Berita Jabar NewsCerpenSastra

Cerpen “Setelah Tiga Tahun Lima Bulan”

BERITA JABAR NEWS (BJN) – Cerpen berjudul “Setelah Tiga Tahun Lima Bulan ini merupakan karya original dari Devita Andriyani, seorang wanita kelahiran Salatiga, 6 Desember 1985 yang sudah jatuh hati dengan dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SMA.

Jika kita melakukan bagian kita untuk Tuhan maka kita akan berusaha melakukan yang terbaik tanpa peduli dengan pujian dari orang lain

~ Devita Andriyani ~

Lelah terasa yang aku rasakan sampai titik hidup ini. Aku ingin menghindar, tapi aku tak tega. Aku sudah melewati tiga tahun lebih lima bulan hidup merawat Andra. Ia tak hanya tetanggaku, tapi sudah kuanggap bagai adikku sendiri.

Andra adalah seorang laki-laki tampan yang tak pernah dipedulikan oleh kakak-kakaknya karena keadaannya mengidap gangguan jiwa. Ia pernah dirawat selama tiga tahun di Rumah Rehabilitasi Siloam.

Hingga hari ini aku dipercaya sebagai perawat tanpa bayaran. Ingin rasanya aku meninggalkan Andra. Aku tak ingin melihat keluarganya yang kasar terhadapku.

Perawat mendampingi pasien
Aku berusaha merawat Andra seperti adikku sendiri – (Sumber: Bing Image Creator AI/Dall-E)

Keluarga Andra suka sekali membicarakan keburukanku. Aku selalu dianggap kurang baik saat melayani Andra, padahal aku sudah sabar melayaninya dan selalu mendukung Andra untuk lebih maju. Namun, selalu saja ada celaan dari keluarganya. Kini aku merasa sudah sangat kehilangan energi dalam menjalani hidup.

Riwayat hidupku saat bersama Andra semua dinilai buruk. Apabila kukenang kembali semua rentetan peristiwa tiga tahun lima bulan bersama Andra, semuanya tak ada yang baik. Penilaian keluarga Andra terhadapku tidak bisa mencapai angka 90. Nilainya bisa di bawah angka 40, seperti seorang pelajar di sekolah  yang nilainya merah semua.

“Hei Minah, kamu itu merawat Andra sudah satu tahun, tapi hasilnya masih di luar harapan. Kamu itu sudah dicukupi semua kebutuhan dari keluarga kami, tapi hasilnya sangat mengecewakan.  Piring, gelas, dan sendok  sering lupa dicuci. Baju-baju Andra yang kotor juga baru tiga hari dicuci. Setrika baju juga kurang rapi. Andra juga sudah lama kamu rawat, tapi masih suka halusinasi. Waduh kamu ini kerjanya enggak becus,” ujar Mbak Merni, salah satu kakak kandung Andra.

Pengalaman mendapat bentakan dari Mbak Merni itu masih saja teringat hingga kini. Aku tak dapat melupakannya. Rasanya aku seperti tidak bisa melakukan yang terbaik bagi keluarga Andra. Aku selalu merasa bersalah.

Sudah tiga tahun lebih menjadi perawat tanpa bayaran, aku dipekerjakan oleh keluarga Andra. Mereka mau mempekerjakanku sebagai perawat tanpa bayaran karena mereka tahu bahwa aku orang yang mudah untuk disuruh-suruh.

“Minah, keluarga kami itu awalnya percaya dengan kamu. Kamu bisa membantu untuk pemulihan Andra. Kamu bisa merawat Andra. Bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Tapi, prediksi dari keluarga kami itu salah. Ternyata kamu itu enggak bisa,” ujar Mbak Merni dengan nada kesal.

Aku dianggap Mbak Merni tidak bisa bekerja dengan baik. Namun, mereka tetap saja masih memperkerjakanku karena tidak mudah mencari orang yang mau bekerja tanpa gaji seperti aku.

“Kamu itu enggak mampu kerja yang terbaik. Tapi, ya sudahlah mau bagaimana lagi. Keluarga kami cari perawat yang hanya dikasi makan, pakaian, minum secukupnya juga susah,” tambah Mbak Merni yang selalu memandang rendah terhadapku.

Perawat dimarahi klien
Ilustrasi: Mbak Merni selalu memarahiku walaupun aku sudah berusaha bekerja sebaik mungkin – (Sumber: Bing Image Creator AI/Dall-E)

Lama bekerja sebagai perawat tanpa bayaran di rumah Andra membuat aku semakin merasa tertekan. Aku merasa hasil pekerjaanku tidak pernah mendapat apresiasi dari mereka. Aku merasa semua yang kulakukan tak ada hasil yang maksimal.  Kini aku benar-benar merasa menjadi orang yang paling hina.

Semua yang aku alami seperti bayang-yang hitam yang sebenarnya tak pernah aku harapkan. Aku tak tahu kenapa semua ini terjadi, padahal selama ini aku sudah menabur doa, kesabaran, senyum, dan ketulusan. Namun, semua itu hanya dibalas oleh keluarga Andra dengan hal-hal yang tidak baik.

Dalam kesunyian malam ini, saat beristirahat di rumah Andra, aku teringat nasehat  Bu Narti. Ia adalah  partner doa sekaligus ibu rohaniku saat tidak sibuk bekerja. Nasihatnya itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku sekaligus menegurku untuk tetap bertahan melayani Andra, apapun kondisinya. Bertahan untuk kebaikan dan keselamatan jiwa.

“Minah, apapun yang kamu lakukan setialah dan sabarlah terhadap ujian yang kamu hadapi. Lakukan bagianmu yang terbaik seperti melakukan buat Tuhan. Ketika kamu melakukan pekerjaan apapun, lakukan jangan supaya dipuji manusia. Karena jika kamu mengharap pujian manusia, maka kamu akan kecewa,” ujar Bu Narti padaku waktu itu.

Nasehat Bu Narti tersebut mulai membangkitkan semangat hidupku. Aku bersyukur selalu teringat nasihat Bu Narti. Aku percaya Tuhan yang mengingatkanku terhadap nasihat Bu Narti. Aku mulai belajar lagi untuk tetap setia, apapun yang terjadi karena hidup dalam kesetiaan itu indah.

Tiga tahun lebih lima bulan merawat Andra bagiku waktu yang cukup lama. Aku berada dalam lingkaran kehidupan orang sulit. Namun, entah mengapa pada usia yang kedelapan belas tahun, pengalaman ini terjadi dalam sejarah hidupku.

Aku tak mengerti, sejauh ini aku tak mau alami ini. Pada usia kedelapan belas,  aku sudah merangkap dua pekerjaan. Hal ini disebabkan orang tuaku sudah meninggal akibat kecelakaan sepeda motor. Pekerjaan yang aku lakukan adalah perawat bayaran dan tanpa bayaran.

Setiap Senin hingga Jumat aku menjadi perawat bayaran di tempat Bu Ani. Aku merawat anaknya yang berusia 65 tahun karena mengalami stroke. Pada Sabtu hinggu Minggu aku menjadi perawat tanpa bayaran di rumah Andra.

Perjalanan hidupku tidak mudah. Apa yang aku jalankan penuh dengan tantangan. Aku terkadang malu dan minder dengan teman-temanku yang kebanyakan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tapi aku tidak.

Meski hidupku berbeda dengan teman-teman. Semua yang dialami menjadi pelajaran berharga yang tak didapat di bangku sekolah. Aku mendapat pelajaran berharga di sekolah kehidupan.

Rasa tak mampu menerima diri terkadang muncul, tetapi apapun yang terjadi tetap harus disyukuri dan dihadapi. Jika aku mengeluh maka kebaikan yang seharusnya bisa dilihat jadi tampak kabur. Ketika aku mulai sulit bersyukur, sering sekali teringat terhadap nasihat Bu Narti.

“Minah, hidup yang kamu alami semua pasti ada pelajaran berharga yang bisa ambil hikmahnya. Meski hidup yang kamu alami berbeda dengan teman-teman, di mata Tuhan hidupmu sungguh sangat berharga. Jangan pernah sia-siakan hidupmu. Kamu dipakai Tuhan berbeda dengan yang lain. Melalui pengalamanmu di dalam keluarga dan teman-temanmu pasti ada rencana indah yang Tuhan sediakan,” kembali kata-kata Bu Narti kembali terngiang di telingaku.

Nasihat Bu Narti hingga kini selalu menjadi pembangkit semangat. Pengalaman hidupku unik, hanya aku yang mengalaminya. Teman-temanku belum tentu bisa melewati semua ini karena aku percaya Tuhan menciptakanku begitu istimewa. Tuhan yang membentuk aku seperti bejana yang indah dan aku percaya ada Tuhan yang tak pernah meninggalkanku. Tuhan memimpin hidupku hari ini dan selamanya.

Terkadang dunia terasa tak adil bagiku. Aku tak tahu mengapa hal ini terjadi padaku, bukan kepada orang lain saja.  Namun, inilah hidup. Tuhan tahu yang terbaik buat hidupku. Pasti Tuhan memberi rencana yang indah untukku. Tuhan sudah memberi porsi bagi setiap orang.

Detik waktu terus berjalan. Hanya aku dan Tuhan yang tahu detail semua yang kurasa. Hanya Tuhan sahabat setia. Saat orang lain meninggalkan Tuhan, sebaliknya Tuhan tak pernah meninggalkannya. Hanya Tuhan yang tau berapa tetes air mata yang mengalir. Hanya Tuhan yang tahu rasa berat bebanku. Hanya Dia yang mengerti.

Pada detik waktu yang tak henti ini, aku hanya berharap pada Tuhan untuk kekuatan, kesabaran, ketegaran, dan sukacita. Hanya Dia tempat aku berharap dan tempat aku mendapat kesegaran bagi jiwa yang hampa.

Jika Tuhan masih saja mengizinkan aku untuk bernapas, mendengar, bergerak, dan berucap. Hanya karya terbaik yang ingin aku persembahkan. (Devita Andriyani).

Februari 2024

***

Judul: “Setelah Tiga Tahun Lima Bulan
Pengarang: Devita Andriyani
Editor: JHK

Sekilas tentang pengarang

Devita Andriyani adalah seorang wanita yang sudah jatuh hati dengan dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SMA. Pengarang kelahiran Salatiga, 6 Desember 1985 ini sehari-harinya rajin membaca cerita-cerita fiksi di berbagai media, baik media online maupun media offline.

Minat Devita pada dunia kepenulisan membuahkan beberapa karya berupa cerpen yang pernah di publish di berbagai media online, di antaranya modernis.co, pratamamedia.com, penfighters.com, inspirasipagi.id, dan dimensipers.com.

Untuk mengasah kemampuan menulisnya, saat ini Devita tergabung dalam Komunitas Penulis Ambarawa (Penarawa). Penulis bisa dihubungi melalui email: eunikedevita@gmail.com.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *