Antara Penting dan Cuma: Sudut Pandang Berbeda
BERITA JABAR NEWS (BJN) ─ Rubrik OPINI, Minggu (09/03/2025) ─ Artikel bertajuk “Antara Penting dan Cuma: Sudut Pandang Berbeda” ini adalah karya tulis Febri Satria Yazid, seorang pengusaha, penulis, dan pemerhati sosial yang tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Pernahkah kita merasa kesal ketika sesuatu yang kita anggap penting justru dianggap cuma oleh orang lain? Atau sebaliknya, kita melihat seseorang sangat serius terhadap hal yang menurut kita tidak berarti? Ini adalah gambaran sederhana tentang bagaimana perbedaan perspektif memengaruhi cara kita memandang kehidupan.
Apa yang kita anggap penting bisa jadi hanya cuma bagi orang lain dan sebaliknya. Namun, apakah ada cara untuk memahami perbedaan ini agar kita bisa lebih bijak dalam menyikapi kehidupan?

“Penting” adalah sesuatu yang bernilai tinggi, berdampak besar, dan sering kali menjadi prioritas utama, sedangkan “cuma” adalah sesuatu yang tampaknya sepele, biasa saja, atau tidak memiliki dampak signifikan dalam hidup.
Batas antara penting dan cuma itu tipis dan sangat subjektif, contohnya seorang anak kecil menangis kehilangan mainannya. Bagi orang dewasa, ini mungkin cuma mainan, tapi bagi si anak, itu adalah harta berharga, teman bermain yang selalu ada atau seorang pebisnis menganggap sebuah kontrak kerja sangat penting karena menentukan masa depan perusahaannya, sementara bagi karyawannya, itu hanya cuma dokumen yang harus ditandatangani.
Suatu kisah inspiratif bisa membantu kita memahami bagaimana sesuatu yang tampaknya cuma bagi satu orang bisa menjadi sangat berarti bagi yang lain. Kisah seorang tukang ojek dan sepasang sepatu berikut:
Ada seorang tukang ojek yang setiap hari mengantar seorang siswa SMA ke sekolah. Suatu hari, si siswa menjatuhkan sepatu lamanya di jalan dan berkata, “Ah, cuma sepatu lama, nanti aku beli lagi.” Tukang ojek itu tersenyum, lalu diam-diam mengambil sepatu tersebut.
Beberapa hari kemudian, siswa itu melihat tukang ojek yang sama mengenakan sepatunya. Saat ditanya, sang tukang ojek menjawab, “Buat saya, ini bukan cuma sepatu lama. Ini penting karena saya sekarang bisa bekerja tanpa kaki saya sakit.”

Apa yang bagi siswa itu “cuma” barang bekas, bagi tukang ojek itu adalah sesuatu yang sangat penting. Kesalahan umum dalam menilai penting dan cuma adalah banyak dari kita sering terjebak dalam kesalahan persepsi ini.
Seorang influencer bisa menghabiskan waktu berjam-jam memikirkan komentar negatif di media sosial, padahal dalam gambaran besar hidupnya, komentar itu tidak punya dampak nyata. Atau bisa juga terjadi seseorang meremehkan hal yang sebenarnya berharga. Misalnya, seorang anak mungkin merasa orang tuanya selalu cerewet saat menyuruh belajar atau makan sehat. Baru ketika ia dewasa dan menghadapi hidup sendiri, ia sadar bahwa nasihat itu ternyata sangat penting.
Kita perlu bersikap bijak dalam menyikapi perbedaan perspektif dengan cara melatih empati sebelum menganggap sesuatu remeh, coba lihat dari sudut pandang orang lain. Apa yang kita anggap sepele bisa jadi sangat berarti bagi mereka, menimbang dampak jangka panjang tidak hanya melihat sesuatu dari dampak sesaat.
Hal-hal kecil seperti senyuman atau kata-kata baik bisa membawa perubahan besar bagi orang lain. Selanjutnya kita dapat belajar memilih prioritas dengan bijak. Tidak semua hal harus kita anggap penting, tetapi tidak semua hal boleh kita abaikan. Kita perlu belajar memilah mana yang benar-benar esensial dalam hidup.
Hal kecil bisa membawa perubahan besar. Sering kali kita menganggap bahwa hanya tindakan besar yang bisa memberi dampak signifikan, padahal kenyataannya hal-hal kecil seperti senyuman, kata-kata baik, atau sekadar mendengarkan seseorang dengan penuh perhatian dapat memberikan efek yang luar biasa bagi orang lain.
Misalnya, seorang karyawan yang mendapatkan pujian sederhana dari atasannya bisa menjadi lebih termotivasi dalam bekerja. Seorang teman yang mendapatkan dukungan moral saat sedang terpuruk bisa bangkit kembali. Ini membuktikan bahwa kebaikan, sekecil apa pun, memiliki kekuatan untuk membawa perubahan.
Hidup ini penuh dengan berbagai peristiwa, tugas, dan tanggung jawab. Tidak semua hal bisa kita anggap penting, tetapi juga tidak semua bisa kita abaikan. Oleh karena itu, kita perlu memilah dan memilih mana yang benar-benar esensial dalam hidup kita.Menentukan prioritas berarti memahami mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa dikesampingkan.
Ini tidak hanya berlaku dalam pekerjaan atau tanggung jawab sehari-hari, tetapi juga dalam hubungan sosial dan emosional kita. Jika kita terlalu fokus pada hal-hal yang kurang penting, kita bisa kehilangan momen berharga yang sebenarnya lebih berarti dalam hidup.
Melatih empati, menimbang dampak jangka panjang, memperhatikan hal-hal kecil, dan memilih prioritas dengan bijak adalah keterampilan yang sangat berharga dalam kehidupan. Dengan memahami hal ini, kita dapat menjadi pribadi yang lebih bijak, lebih peduli, dan lebih bermakna bagi diri sendiri serta orang lain.
Hidup ini adalah tentang bagaimana kita menilai sesuatu. Apa yang kita anggap penting bisa jadi hanya cuma bagi orang lain, dan sebaliknya. Namun, dengan memahami bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda, kita bisa lebih bijak dalam bersikap, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih damai dalam menjalani hidup.
Sebelum kita berkata “Ah, itu cuma” atau “Ini sangat penting!”, cobalah berpikir ulang. Mungkin, bagi seseorang di luar sana, hal itu bisa mengubah hidup mereka.
Dampak dari salah persepsi ini dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan konflik dalam melakukan interaksi dengan sesama. Diperlukan kebijakan masing-masing dalam menyikapi perbedaan perspektif dengan belajar menghargai pandangan orang lain, menimbang dampak jangka panjang sebelum menilai sesuatu penting atau Cuma, menerapkan empati dalam komunikasi dan interaksi sosial.
Tidak semua yang kita anggap penting juga penting bagi orang lain, begitu juga sebaliknya. Bijak dalam membedakan mana yang benar-benar berharga dan mana yang sekadar ilusi kepentingan.
Dengan memahami perbedaan perspektif, kita bisa lebih dewasa dalam bersikap dan lebih harmonis dalam berinteraksi dengan orang lain karena tidak ada orang lain yang dapat mengetahui cara kita memandang. Kitalah yang paling ahli dalam memandang diri kita sendiri (Carl Rogers), mengurangi ekspektasi, memberi ruang untuk kesadaran sendiri dengan mengurangi intensitas kepedulian agar tidak berujung kecewa yang pada titik tertentu dapat menjadi bumerang, mengapresiasi hal yang dilakukan oleh sesama terhadap kita tanpa menuntut agar memberikan perhatian pada hal yang menurut kita merupakan hal yang penting.
Perbedaan perspektif antara “penting” dan “cuma” adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Sesuatu yang bernilai bagi satu orang bisa jadi tampak sepele bagi yang lain. Kesadaran akan perbedaan ini mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menilai sesuatu, melatih empati, dan menghargai sudut pandang orang lain.
Dengan memahami bahwa setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda, kita bisa lebih damai, harmonis, dan bermakna dalam berinteraksi. Bijak memilah prioritas dan mengapresiasi hal-hal kecil dapat membawa perubahan besar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Jika perbedaan perspektif antara “penting” dan “cuma” terjadi dalam hubungan yang erat secara emosional dan penuh cinta kasih, dampaknya bisa lebih dalam karena ada harapan dan keterikatan batin, ketidaksepahaman bisa menimbulkan rasa kecewa, sakit hati, atau bahkan konflik.
Namun, justru dalam hubungan seperti ini, empati dan komunikasi menjadi kunci utama. Memahami sudut pandang pasangan, keluarga, atau sahabat dengan hati yang terbuka dapat mencegah kesalahpahaman. Alih-alih berdebat tentang siapa yang benar, lebih baik mencari titik temu dan menghargai perasaan satu sama lain.
Cinta yang sejati bukan hanya tentang memiliki kesamaan, tetapi juga menerima perbedaan dengan lapang dada. Dengan saling mendengarkan, menghargai, dan tidak meremehkan perasaan orang yang kita sayangi, hubungan akan semakin kuat dan penuh makna. Sebab, dalam cinta, hal yang kecil sekalipun bisa menjadi sangat berharga jika dirawat dengan pengertian dan kasih sayang. (F.S.Y./BJN).
***
Judul: Antara Penting dan Cuma: Sudut Pandang Berbeda
Penulis: Febri Satria Yazid, pemerhati sosial.
Editor: Jumari Haryadi
Catatan:
Tulisan berjudul “Antara Penting dan Cuma: Sudut Pandang Berbeda” ini bisa juga Anda baca di blog pribadi penulisnya ”Febrisatriayazid.blogspot.com” dan atas seizin penulis diterbitkan kembali di BERITA JABAR NEWS (BJN).