Era Penerbitan Mandiri: Antara Kemudahan dan Dilema Kualitas
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI – Artikel berjudul “Era Penerbitan Mandiri: Antara Kemudahan dan Dilema Kualitas” ini adalah karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Pada era digital ini, dunia literasi diwarnai dengan fenomena kemudahan penerbitan buku. Berbeda sekali dengan zaman dahulu, saat itu naskah harus melewati seleksi ketat yang dilakukan oleh penerbit besar. Kini, siapa pun berpeluang menerbitkan karyanya melalui platform self-publishing.
Seperti yang pernah diungkapkan Dimas ─ salah seorang yang bekerja di sebuah Penerbit Mayor ─ kondisi tersebut menghadirkan dua sisi mata pisau. Satu sisi, kemudahan ini membuka gerbang bagi para penulis baru untuk unjuk gigi dan memperluas jangkauan pembacanya. Atmosfer literasi pun menjadi semakin semarak dengan bermunculannya karya-karya baru dari berbagai kalangan.
Namun, di sisi lain, kemudahan ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait standar kualitas karya yang diterbitkan. Dulu, lolos kurasi penerbit besar menjadi semacam jaminan kualitas bagi pembaca. Kini, dengan kemudahan self-publishing, batasan tersebut menjadi kabur. Tak jarang, bermunculan buku-buku dengan kualitas yang masih perlu dipertanyakan, baik dari segi isi maupun penyajiannya.
Hal ini memicu pertanyaan: bagaimana kita ─ sebagai pembaca ─ dapat menyaring karya-karya berkualitas di tengah lautan buku yang diterbitkan sendiri?
Sebagai pembaca, kita perlu memiliki literasi yang mumpuni untuk menilai sebuah karya. Kita dapat memulainya dengan membaca ulasan dari sumber terpercaya, seperti kritikus buku atau media massa yang memiliki reputasi baik. Membaca cuplikan buku sebelum membelinya juga dapat membantu kita dalam menentukan apakah buku tersebut sesuai dengan selera dan minat kita.
Penting juga bagi para penulis yang menggunakan platform self-publishing untuk tetap memperhatikan kualitas karya mereka, meskipun tidak melalui proses kurasi penerbit, bukan berarti mereka bebas mengabaikan kaidah-kaidah penulisan dan penyuntingan yang baik. Memperhatikan kualitas editing, tata bahasa, dan desain sampul merupakan langkah awal untuk menunjukkan keseriusan dan profesionalisme mereka sebagai penulis.
Pada akhirnya, era kemudahan penerbitan buku ini adalah sebuah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membuka ruang bagi demokratisasi literasi dan memicu munculnya karya-karya baru. Di sisi lain, ia juga menghadirkan tantangan dalam menjaga standar kualitas.
Baik bagi pembaca maupun penulis, diperlukan upaya bersama untuk memaksimalkan potensi positif dari era ini dan meminimalkan dampak negatifnya. Dengan literasi yang mumpuni dan sikap profesional dari para penulis, dunia literasi Indonesia dapat terus berkembang dan menghasilkan karya-karya berkualitas yang mencerahkan dan menginspirasi.
Kacindekan:
Kemudahan penerbitan buku di era digital menghadirkan peluang dan tantangan bagi dunia literasi. Diperlukan upaya bersama dari pembaca dan penulis untuk menyaring karya berkualitas dan menjaga standar mutu dalam ekosistem literasi yang semakin dinamis ini. (Didin K.T.).
***
Judul: Era Penerbitan Mandiri: Antara Kemudahan dan Dilema Kualitas
Penulis: Didin Kamayana Tulus, Penggiat Buku tinggal di Kota Cimahi.
Editor: JHK
SOLUSI MENERBITKAN BUKU SENDIRI
Info selengkapnya silakan klik tautan ini: INFO PENERBITAN BUKU