Antik
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Artikel “Antik” adalah karya tulis Febri Satria Yazid, seorang pengusaha, penulis, dan pemerhati sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “antik” mempunyai makna “kuno”, tetapi tetap bernilai sebagai hasil karya seni atau benda budaya (tentang barang-barang). Barang antik berasal dari bahasa Latin yaitu “antiquus” yang berarti “tua” adalah barang menarik yang sudah berusia tua atau barang kuno.
Pada 08 November 2023 lalu di Citylink Vintage Festival, saya melihat pameran dan bazar barang antik dan djadoel berupa uang lama, prangko, PH, kaset, radio, dokumen, jam, keris, buku, majalah, mainan lawas, sepeda, vespa, sepeda motor, mobil antik, army, dan Komunitas Barang Lawas Cikapundung. Pameran dan bazar ini berlangsung hingga 12 November 2023 kemarin. Melalui kegiatan semacam ini diharapkan masyarakat dapat menghargai karya seni barang-barang antik atau benda budaya tersebut dan menempatkan kejadulannya menjadi barang bernilai tinggi.
Suatu benda dikatakan “antik” ketika benda tersebut memiliki nilai sejarah, seni, atau keunikan tertentu yang membuatnya dianggap sebagai artefak berharga dari masa lalu. Untuk dapat dikategorikan sebagai suatu benda yang dianggap antik ada kriteria yang mesti dipenuhi tergantung pada bidang atau disiplin ilmu yang bersangkutan.
Ada beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu benda dapat dianggap antik yaitu usia, apabila telah berusia puluhan tahun atau ratusan tahun. Namun, tidak ada batasan angka pasti yang mengidentifikasi suatu benda dinyatakan antik. Beberapa negara atau organisasi mungkin memiliki definisi hukum atau pedoman tersendiri terkait usia suatu benda untuk dianggap sebagai antik.
Kelangkaan atau sulit ditemukan dapat memiliki nilai antik yang tinggi. Faktor ini dapat mempengaruhi apakah suatu benda dianggap berharga dan dicari oleh para kolektor atau penggemar. Benda-benda yang memiliki nilai sejarah atau kultural penting dalam suatu masyarakat atau periode tertentu sering dianggap antik, misalnya artefak dari periode sejarah penting, seperti zaman kuno atau era tertentu.
Kondisi fisik benda sangat mempengaruhi apakah suatu benda dianggap antik. Benda-benda yang masih dalam keadaan baik dan terawat dengan apik biasanya memiliki nilai yang lebih tinggi daripada yang telah mengalami kerusakan atau memerlukan perbaikan besar.
Keindahan atau kualitas seni suatu benda juga dapat mempengaruhi apakah benda tersebut dianggap antik. Benda-benda yang dianggap sebagai karya seni atau memiliki nilai estetika yang tinggi sering kali dicari oleh kolektor dan penggemar seni budaya.
Batasan mengenai kapan suatu benda dianggap antik dapat bervariasi, tergantung pada konteks dan disiplin ilmu yang bersangkutan, misalnya, dalam bidang seni dan perhiasan. Benda-benda dari abad ke-19 atau sebelumnya sering dianggap antik. Namun, dalam bidang teknologi atau arsitektur modern, batasannya mungkin saja berbeda.
Definisi dan batasan mengenai apakah suatu benda dapat dianggap antik dapat berbeda di berbagai negara atau dalam berbagai konteks seni dan budaya. Selain itu, pasar antik dan koleksi bisa memiliki standar sendiri dalam menilai apakah suatu benda atau barang dapat dianggap antik atau tidak.
Ketika foto saya dan sahabat saya, Kang Sony Sanjaya atau dikenal dengan julukan Sony Vespa saat sedang berada di acara pameran dan bazar benda antik tersebut saya posting di WhatsApp Grup “Komunitas Penulis Cimahi” atau disingkat “KOMPENI”, penulis senior Pak Jumari Haryadi berkomentar, “Emang antiek nih manusia.”
Komentar tersebut membuat pikiran saya terbuka untuk mengulas tentang manusia antik, selain benda dan barang antik. Di tengah masyarakat, kita juga mendengar adanya istilah “manusia antik” yang berjiwa matang lebih tua dari usianya. Kata “antik” melekat pada dirinya disebabkan oleh keunikan baik perilaku maupun sikapnya yang dinilai langka di tengah zaman yang serba modern saat ini.
Manusia antik biasanya dianggap aneh oleh orang-orang lain, padahal orang lain saja yang tidak dapat mengerti dengan kelakuannya yang terkadang dinilai sesat. Selain intuisinya yang tinggi, manusia berjiwa unik juga haus akan ilmu dan filsafat. Mereka tidak melakukan sesuatu untuk kekayaan dan kenikmatan dunia semata, melainkan membawa dampak yang baik untuk orang lain karena keyakinannya bahwa sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.
Manusia antik mendedikasikan kehidupannya untuk kesejahteraan manusia. Walau seluruh manusia menyakiti dan tidak dapat mengerti, mereka tetap gigih membantu orang lain. Mereka tahu dunia ini sudah rusak dan penuh dengan kemunafikan, tetapi manusia antik tetap semangat dalam menjalankan misinya dengan segala keunikan dan tingkah langka yang mengundang perhatian khusus dalam lingkungan masyarakat dimana dia berada.
Manusia berjiwa antik , mempunyai ciri lebih suka membaca buku, suka pada hal yang bernuansa spiritual dan psikologi, berpikir berlebihan sehingga sering mengalami kecemasan yang tinggi, khawatir, dan gelisah terhadap masa depan, peristiwa tertentu, atau tindakan yang diambil. Tak jarang, mereka terjebak dalam pemikiran negatif yang berkepanjangan.
Manusia berjiwa antik suka menolong orang lain, memberi nasehat (baik) tanpa menggurui menceramahi membosankan dan suka menginspirasi meski cenderung introvert. Mempunyai rasa empati yang bagus dan berhati-hati dalam menulis/berbicara, suka berada di alam dan berinteraksi dengan binatang.
Manusia yang mempunyai jiwa antik dalam menjalani kehidupan tidak materialistis, anti-mainstream dan menjunjung tinggi kemerdekaan, terutama merdeka dari penjara mental dan lebih memilih meramu jiwanya dalam menyikapi peristiwa kehidupan. Juga sering kali berbeda pendapat dengan orang kebanyakan, suka menyendiri bukan berarti anti sosial, tetapi selektif dalam menentukan lintasan pergaulan.
Selain itu, manusia antik sering berpikir hal-hal yang lebih besar daripada terjebak dalam pernak pernik kehidupan, sehingga kehidupan yang dijalani terasa lebih berarti, bermakna dan nyaman. Mereka lebih memilih bergaul dengan orang yang lebih tua karena merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.
Setiap manusia memiliki keunikan dan potensi yang berbeda-beda, sehingga cara terbaik untuk menjalani kehidupannya akan bervariasi sesuai dengan sifat, minat, dan tujuan individu karena manusia perlu menentukan tujuan dan visi hidupnya berupa tujuan karier, tujuan pribadi, atau aspirasi dalam hal hubungan atau pengembangan diri. Juga Berani mengambil risiko dan mengatasi tantangan tanpa perlu takut keluar dari zona nyaman. Kehidupan selalu berubah, dan adaptabilitas adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan memaksimalkan peluang yang muncul.
Setiap individu memiliki jalan unik untuk menemukan kebahagiaan dan makna dalam hidup mereka. Hal yang terpenting adalah mendengarkan diri sendiri, mengikuti hati nurani, dan memilih jalan yang terbaik sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan dan visi hidup masing-masing. (Febri S.Y.)
***
Judul: Antik
Penulis: Febri Satria Yazid, pemerhati sosial.
Editor: JHK
Catatan:
Tulisan ini bisa juga Anda baca di blog pribadi penulisnya ”Febrisatriayazid.blogspot.com” dan atas seizin penulis diterbitkan kembali di BERITA JABAR NEWS.