Wisata Jejak Kolonial dan Misteri di Gua Belanda
BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom FEATURE, Rabu (22/05/2024 – Artikel berjudul “Wisata Jejak Kolonial dan Misteri di Gua Belanda” merupakan tugas kuliah dari Mata Kuliah Komunikasi Publik Program Studi (Prodi) Desain Grafis, Fakultas Desain Komunikasi dan Visual (FDKV), Universitas Widyatama Bandung yang ditulis oleh lima mahasiswa dari Kelompok 3 yaitu Medi Tri Ardian, Nisa Melinda, Abdul Aziz Saefudin, Rafin Akhmad Farisly, dan Muhammad Daffa Prasetyo.
Bandung dikenal sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak peninggalan sejarah dari era Hindia Belanda. Pada masa lalu, banyak warga Belanda dan bangsa Eropa lainnya yang memilih kawasan utara Bandung sebagai tempat tinggal sementara atau villa. Akibatnya, Bandung memiliki berbagai bangunan dan fasilitas umum yang bergaya arsitektur Eropa.
Selain itu, Bandung juga menyimpan banyak tempat wisata bersejarah dari masa penjajahan, salah satunya adalah gua misterius di wilayah Bandung Utara, tepatnya di Dago Pakar, Taman Hutan Raya Juanda, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Gua ini dikenal sebagai Gua Belanda dan telah berdiri selama lebih dari satu abad.
Gua Belanda bukanlah gua alami, melainkan sebuah terowongan buatan yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda pada 1906. Terowongan ini awalnya dirancang untuk mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang sumber airnya berasal dari Sungai Cikapundung. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan militer Belanda, fungsi gua ini berubah menjadi lebih kompleks dan strategis, terutama saat perang berkecamuk.
Pada 1941, Gua Belanda menjadi pusat komunikasi militer yang penting bagi pasukan Belanda. Menghadapi perlawanan yang semakin kuat dari masyarakat dan prajurit lokal, lokasi gua yang dekat dengan pusat Kota Bandung menjadikannya fasilitas militer yang strategis. Dibandingkan dengan radio komunikasi di Gunung Malabar yang lebih rentan terhadap serangan, Gua Belanda menawarkan perlindungan yang lebih baik.
Fungsi utama gua ini sebagai pusat komunikasi militer tidak bisa dipisahkan dari sejarah kelamnya. Di dalam gua terdapat area-area sel yang konon digunakan untuk memenjarakan masyarakat lokal yang memberontak. Belanda juga mempekerjakan masyarakat lokal dan tawanan perang sebagai tenaga kerja paksa untuk membangun dan memelihara fasilitas di dalam terowongan tersebut.
Bagian luar Gua Belanda tampak seperti terowongan batu kasar yang gelap dan sederhana. Namun, begitu memasuki dalamnya, pengunjung akan menemukan lorong-lorong yang menggambarkan jaringan fasilitas radio, komunikasi, dan komando. Total terdapat 15 lorong yang mengarah ke berbagai ruang khusus di dalam gua ini.
Di sebelah kanan pintu masuk, terdapat gang sempit yang menuju ke tangga, berujung pada tempat pengintaian tersembunyi. Sementara itu, di sebelah kiri, lorong tersebut mengarah ke kumpulan sel yang dahulu digunakan untuk memenjarakan tawanan.
Gua Belanda bukan satu-satunya peninggalan kolonial di daerah ini. Sekitar 600 meter dari Gua Belanda, terdapat Gua Jepang yang dibangun oleh pasukan Jepang selama pendudukan mereka. Gua Jepang memiliki 18 sel dan digunakan sebagai bunker, penjara untuk tawanan, serta tempat prajurit berkumpul untuk mengatur strategi.
Gua Belanda dan Gua Jepang saat ini berfungsi sebagai tempat wisata. Namun, masa lalu yang kelam membuat kedua tempat ini terkenal dengan reputasi angker. Kondisi Gua Belanda yang gelap, tua, dan sedikit berubah sejak zaman kolonial membuatnya menjadi tempat favorit bagi mereka yang mencari pengalaman uji keberanian.
Kesan Mistis dan Angker
Masyarakat sekitar menyebut Gua Belanda sebagai tempat yang penuh mistis dan angker karena perlakuan kejam yang dialami oleh orang-orang lokal di sana. Kematian, penyiksaan, dan pembunuhan yang terjadi pada masa lalu menambah suasana horor.
Konon, mayat pekerja yang meninggal di dalam gua dibuang ke Sungai Cikapundung. Hal ini tentunya menambah kesan menyeramkan terhadap gua tersebut. Tidak jarang ada laporan tentang suara-suara ratapan atau tangisan yang terdengar dari ujung terowongan yang gelap.
Kepercayaan lokal juga memperkuat kesan mistis di sekitar gua ini. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa arwah Prabu Siliwangi, seorang tokoh legendaris dari Kerajaan Sunda, memiliki kaitan erat dengan daerah sekitar gua. Sang prabu dikabarkan sebagai salah satu jiwa penunggu yang menjaga daerah tersebut.
Sebagai salah satu tempat yang dikenal memiliki energi mistis, Gua Belanda memiliki pantangan yang harus diikuti oleh pengunjung. Salah satu pantangan yang terkenal adalah larangan mengucapkan kata “lada” di dalam gua. Kata ini konon berasal dari nama Ki Lada Wisesa, seorang tokoh masyarakat setempat yang sangat dihormati.
Menurut kepercayaan lokal, mengucapkan kata “Lada” di dalam gua dapat memicu kejadian-kejadian mistis atau bahkan menyebabkan kesurupan. Kekuatan mistis di balik kata tersebut dipercaya bisa mengusik atau membangkitkan kemarahan arwah dan roh yang menghuni gua.
Destinasi Wisata Sejarah
Walau terlihat sederhana dan tua, Gua Belanda sebenarnya telah mengalami berbagai renovasi. Ini berbeda dengan Gua Jepang di dekatnya yang tetap dibiarkan dalam kondisi aslinya tanpa renovasi.
Gua Belanda berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda sehingga dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Kondisi ini menambah suasana angker dan misterius di kawasan tersebut.
Meskipun demikian, Gua Belanda dan kawasan taman hutan di sekitarnya merupakan destinasi wisata yang cukup populer. Berbagai fasilitas telah dibangun di sekitar gua sehingga pengunjung bisa datang dengan nyaman sambil membawa keluarga.
Bagian dalam Gua Belanda yang panjangnya sekitar 500 meter memang gelap sehingga pengunjung disarankan membawa senter dan mengenakan sepatu serta pakaian yang nyaman. Bagi yang ingin lebih memahami sejarah dan cerita di balik gua ini, tersedia pemandu wisata dengan tarif sekitar 30 ribu Rupiah.
Saat siang, Gua Belanda berfungsi sebagai tempat edukasi sejarah yang penting. Para pengunjung, termasuk pelajar dan wisatawan dapat mengikuti tur yang dipandu untuk mempelajari lebih dalam tentang sejarah kolonial Belanda dan fungsi gua sebagai pusat komunikasi militer, serta kisah-kisah kelam yang menyelimutinya. Tur edukasi ini memberikan wawasan yang kaya akan sejarah lokal dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu.
Pada saat malam tiba, suasana Gua Belanda berubah total. Gua ini menjadi tempat bagi mereka yang mencari sensasi uji nyali. Kegelapan yang menyelimuti gua, ditambah dengan kisah-kisah mistis dan reputasi angkernya, menjadikan tempat ini sempurna untuk pengalaman menguji keberanian.
Banyak pengunjung datang dengan tujuan untuk merasakan sensasi mistis dan menguji keberanian mereka dalam kegelapan gua yang mencekam. Bahkan, beberapa kelompok masyarakat mengadakan acara uji nyali terorganisir, lengkap dengan pemandu yang berpengalaman dalam cerita-cerita horor lokal.
Pada 2000-an, Gua Belanda sering menjadi lokasi pengambilan gambar untuk acara-acara televisi yang menguji nyali. Popularitas gua ini dalam program-program televisi (TV) menambah daya tariknya sebagai tempat yang penuh misteri dan tantangan. Namun, karena kawasan ini adalah bagian dari taman wisata yang dikelola dengan ketat, mendapatkan izin untuk eksplorasi malam hari tidaklah mudah. Pihak pengelola menetapkan aturan ketat untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung serta melindungi keutuhan situs bersejarah ini.
Lokasi Gua Belanda yang berada di Tahura Djuanda membuatnya mudah dijangkau. Terletak hanya tujuh kilometer dari pusat Kota Bandung. Gua ini bisa dicapai dengan menggunakan angkutan umum: angkot hijau-putih jurusan Ciroyom—Ciburial atau angkot jingga Dago—Caringin.
Setelah mencapai gerbang depan Tahura Djuanda, pengunjung harus berjalan kaki sejauh sekitar 800 meter untuk mencapai Gua Belanda. Sementara itu Gua Jepang yang terletak sekitar 200 meter dari gerbang masuk juga bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Jalur menuju kedua gua ini dinaungi oleh pepohonan rindang dan dilengkapi dengan warung makan, serta fasilitas wisata lainnya sehingga membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan.
Selain sebagai destinasi wisata sejarah dan tempat uji nyali, kawasan ini juga sering dijadikan lokasi penelitian oleh para sejarawan dan arkeolog. Mereka tertarik untuk menggali lebih dalam tentang kehidupan pada masa kolonial dan bagaimana struktur-struktur ini dibangun serta digunakan. Dengan demikian, Gua Belanda tidak hanya menjadi saksi bisu masa lalu yang kelam, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan yang berharga tentang sejarah kolonial di Indonesia.
Destinasi Karya Wisata
Gua Belanda memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi karya wisata atau study tour bagi siswa di Kota Bandung atau Jawa Barat. Melalui kunjungan ke gua ini diharapkan para siswa dapat mempelajari nilai-nilai sejarah yang berharga, serta mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masa lalu yang mempengaruhi kehidupan kita saat ini.
Dengan mengorganisir kunjungan para siswa ke Gua Belanda, tidak hanya akan memperkaya pengetahuan mereka tentang sejarah kolonial, tetapi juga menghargai warisan budaya yang telah menjadi bagian penting dari identitas kita.
Para siswa akan diajak untuk merenungkan arti pentingnya perdamaian, keadilan, dan persatuan dalam menghadapi masa lalu yang mungkin penuh dengan tantangan dan kesulitan. Melalui pengalaman ini, diharapkan mereka dapat mengembangkan rasa kebanggaan terhadap warisan budaya kita dan menjadi agen perubahan yang peduli terhadap pentingnya menjaga dan memelihara situs-situs bersejarah untuk generasi mendatang.
Tips Mengunjungi Gua Belanda
Pertama, bawa perlengkapan pencahayaan. Bagian dalam Gua Belanda sangat gelap. Pastikan untuk membawa senter atau lampu kepala yang cukup terang agar Anda bisa melihat dengan jelas selama berada di dalam gua.
Kedua, kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman. Medan di dalam gua bisa cukup menantang dengan jalan yang berbatu dan licin. Kenakan pakaian yang nyaman dan sepatu yang memiliki daya cengkeram yang baik.
Ketiga, gunakan pemandu wisata. Disarankan Anda menggunakan jasa pemandu wisata untuk mendapatkan pengalaman yang lebih dalam dan memahami sejarah Gua Belanda. Mereka bisa memberikan informasi mendalam dan menarik tentang sejarah dan cerita mistis seputar gua tersebut.
***
Judul: Wisata Jejak Kolonial dan Misteri di Gua Belanda
Penulis: Medi Tri Ardian, Nisa Melinda, Abdul Aziz Saefudin, Rafin Akhmad Farisly, dan Muhammad Daffa Prasetyo.
Editor: Jumari Haryadi
SEKILAS INFO:
Artikel ini ditulis oleh lima orang mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Grafis, Fakultas Desain Komunikasi Visual (FDKV), Universitas Widyatama Bandung dan merupakan tugas kelompok dari Mata Kuliah Komunikasi Publik. Mereka adalah Medi Tri Ardian, Nisa Melinda, Abdul Aziz Saefudin, Rafin Akhmad Farisly, dan Muhammad Daffa Prasetyo yang berada dalam Kelompok 3.
Tujuan tugas kelompok adalah mendidik mahasiswa agar mampu menulis beragam tulisan, seperti berita, artikel, dan feature. Setiap tugas yang diberikan akan dinilai dari sisi pemilihan topik, tema, dan judul yang diusung, serta dari sisi kepenulisannya.
***