Pembangunan Nasional dan Kearifan Lokal: Perspektif Masyarakat Sunda
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI/ARTIKEL/FEATURE, Sabtu (19/10/2024) – Artikel berjudul “Pembangunan Nasional dan Kearifan Lokal: Perspektif Masyarakat Sunda” ini adalah sebuah esai karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Pembangunan nasional adalah fondasi dari upaya mencapai kemakmuran bersama di sebuah negara. Namun, dalam konteks Indonesia yang begitu luas, kaya budaya, dan dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang beragam, pembangunan tidak bisa dilakukan dengan cara yang mengabaikan keragaman tersebut. Masyarakat Sunda, sebagai salah satu kelompok etnis besar di Indonesia, memiliki pandangan khusus terhadap konsep pembangunan nasional yang berakar pada kearifan lokal dan kesatuan bangsa.
Menurut pandangan masyarakat Sunda yang diungkapkan dalam pidato dan tutur dari figur seperti Prof. Ganjar Kurnia, pembangunan nasional sebagai pengejawantahan nilai-nilai Pancasila tidak bisa berkembang secara optimal jika tercerabut dari akar kerakyatan yang hidup dalam keanekaragaman suku, adat, dan daerah. Setiap wilayah di Indonesia memiliki asal-usul sejarah, kekhasan sosial-budaya, dan potensi sumber daya yang unik. Oleh karena itu, pembangunan yang sukses haruslah selaras dengan karakteristik ruang hidup dari masing-masing daerah. Dengan kata lain, pembangunan yang meminggirkan kearifan lokal adalah ibarat membangun tanpa fondasi yang kokoh.

Kearifan Lokal sebagai Jiwa Pembangunan
Masyarakat Sunda melihat budaya sebagai produk interaksi dinamis antara elemen-elemen asal-usul kesukuan dan kedaerahan yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Proses sejarah ini telah membentuk jati diri masyarakat yang tidak hanya unik, tetapi juga bernilai tinggi.
Cerlang budaya yang muncul dari perpaduan berbagai elemen ini adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya, ibarat “anggur tua dalam botol baru” yang menggambarkan perpaduan antara tradisi lokal dengan semangat modernitas negara-bangsa Indonesia. Namun, nilai-nilai budaya ini hanya dapat berfungsi secara optimal jika dijaga, dihormati, dan dimasukkan sebagai elemen penting dalam pembangunan nasional.

Pembangunan, dari perspektif ini, tidak boleh dilakukan dengan pendekatan sentralistik yang mengabaikan realitas lokal. Sebagai negara kepulauan dengan keberagaman suku dan budaya, Indonesia memerlukan pendekatan pembangunan yang desentralistik. Pembangunan nasional yang baik adalah pembangunan yang menghormati akar budaya lokal dan mengintegrasikannya ke dalam program-program pembangunan negara.
Tokoh-tokoh Sunda sering kali menyuarakan kritik terhadap sentralisme yang terlalu mendominasi dalam pengambilan keputusan nasional. Ungkapan “Indonesia bukan (hanya) Jakarta” mengandung makna bahwa Jakarta, sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, tidak boleh dianggap sebagai representasi tunggal dari seluruh Indonesia.
Secara sosiologis dan historis, Jakarta adalah wilayah yang diberikan oleh masyarakat Sunda untuk mengelola persatuan dan kesatuan nasional yang adil. Oleh karena itu, kebijakan yang hanya berfokus pada kepentingan segelintir elit di Jakarta, tanpa melibatkan daerah-daerah lainnya, dianggap tidak sesuai dengan semangat keadilan sosial.
Gotong Royong dan Inklusivitas dalam Pembangunan
Prinsip gotong royong menjadi salah satu nilai inti yang sangat dihormati oleh masyarakat Sunda dan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Pembangunan nasional yang ideal, menurut pandangan ini, harus dikembangkan sebagai usaha persemakmuran bersama yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Ini berarti bahwa partisipasi rakyat, golongan, dan daerah dalam proses pembangunan harus inklusif. Setiap orang, tanpa memandang asal-usul suku, status sosial, atau latar belakang geografis, harus punya kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam pembangunan.
Penting untuk diingat bahwa pembangunan yang baik adalah pembangunan yang tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek sosial dan budaya. Modernisasi tidak harus berarti menghilangkan nilai-nilai tradisional, melainkan bisa menjadi proses yang memperkaya budaya bangsa.
Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Ganjar Kurnia, kebudayaan asing yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa dapat diadopsi, selama tidak mengikis jati diri budaya lokal. Dengan demikian, modernisasi dan globalisasi bukan ancaman, tetapi peluang untuk memperkuat identitas nasional melalui penyerapan nilai-nilai yang sesuai dengan semangat kemanusiaan.
Kedaulatan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
Meskipun masyarakat Sunda sangat menekankan pentingnya penghormatan terhadap budaya lokal, hal ini tidak berarti bahwa mereka menolak prinsip negara kesatuan. Sebaliknya, masyarakat Sunda dan banyak kelompok etnis lainnya di Indonesia menyadari bahwa persatuan nasional adalah hal yang sangat penting untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan negara. Namun, persatuan ini harus dibangun di atas pondasi yang adil dan inklusif, di mana setiap daerah merasa terlibat dan dihargai dalam proses pembangunan nasional.
Mengabaikan kearifan lokal dan memaksakan kebijakan yang seragam di seluruh Indonesia, tanpa memperhitungkan keunikan setiap daerah, hanya akan menimbulkan resistensi dan memperlemah rasa kebersamaan. Pembangunan yang sukses, menurut pandangan masyarakat Sunda adalah pembangunan yang mengakui keberagaman sebagai aset, bukan sebagai hambatan. Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan adat kedaerahan harus tetap sejalan dengan prinsip negara kesatuan Indonesia, namun diarahkan untuk memperkaya kebudayaan nasional secara keseluruhan.
Kacindekan
Dalam pandangan masyarakat Sunda, pembangunan nasional yang efektif adalah pembangunan yang berakar pada kekhasan lokal yang diiringi dengan semangat gotong royong dan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Sentralisme yang mendominasi hanya akan mempersempit partisipasi rakyat dan mereduksi kekayaan budaya lokal.
Sebaliknya, pembangunan yang berbasis kearifan lokal akan memperkuat persatuan nasional dan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Indonesia dengan segala keanekaragamannya adalah negara-bangsa yang luar biasa. Menghargai dan merangkul keberagaman itu adalah kunci untuk mencapai kemajuan bersama. (Didin Tulus/BJN).
***
Judul: Pembangunan Nasional dan Kearifan Lokal: Perspektif Masyarakat Sunda
Penulis: Didin Kamayana Tulus
Editor: JHK