Gabriel García Márquez: Seratus Tahun Kesunyian dan Keajaiban Kata-kata
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI, Selasa (10/06/2025) – Esai berjudul “Gabriel García Márquez: Seratus Tahun Kesunyian dan Keajaiban Kata-kata” ini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Dalam lanskap sastra dunia, tidak banyak penulis yang mampu meramu realitas dan fantasi dengan keindahan seperti Gabriel García Márquez. Karya besarnya yang berjudul “Seratus Tahun Kesunyian”, tidak hanya menjadi simbol keunggulan realisme magis, tetapi juga menampilkan kedalaman pemikiran tentang kehidupan, cinta, dan keberadaan manusia.

Salah satu kutipan yang sering diingat dari novel ini adalah, “Cukup bagi saya untuk yakin bahwa kamu dan saya ada di saat ini.” Kalimat ini, meskipun sederhana, mengandung makna yang begitu kuat tentang kehadiran dan pentingnya saat ini.
Márquez, melalui dunia fiktif Macondo, mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan waktu dan ingatan. Karakter-karakternya hidup dalam lingkaran tak berujung dari sejarah keluarga, seolah-olah terjebak dalam kutukan melankolis yang menolak perubahan.
Di tengah aliran cerita yang bercampur dengan peristiwa luar biasa—hujan bunga kuning, orang yang naik ke langit, dan perang yang tak pernah benar-benar berakhir, kutipan di atas muncul sebagai sebuah oasis dalam kehebohan. Ia menyuarakan sebuah harapan sederhana: bahwa keberadaan kita bersama dalam satu momen memiliki makna yang tak tergantikan.
Kekuatan novel “Seratus Tahun Kesunyian” terletak pada kemampuannya mengundang pembaca untuk menghayati kehidupan melalui pengalaman magis. Di satu sisi, novel ini adalah kisah tentang kekuasaan, takdir, dan kesedihan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di sisi lain, novel ini juga merupakan perayaan atas hal-hal kecil yang menjadikan hidup berharga. Márquez tidak hanya menyampaikan cerita, ia menciptakan sebuah dunia yang tetap hidup lama setelah pembaca menutup halaman terakhir.

Pengaruh novel ini tidak dapat disangkal. Sejak penerbitannya, “Seratus Tahun Kesunyian” telah menjadi bagian dari kanon sastra dunia, diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa, dan terjual lebih dari 50 juta kopi. Keajaiban realisme magisnya mengilhami banyak penulis dan pembuat film yang mencoba menangkap esensi dari kisah-kisah luar biasa yang berakar dalam realitas. Namun, mungkin yang paling berkesan dari novel ini adalah bagaimana ia mengajarkan kita untuk mengapresiasi momen-momen sederhana di tengah riuhnya kehidupan—persis seperti yang diungkapkan dalam kutipan tersebut.
Jika ada sesuatu yang bisa dipelajari dari karya Márquez, mungkin itu adalah pentingnya hidup dalam saat ini. Di dunia yang dipenuhi dengan ketergesaan, nostalgia yang membelenggu, dan kecemasan terhadap masa depan.
Kita sering kali lupa bahwa yang kita miliki hanyalah detik yang berlangsung sekarang dan dalam perasaan tersebut, ada keindahan yang tak terkatakan. (Didin Tulus).
***
Judul: Gabriel García Márquez: Seratus Tahun Kesunyian dan Keajaiban Kata-kata
Penulis: Didin Tulus, sang Petualang Pameran Buku
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas Info Penulis
Didin Tulus lahir di Bandung pada 14 Maret 1977. Ia menghabiskan masa kecilnya di Pangandaran, tempat ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA YAS Bandung.
Setelah lulus SMA, Didin Tulus melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Fakultas Hukum. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, jurusan Seni Rupa.
Aktifitas dan Karir
Didin Tulus memiliki pengalaman yang luas di bidang penerbitan dan kesenian. Ia pernah menjadi marketing pameran di berbagai penerbit dan mengikuti pameran dari kota ke kota selama berbulan-bulan. Saat ini, ia bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan independen.
Pengalaman Internasional
Didin Tulus beberapa kali diundang ke Kuala Lumpur untuk urusan penerbitan, pembacaan sastra, dan puisi. Pengalaman ini memperluas wawasannya dan membuka peluang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan komunitas sastra internasional.
Kegiatan Saat Ini
Saat ini, Didin Tulus tinggal di kota Cimahi dan aktif dalam membangun literasi di kotanya. Ia berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian dan sastra.
Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas, Didin Tulus telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang berdedikasi dan berprestasi di bidang kesenian dan penerbitan.
***