ArtikelBerita Jabar NewsBJNSastra

Hari Ulang Tahun: Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup Didin Tulus

Berita Jabar News (BJN), Kolom SASTRA, Jumat (05/03/2025) –  Artikel berjudul “Hari Ulang Tahun: Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup Didin Tulus” ini ditulis oleh Asep (HC) Arie Barajati, sebuah nama pena dari seorang penulis dan pegiat literasi yang kini berdomisili di Cibaligo, Cihanjuang, Kabupaten Bandung Barat.

Ulang tahun bukan sekadar bertambahnya usia, melainkan bertambahnya cerita. Ia adalah jejak langkah yang telah tertoreh, tinta yang telah mengalir, dan lembaran baru yang menunggu untuk dituliskan.

Hari ini, sahabat kita, Didin Tulus, seorang pegiat literasi, tokoh perbukuan, dan penulis produktif, menapaki usia baru. Di dunia yang terus bergerak, di antara lembaran buku dan gagasan yang tak pernah usang, Didin adalah penjaga nyala literasi. Tulisan-tulisannya, yang bertebaran di berbagai media online, bukan hanya sekadar rangkaian kata, tetapi juga cahaya bagi mereka yang haus akan pengetahuan.

Didin Tulus
Didin Tulus saat tamjpil dalam sebuah acara literasi di Mozi Design Institut, Kota Cimahi -(Sumber: Arie/BJN)

Makna Ulang Tahun dalam Cahaya Kata

“Semua yang hidup akan bertumbuh,” kata Khalil Gibran dan ulang tahun adalah tanda bahwa kita telah bertumbuh, baik dalam usia maupun kebijaksanaan. Sebagaimana pohon yang makin tinggi dan akarnya makin menancap dalam, begitu pula seorang penulis—semakin jauh ia melangkah, semakin dalam ia memahami hakikat kata dan kehidupan.

Didin Tulus, dalam setiap narasi yang ia susun, telah mengajarkan bahwa menulis bukan sekadar menorehkan huruf, tetapi juga menyulam makna, mengabadikan gagasan, dan memberi jiwa pada dunia. Ia memahami benar apa yang pernah diucapkan Ernest Hemingway:

There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed.

Menulis adalah ketulusan dan seperti namanya, Didin Tulus, ia menuliskan bukan hanya cerita, tetapi juga kejujuran, semangat, dan cinta pada literasi.

Dalam perjalanan panjangnya di dunia literasi, Didin telah menorehkan jejak yang dalam. Ia bukan sekadar menulis untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang-orang yang ingin memahami dunia melalui aksara. Setiap kata yang ia tuangkan adalah jendela yang menghubungkan pembaca dengan pemikiran yang lebih luas. Seperti yang pernah dikatakan oleh Franz Kafka:

A book must be the axe for the frozen sea within us.”

Tulisan-tulisan Didin telah menjadi kapak yang memecah kebekuan pemikiran, menghidupkan dialog, dan menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam di benak para pembacanya.

Perayaan Seorang Penjaga Literasi

Ulang tahun seorang penulis bukan sekadar perayaan pribadi. Ia adalah momen untuk merayakan seluruh gagasan yang telah lahir melalui tangannya. Didin adalah bagian dari arus literasi yang mengalirkan pengetahuan ke penjuru negeri, seorang penjaga api yang tak membiarkan dunia gelap karena minimnya aksara.

Sebagai pegiat literasi, Didin memahami betul bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membuka cakrawala baru. Ia telah mengabdikan dirinya untuk dunia buku, dunia kata-kata, dan dunia pembelajaran yang tak pernah usang.

Victor Hugo pernah berkata:

To learn to read is to light a fire; every syllable that is spelled out is a spark.”

Ulang tahun Didin adalah nyala obor yang semakin terang. Ia bukan hanya seorang yang menulis, tetapi juga yang menyalakan semangat membaca bagi banyak orang. Setiap tulisannya mengandung semangat untuk terus berbagi, terus mendidik, dan terus menginspirasi.

Pesan dan Harapan

Dalam setiap ulang tahun, ada lembaran baru yang siap dituliskan. Didin, dengan segala dedikasinya, telah menunjukkan bahwa menulis bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan jiwa. Ulang tahunnya bukan hanya perayaan usia, tetapi juga perayaan dedikasi dan kontribusi bagi dunia literasi.

Pada hari istimewa ini, tak ada kado yang lebih berharga selain doa dan harapan. Didin Tulus adalah sosok sahabat yang tulus, penjaga aksara, dan perangkai makna

Semoga dengan bertambahnya usiamu menjadi berkah yang tak terhingga. Semoga kata-kata yang kau sulam tetap menjadi lentera bagi banyak orang, menerangi jalan bagi mereka yang ingin belajar dan memahami.

Semoga kesehatan, kebahagiaan, dan kejernihan pikiran selalu menyertaimu. Semoga engkau terus menulis, terus berkarya, dan terus menginspirasi, karena dunia ini membutuhkan lebih banyak jiwa-jiwa yang menulis dengan hati seperti dirimu.

Seperti kata Gabriel García Márquez:

It is not true that people stop pursuing dreams because they grow old, they grow old because they stop pursuing dreams.”

Semoga semangat menulismu tak pernah padam, dan semoga setiap ulang tahun menjadi bab baru yang lebih indah dalam hidupmu.

Selamat ulang tahun, Kang Didin  Semoga kata-katamu abadi dalam jejak waktu.

***

Judul: Hari Ulang Tahun: Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup Didin Tulus
Jurnalis: Asep (HC) Arie Barajati
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *