Berita Jabar NewsBJNpuisiSastra

Puisi Sestina “Jejak di antara Kosmos Kehidupan”

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom SASTRA, Sabtu (08/11/2025) ─ Puisi Sestina berjudul “Jejak di antara Kosmos Kehidupan” ini merupakan hasil karya Indruew Sutanto, seorang penulis yang baru menapaki dunia literasi sebagai perjalanan batin. Baginya, menulis bukan sekadar ekspresi, tetapi cara menimbang nilai dan memahami esensi manusia yang beradab.

Aku pernah terlahir dari diamnya nebula,
sebuah kabut halus, tak tahu bentuk dimensi.
Dalam senyap, aku mendengar gema resonansi,
seperti detak jantung memanggil dari tubuh kosmos.
Di antara terang melawan bayang gerhana,
kulihat seberkas cahaya menembus sunyi, menjadi komet.

Dalam denyut hening, kutatap jauh pada komet,
Jejak cahayanya menari di kabut nebula,
Antara terang dan gelap, lahir dari luka gerhana,
Mengajak jiwaku menyusuri batas dimensi,
Membentuk lingkar waktu di ikatan kosmos,
Seakan gema halus memanggil lewat resonansi.

Kadang, aku takut pada sunyi resonansi,
Di sana terpantul semua getar komet.
Selalu ada ruang kecil yang dipeluk kosmos.
Setiap kepergiannya menyisakan nebula,
Sebuah tanda di luar batas akal dimensi,
Seakan telah menjauh melewati batas gerhana.

Aku pernah kehilangan cahaya karena gerhana,
Setelah melihat ribuan gema resonansi,
Membentuk garis samar antara dua dimensi.
Di satu sisi, aku manusia menunggu komet;
Di sisi lain, aku debu kecil dari nebula,
Aku menatap wajahku di cermin kosmos.

Di sanalah saya belajar tentang makna kosmos
kini saya mulai mencintai arti dari gerhana,
mengerti akan gelap bukan musuh bagi nebula,
bahwa keheningan pun punya resonansi,
dan setiap lintasan cahaya atau komet.
Hanyalah napas yang berpindah antar dimensi.

Di ujung waktu, kupahami rahasia dimensi,
segalanya akan kembali pada kosmos,
tak ada yang benar-benar pergi, bahkan komet.
Dalam gelap paling dalam dari gerhana,
Meninggalkan gema lembut bernama resonansi,
saya pun larut kembali menjadi nebula.

Di antara luasnya kosmos, saya terlahir sebagai nebula
Hadir sebagai resonansi, menuntunku dalam setiap dimensi,
Bagai komet membentuk jejak pada titik semu gerhana.

***

Judul: Jejak di antara Kosmos Kehidupan
Pengarang: Indruew Sutanto
Editor: JHK

Sekilas tentang Penyair

Indruew Sutanto adalah seorang penulis yang baru menapaki dunia literasi sebagai perjalanan batin. Baginya, menulis bukan sekadar ekspresi, tetapi cara menimbang nilai dan memahami esensi manusia yang beradab. Ia percaya bahwa kebaikan bukan sekadar ajaran, melainkan cara hadir di dunia dengan lembut dan sadar.

Indruew  suka berpikir dan berjalan perlahan di antara logika dan rasa. Hidupnya diwarnai oleh dorongan untuk memahami esensi manusia yang beradab. Bukan dari teori, melainkan dari pengalaman kecil yang menyingkap rasa dan makna.

Indruew Sutanto
Indruew Sutanto, Pengarang – (Sumber: Istimewa)

Selama lima bulan terakhir, lewat tulisan-tulisan kecil, Indruew menapaki dunia literasi seperti pengelana yang baru menemukan peta batin untuk dirinya sendiri. Tulisan baginya bukan sekadar bentuk ekspresi, tetapi alat untuk menimbang nilai, menata nurani, dan menjaga agar pikirannya tetap jernih di tengah riuh dunia.

Pria ramah ini menulis bukan untuk mengubah nilai-nilai kehidupan yang sudah ada, hanya berharap bahwa manusia bisa belajar untuk menjadi lebih manusia. Di ruang-ruang sepi, kata-kata menjadi rumah. Indruew menulis bukan untuk bersuara, tetapi untuk mendengar gema diri sendiri.

Sejujurnya Indruew mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang terlalu reflektif; hanya seseorang yang menyukai hal-hal yang transparan dalam kedalaman. Mungkin ia manusia yang berpikir terlalu jauh, tetapi selalu berusaha untuk tidak kehilangan rasa. Ia sering mempertanyakan, bukan untuk membantah, melainkan untuk memahami lebih dalam apa yang tersembunyi di antara hal-hal kecil.

Perjalanan tulisan Indruew ini bukan tentang menemukan jawaban, melainkan tentang menumbuhkan kehalusan berpikir dan merasakan. Pencarian terhadap esensi manusia yang beradab membuat kita menyelami batas antara moral dan eksistensi, antara kebebasan dan tanggung jawab. Dari semua itu, keyakinannya berakar pada nilai-nilai hidup bahwa kebaikan bukan sekadar ajaran, tetapi cara hadir di dunia dengan lembut dan sadar.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *