ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Pentingnya Merawat Arsip Kritik Teater

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Kamis (24/07/2025) – Artikel berjudul “Pentingnya Merawat Arsip Kritik Teater” ini merupakan karya original dari Yoyo C. Durachman, seorang penulis, pengarang, dosen,  sutradara, dan budayawan Cimahi. Saat ini aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).

Di balik gemerlap lampu panggung dan tepuk tangan penonton, ada sesuatu yang kerap terlupakan: kritik teater. Bukan sekadar ulasan untuk memuji atau mencela, kritik adalah catatan hidup yang merekam perjalanan teater,  baik sebagai karya seni maupun sebagai bagian dari denyut budaya suatu bangsa. Karena itu, penting bagi kita untuk merawat dan mengarsipkan kritik teater sebagai salah satu warisan tak ternilai.

Pementasan " Inspektur Jendral", Lakon Karya: Nikolay Gogol, Sutradara: Yoyo C. Durachman, Produksi: Sanggar Kita Bandung/1985.
Pementasan “Inspektur Jendral”, Lakon Karya: Nikolay Gogol, Sutradara: Yoyo C. Durachman, Produksi: Sanggar Kita Bandung/1985 – (Sumber: Yoyo/BJN)

Dalam konteks perkembangan teater, kritik memiliki peran strategis. Ia menjadi ruang refleksi bagi para kreator dan penonton untuk membaca ulang makna, kelemahan, dan kelebihan sebuah pementasan. Tanpa kritik, teater berisiko berjalan di tempat, terjebak dalam rutinitas tanpa evaluasi, bahkan kehilangan kesempatan untuk tumbuh secara estetis maupun tematik.

Lebih jauh, arsip kritik teater berfungsi sebagai saksi sejarah. Ia mendokumentasikan gagasan, pendekatan artistik, dan dinamika sosial budaya yang melingkupi sebuah pementasan. Melalui arsip inilah kita bisa menelusuri bagaimana teater berubah, bereksperimen, hingga menanggapi isu-isu zaman.

Bayangkan jika kritik teater masa lampau, baik yang terbit di media cetak, jurnal, maupun catatan pribadi para kritikus — lenyap begitu saja. Maka lenyap pula jejak pemikiran dan perdebatan yang pernah menghidupkan panggung teater.

Pada era digital saat ini, pengarsipan kritik seharusnya menjadi lebih mudah. Platform daring memungkinkan kritik diakses lebih luas, dikumpulkan, dan disimpan secara sistematis. Namun, tantangan tetap ada: banyak kritik hanya beredar sebentar di media sosial dan tak terarsip dengan baik, padahal kritik di media daring pun layak dirawat dengan baik.

Kliping Arsip Kritik Teater pada pementasan teater yang Saya Sutradarai dan sebagai aktor - (Sumber: Yoyo C. Durachman)
Kliping Arsip Kritik Teater pada pementasan teater yang Saya Sutradarai dan sebagai aktor – (Sumber: Yoyo C. Durachman)

Penting pula untuk disadari, kritik bukan sekadar untuk para akademisi atau kritikus itu sendiri sebagai profesi. Para pelaku teater, mahasiswa, dan masyarakat umum juga perlu membaca, menyampaikan dan menulis kritik dalam batas batas tertentu sesuai dengan kompetensinya sebagai wujud partisipasi aktif. Semakin banyak sudut pandang yang terdokumentasi, semakin kaya pula khazanah pemikiran tentang teater.

Karena itu, sudah saatnya lembaga kebudayaan, perguruan tinggi, komunitas seni hingga media massa bekerja sama untuk membangun pusat arsip kritik teater yang mudah diakses publik. Ini bukan hanya demi menjaga sejarah, tetapi juga untuk menumbuhkan tradisi berpikir kritis dan diskusi yang sehat dalam ekosistem teater kita.

Pada akhirnya, teater tak hanya hidup di atas panggung, tetapi juga dalam ingatan kolektif kita. Arsip kritik teater adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan ingatan itu tetap utuh, hidup, dan terus memberi inspirasi bagi generasi berikutnya.

***

Judul: Pentingnya Merawat Arsip Kritik Teater
Penulis: Yoyo C. Durachman
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang Penulis

Yoyo C. Durachman adalah seorang seniman dan budayawan Cimahi yang multitalenta. Pria kelahiran Bandung, 21 September 1954 ini dikenal sebagai dosen, aktor, sutradara, penulis, pengarang, dan budayawan.

Yoyo C. Durachman
Yoyo C. Durachman, Penulis – (Sumber: J.Haryadi/BJN)

Selama karirnya dalam dunia teater, tidak kurang dari 30 pementasan telah dilakukan Yoyo dengan kapasitas sebagai sutradara, pemain, penata pentas, konsultan, dan pimpinan produksi. Naskah drama berjudul “Dunia Seolah-olah” adalah naskah drama yang ia tulis dan dibukukan bersama naskah drama lain milik Joko Kurnain, Benny Johanes, Adang Ismet, Arthur S. Nalan, dan Harris Sukristian.

Pensiunan dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini kini sering diundang sebagai juri maupun sebagai narasumber diberbagai kegiatan kebudayaan. Selain itu, Yoyo juga aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).

***

 

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *