ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Yakinlah, Swasembada Pangan Pasti Bisa!

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Kamis (24/07/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Yakinlah, Swasembada Pangan Pasti Bisa!” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Percaya diri adalah keyakinan dan kepercayaan seseorang terhadap kemampuan, potensi, dan dirinya sendiri. Orang yang percaya diri biasanya memiliki sikap positif, berani mengambil risiko, dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. Dirinya akan tetap konsisten dengan apa yang telah dikomitmenkan sebelumnya.

Ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain, pertama keyakinan diri. Artinya, yakin akan kemampuan dan potensi diri sendiri. Kedua,sikap positif, yakni memiliki sikap yang positif dan optimis. Ketiga, berani mengambil risiko. Berani mengambil keputusan dan menghadapi tantangan. Keempat, tidak mudah terpengaruh  oleh pendapat orang lain dan memiliki pendirian yang kuat.

Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Entang Sastraatmadja – (Sumber: Koleksi pribadi)

Percaya diri dapat membantu seseorang untuk mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam kaitannya dengan salah satu program prioritas Pemerintahan Presiden Prabowo yaitu pencapaian swasembada pangan, sikap percaya diri ini benar-benar dibutuhkan agar apa yang diinginkan dapat terwujud dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Presiden Prabowo Subianto percaya diri Indonesia makin maju ke arah swasembada pangan. Ini menjadi salah satu target dan program utama Prabowo usai dilantik jadi Orang Nomor Satu di Indonesia Oktober 2024 yang lalu. Keyakinan itu ditunjukkan Prabowo karena melihat bukti produksi beras sebagai bahan makanan pokok orang Indonesia telah meningkat pesat.

Lebih lanjut Presiden Prabowo menegaskan, hal ini terjadi di luar dugaan karena semua bisa terjadi hanya dalam enam bulan dirinya menjabat Presiden. Stok beras di gudang pemerintahan pun diklaim berada di angka yang sangat tinggi mencetak rekor. Dari data Kementerian Pertanian, stok beras tercatat sudah menyentuh 4 juta ton.

Tingginya cadangan beras pemerintah ini bisa terjadi, salah satu alasannya karena penyerapan gabah petani oleh Perum Bulog cukup signifikan saat panen raya berlangsung. Kinerja Perum Bulog betul-betul mampu memperlihatkan penampilan terbaiknya. Persahabatan Perum Bulog tampak semakin nyata, sehingga dapat menyerap gabah sebesar 2,4 juta ton.

Padahal, kalau kita kaitkan dengan pengalaman penyerapan gabah petani oleh Perum Bulog rata-rata dalam lima tahun terakhir, hasilnya hanya berkisar di antara angka 1 – 1,2 juta ton. Bahkan, dalam sisa wakru yang ada penyeeapan gabah petani dalam panen raya sekarang bisa mencapai dua juta ton. Rupanya, tidak salah bila kita pun memberi acungan jempol tinggi-tinggi bagi Perum Bulog.

Petani di sawah
Ilustrasi: Seorang petani dengan senyum merekah membawa padi hasil panennya yang melimpah – (Sumber: Arie/BJN)

Atas gambaran data seperti ini, menjadi sangat masuk akal, kalau Presiden Prabowo dan Kabinet Merah Putih terekam semakin percaya diri dalam mencapai swasembada pangan. Beberapa pengamat malah  menyatakan, kini Indonesia sudah layak untuk menyandang atribut sebagai bangsa yang telah berswasembada beras kembali.

Pangan memang bukan hanya beras. Swasembada pangan, bukan juga hanya swasembada beras. Itu sebabnya, sekalipun swasembada beras telah mampu kita wujudkan. Namun, untuk menjadikan Indonesia swasembada pangan maka masih banyak lagi pekerjaan penting lain yang harus digarap. Salah satunya, bagaimana mewujudkan swasembada-swasembada bahan pangan lainnya.

Antrian panjang kini menanti, kapan swasembada jagung, swasembada kedele, swasembada daging sapu, swasembada bawang putih, swasembada gula konsumsi, dan lain-lainnya lagi akan segera digarap serius pemerintah untuk dapat diwujudkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Kalau swasembada pangan ditafsirkan sebagai bentuk perjumlahan dari swasembada-swasrmbada komoditas pangan di atas maka dapat ditegaskan untuk mencapai swasembada pangan yang utuh, holistik dan komprehensif, bukan hal gampang untuk diraih. Terlampau banyak garapan yang harus dicapai dalam kurun waktu empat tahun ke depan.

Itu sebabnya, sangat dibutuhkan adanya Grand Desain Pencapaian Swasembada Pangan yang berbasis pada pendekatan teknokratik, partisipatif, top down-bottom up, dan politis. Pertanyaannya adalah apakah saat ini kita sudah memiliki Grand Desain seperti itu? Kalau ada, apakah mungkin kita akan dapat meraihnya dalam sisa waktu empat tahun mendatang?

Kementerian Koordinator bidang Pangan, sepertinya lembaga Pembantu Presiden yang paling relevan untuk menggarapnya. Dalam Grand Desain itulah dapat dipetakan dan diprioritaskan, komoditas pangan apa saja yang dipilih untuk diswasembadakan lebih dulu, setelah bangsa ini sukses meraih kembali swasembada beras.

Apakah akan fokus pada pencapaian swasembada jagung, apakah swasembada kedele, apakah swasembada daging sapi atau swasembada komoditas pangan lainnya lagi? Hal seperti ini penting untuk dicermati supaya kita tidak terkesan “ngarawu ku siku” (ingin meraih semuanya) dalam mengejar target swasembada pangan ini.

Berpacu dengan waktu adalah tantangan yang harus kita hadapi. Seberat apapun tantangan yang menghadang, sebagai bangsa pejuang, kita tak boleh kalah dengan tantangan yang ada. Kini saat yang tepat untuk menghadapinya. Akan lebih komplit, bila rasa percaya diri Presiden Prabowo dalam meraih swasembada pangan, diikuti pula oleh rasa percaya diri segenap komponen bangsa.

***

Judul: Yakinlah, Swasembada Pangan Pasti Bisa!
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *