Estetik Lingkungan Mural Seni Mozaik Apropriasi SDGs
Berita Jabar News (BJN), Rubrik OPINI, Jumat (09/08/2024) – Artikel berjudul “Estetik Lingkungan Mural Seni Mozaik Apropriasi SDGs“ ini merupakan karya Deden Maulana A., Drs., M.Ds., seorang Dosen dan Dekan Fakultas Desain dan Komunikasi Visual (FDKV) Universitas Widyatama, juga seorang praktisi seni rupa dan Anggota Dewan Pakar Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC), serta kandidat program doktor di Insitute Seni Indonesia Denpasar, Bali.
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah serangkaian 17 tujuan global yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan yang mendesak di dunia. SDGs ini mulai diterapkan pada 2015 sebagai bagian dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
SDGs bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi planet ini, dan memastikan bahwa semua orang menikmati perdamaian dan kemakmuran pada tahun 2030. Setiap tujuan memiliki target spesifik yang diukur dengan indikator tertentu untuk memantau kemajuan.
SDGs mencakup berbagai aspek seperti kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pekerjaan yang layak, infrastruktur, dan perubahan iklim, serta mendorong kerja sama global untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Apropriasi Program SDGs dalam Estetika Seni Mural Mozaik
Dalam upaya global mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), seni dan budaya memegang peran penting sebagai media yang efektif untuk menyampaikan pesan perubahan dan kesadaran. Salah satu bentuk seni yang memiliki potensi besar dalam kampanye ini adalah seni mural mozaik.
Mural mozaik tidak hanya memperindah ruang publik tetapi juga bisa menjadi alat edukasi dan pengingat akan pentingnya SDGs. Berikut adalah langkah-langkah kampanye untuk mengaplikasikan program SDGs dalam estetika seni mural mozaik.
Pertama, menggali tema SDGs yang relevan. Langkah pertama dalam menciptakan mural mozaik yang mendukung SDGs adalah memilih tema yang relevan dengan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Misalnya, tema lingkungan hidup dapat mengangkat SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), sedangkan tema kesetaraan gender dapat berfokus pada SDG 5 (Kesetaraan Gender). Dengan pemilihan tema yang tepat, mural mozaik dapat menyampaikan pesan yang kuat dan relevan dengan isu global.
Kedua, kolaborasi dengan seniman lokal dan komunitas. Kolaborasi adalah kunci dalam proyek ini. Melibatkan seniman lokal tidak hanya mendukung ekonomi kreatif tetapi juga memastikan bahwa pesan yang disampaikan memiliki kedekatan dengan masyarakat setempat. Selain itu, mengajak komunitas untuk berpartisipasi dalam pembuatan mural dapat meningkatkan rasa memiliki dan kesadaran akan pentingnya SDGs.
Ketiga, desain yang edukatif dan estetis. Desain mural mozaik harus mampu menggabungkan unsur edukatif dan estetika. Misalnya, menggunakan gambar yang menggambarkan dampak positif dari penggunaan energi terbarukan atau pentingnya pelestarian laut dan ekosistem (SDG 14). Warna dan bentuk dalam mozaik dapat diatur sedemikian rupa untuk menarik perhatian dan memicu rasa ingin tahu masyarakat, sekaligus mengedukasi mereka tentang tujuan-tujuan SDGs.
Keempat, penggunaan material ramah lingkungan. Sebagai bagian dari kampanye yang mendukung keberlanjutan, penggunaan material ramah lingkungan dalam pembuatan mural mozaik sangat dianjurkan. Kaca daur ulang, keramik bekas, atau material lain yang tidak merusak lingkungan dapat digunakan sebagai bahan utama. Hal ini tidak hanya mendukung SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap lingkungan dalam setiap aspek proyek.
Kelima, lokasi strategis untuk dampak maksimal. Pemilihan lokasi mural juga sangat penting. Lokasi-lokasi strategis seperti sekolah, taman kota, atau pusat komunitas dapat memberikan dampak yang lebih besar. Mural yang terletak di tempat-tempat ini akan lebih sering dilihat oleh berbagai kalangan masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan dapat tersebar lebih luas dan efektif.
Keenam, kampanye digital dan media sosial. Menyebarkan informasi tentang mural mozaik dan pesan SDGs melalui kampanye digital dan media sosial adalah langkah yang tidak boleh diabaikan. Dokumentasikan proses pembuatan mural, wawancara dengan seniman dan komunitas, serta reaksi masyarakat. Konten ini bisa dibagikan di berbagai platform media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mengajak lebih banyak orang untuk peduli terhadap SDGs.
Ketujuh, edukasi berkelanjutan. Setelah mural selesai, jangan berhenti pada tahap pembuatan saja. Adakan kegiatan edukasi berkelanjutan seperti workshop, diskusi, atau tur mural untuk terus mengingatkan masyarakat akan pentingnya SDGs. Kegiatan ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang mural dan tujuan SDGs yang diangkat.
Kesimpulan:
Apropriasi program SDGs dalam estetika seni mural mozaik adalah langkah kreatif dan efektif dalam kampanye kesadaran global. Dengan memilih tema yang relevan, melibatkan seniman lokal dan komunitas, serta menggunakan material ramah lingkungan, kita bisa menciptakan mural yang tidak hanya indah dipandang tetapi juga mendidik dan menginspirasi.
Mari bersama-sama berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan melalui seni dan budaya yang kita cintai. (Deden Maulana).
***
Judul: Estetik Lingkungan Mural Seni Mozaik Apropriasi SDGs
Penulis: Deden Maulana A., Drs., M.Ds.
Editor: JHK