaca
Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan menganalisis mahasiswa. Pertama, pengaruh zaman dan media sosial. Dengan maraknya penggunaan ponsel pintar dan aplikasi media sosial, banyak mahasiswa yang lebih memilih konten yang singkat dan visual daripada menganalisis teks yang panjang. Kecanduan ini mengurangi minat mereka dalam menganalisis buku atau artikel secara lebih mendalam.
Kedua, hilangnya kebiasaan menganalisis. Banyak mahasiswa yang tidak terbiasa menganalisis sejak kecil. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung kegiatan menganalisis, ditambah minimnya akses terhadap buku dan sumber bacaan yang bermutu sehingga membuat mereka sulit mengembangkan kecanduan ini ketika duduk di bangku kuliah.
Ketiga, kurikulum pembelajaran yang kurang menekankan pada kegiatan menganalisis. Di beberapa perguruan tinggi, fokus perolehan pengetahuan lebih banyak pada kuliah dan tugas daripada mendorong mahasiswa untuk meneliti literatur yang relevan dengan bidang studi mereka. Hal ini menyebabkan mahasiswa tidak lagi mendapatkan latihan yang cukup untuk meningkatkan keterampilan menganalisis mereka.
Dampak Rendahnya Kemampuan Membaca
Rendahnya kapasitas analisis di kalangan mahasiswa berdampak besar. Pertama, menurunnya keterampilan analitis dan kritis. Membaca merupakan dasar untuk berpikir vital. Tanpa keterampilan menganalisis yang tepat, mahasiswa dapat mengalami masalah dalam mempelajari fakta, mengetahui konsep yang rumit, dan mengembangkan argumen yang kuat dalam tulisan mereka.
Kedua, hilangnya perilaku belajar Banyak mahasiswa yang tidak terbiasa membaca sejak kecil. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung kegiatan membaca, serta minimnya akses ke buku dan sumber bacaan yang berkualitas, membuat mereka kesulitan untuk mengembangkan kebiasaan ini di perguruan tinggi.
Ketiga, kurikulum akademik yang kurang menekankan pada kegiatan membaca. Di beberapa perguruan tinggi, fokus pembelajaran lebih banyak pada kuliah dan tugas daripada mendorong mahasiswa untuk membaca literatur yang relevan dengan bidang studi mereka. Hal ini menyebabkan mahasiswa tidak mendapatkan latihan yang cukup untuk meningkatkan kemampuan membaca mereka.
Rendahnya Kapasitas Belajar di Kalangan Mahasiswa Berdampak Besar
Pertama, menurunnya kemampuan analisis dan kritis. Membaca merupakan dasar untuk berpikir kritis. Tanpa keterampilan belajar yang tepat, mahasiswa dapat mengalami kesulitan dalam membaca informasi, memahami konsep yang rumit, dan mengembangkan argumen yang kuat dalam tulisan mereka.
Kedua, dampak pada prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kapasitas belajar rendah cenderung mengalami kesulitan dalam memahami materi kuliah, yang pada gilirannya dapat berdampak buruk pada nilai dan prestasi belajar mereka. Hal ini juga dapat menghambat proses belajar mereka secara umum.
Ketiga, hambatan dalam pengembangan pribadi. Membaca tidak hanya akan menambah pengetahuan, tetapi juga membuka cakrawala berpikir. Mahasiswa yang jarang membaca akan kehilangan kesempatan untuk meneliti dari pengalaman orang lain, memahami berbagai perspektif, dan mengembangkan empati terhadap masalah sosial.
Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Untuk mengatasi masalah ini, banyak langkah yang dapat diambil. Pertama, tanamkan perilaku belajar sejak usia dini. Sekolah dan orang tua ingin bekerja sama untuk menanamkan minat membaca pada anak-anak agar mereka tumbuh dengan perilaku belajar yang tepat.
Kedua, perpustakaan dan aset pendidikan perlu diperkuat. Universitas ingin menyediakan akses yang lebih baik ke buku dan aset belajar lainnya, dan menyiapkan program atau kegiatan yang menginspirasi siswa untuk belajar, termasuk klub e-book atau diskusi literatur.
Ketiga, gabungkan kegiatan belajar ke dalam kurikulum. Dosen ingin menggabungkan tugas belajar ke dalam pelajaran mereka, menyediakan materi belajar yang relevan, dan membicarakannya di kelas. Ini akan membantu siswa melihat nilai belajar untuk pengembangan pendidikan dan pribadi mereka.
Keempat, gunakan teknologi untuk membantu belajar. Meskipun teknologi sering dianggap sebagai penghalang, sistem virtual juga dapat digunakan untuk mengakses buku, artikel, dan jurnal daring. Memanfaatkan program yang membantu perilaku belajar, termasuk buku elektronik dan buku audio, dapat menjadi peluang untuk menarik minat siswa dalam belajar. (Fuadi)
***
Judul: Kemampuan Membaca Mahasiswa Rendah: Tantangan dan Solusinya
Penulis: Fuadi
Editor: JHK