Pelajaran dari Teman yang Hampir Kehilangan Uang karena Modus Penipuan “Shopee Affiliate”
BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI, Kamis (18/12/2025) – Artikel berjudul “Pelajaran dari Teman yang Hampir Kehilangan Uang karena Modus Penipuan “Shopee Affiliate” ini merupakan karya tulis dari Dita Ayu Nur Afrilia, seorang mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pada era digital seperti saat ini, tawaran untuk mendapatkan uang dengan cara cepat sering kali berseliweran di WhatsApp, Telegram, atau media sosial. Sayangnya, tidak semua tawaran itu benar adanya. Salah satu teman saya pernah menjadi korban penipuan berkedok Shopee Affiliate —Pengalamannya jadi peringatan penting bagi banyak orang.

Awal Mula Tawaran yang Menggiurkan
Semua berawal ketika teman saya mendapat pesan dari nomor tak dikenal. Orang di balik nomor itu mengaku sebagai perwakilan dari Shopee Affiliate dan menawarkan komisi bagi siapa pun yang mau menyelesaikan “tugasan” tertentu.
Awalnya teman saya tidak merespons. Namun karena si pengirim terus membujuk, akhirnya teman saya tergoda untuk mencoba. Tugasan yang diberikan terdengar sederhana: cukup mengklik tautan yang mengarah ke aplikasi Shopee, memberi tanda “love” pada produk dan memasukkannya ke keranjang kuning.
Setelah tugas selesai, si pengirim mengatakan teman saya akan mendapat komisi Rp 10.000. Namun untuk mencairkannya, ia diminta untuk bergabung ke Telegram.
Masuk ke Jebakan
Di Telegram, teman saya diarahkan untuk menghubungi akun yang mengaku sebagai “konsultan afiliasi.” Ia diminta mengirim kode tertentu dan melengkapi biodata nama, nomor telepon, dan alamat, serta nomor rekening. Tak lama setelah itu, sejumlah kecil komisi (Rp10.000 lalu Rp30.000) memang muncul sehingga kepercayaan mulai tumbuh.
Setelah itu, teman saya diminta menyetor deposit Rp 150.000 dengan janji dikembalikan bersama bonus. Uang itu memang kembali disertai bonus kecil, sehingga teman saya makin yakin program ini resmi.
Modus Semakin Dalam
Beberapa hari kemudian, permintaan berubah: teman saya diminta memilih tabel berisi nominal untuk didepositkan dengan janji penggandaan uang. Ia akhirnya diminta transfer Rp 1.000.000 ke rekening a.n. Usman Gumantih. Ketika muncul rasa ragu, seorang yang mengaku peserta lain memberi testimoni bahwa uangnya berhasil dikembalikan berlipat, padahal orang itu ternyata bagian dari jaringan penipu.
Saat Semua Terbongkar
Tak berhenti di situ, teman saya kemudian dihubungi akun lain yang meminta transfer lebih besar, yakni Rp 4.588.000 untuk menyelesaikan “misi terakhir “. Saat teman saya menolak, akun tersebut tiba-tiba mengancam: uang sebelumnya tidak akan dikembalikan kecuali teman saya mentransfer tambahan Rp 16.588.000 ke rekening lain yang dikatakan atas nama Usman Gumatih.
Pada titik itu teman saya sadar telah terjebak dalam skema terencana: bukti komisi kecil di awal, akun Telegram yang terstruktur, dan testimoni palsu—semua dibuat agar korban percaya dan terus memasukkan uang.
Pelajaran Penting
Dari pengalaman teman saya, ada beberapa pelajaran krusial:
Waspadai tawaran “dapat uang cepat” yang minta transfer di luar sistem resmi. Platform besar tidak akan meminta pengiriman uang ke rekening pribadi untuk klaim komisi.
Jangan mudah tergoda oleh bukti-bukti kecil (komisi sedikit) yang diberikan untuk membangun kepercayaan. Itu cara klasik untuk membuat korban terus mengirim lebih banyak uang.
Simpan bukti komunikasi dan nomor rekening bila ingin melapor. Informasi seperti nomor rekening dan nama pemilik bisa berguna saat melapor ke bank atau pihak berwajib.
Laporkan segera ke pihak berwenang dan ke layanan pelanggan platform terkait jika merasa ditipu. Semakin cepat dilaporkan, peluang tindakan penanganan lebih besar.
Penutup
Teman saya memang kehilangan sejumlah uang, tetapi pengalaman ini menjadi pengingat penting: berhati-hatilah pada janji-janji instan yang terdengar terlalu manis. Jangan ragu untuk memeriksa ulang, bertanya ke pihak resmi, dan meminta pendapat orang terpercaya sebelum mengirim uang.
“Janji cepat dan gampang sering kali menyamarkan risikonya. Lebih baik waspada daripada menyesal.”
***
Sekitas tentang Penulis
Dita Ayu Nur Afrilia dilahirkan pada 18 April 2003 di Nganjuk, sebuah kota kecil di Jawa Timur dari pasangan Anang Nur Syamsu dan Purwanti. Wanita cantik ini memiliki seorang adik perempuan bernama Salsabila Ardiana Nur Syamsu.

Uniknya, meski Dita lahir di Nganjuk, tetapi kota itu tidak banyak merekam kisah hidupnya karena ketika ia berusia tujuh bulan, orang tuanya memutuskan untuk merantau ke Kota Tangerang. Sejak saat itulah kota ini secara perlahan menjadi rumah yang sesungguhnya bagi Dita.
Tangerang bukan sekadar tempat tinggal, melainkan ruang yang diam-diam membentuk perjalanan hidup Dita. Di kota inilah ia pertama kali belajar menyebut “ayah” dan “mamah”, berlari di halaman rumah, belajar mengayuh sepeda, mengenal huruf demi huruf, hingga mengalami luka pertama yang mengajarkan arti bangkit.
Hampir di setiap sudut Kota Tangerang sangat dikenalnya karena di sini banyak tersimpan potongan ingatan yang menyatu dengan proses tumbuh dan belajarnya sebagai seorang anak. Waktu berjalan tanpa banyak memberi tanda. Kini, usianya telah menginjak 22 tahun – usai dewasa bagi seorang wanita.
Saat ini, Dita menjalani peran sebagai mahasiswi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dunia kampus mempertemukan ia dengan berbagai gagasan, tantangan, dan refleksi baru tentang diri sendiri dan masa depan.
Di tengah kesibukan akademik, Dita kerap menyadari bahwa perjalanan hidup bukan sekadar tentang berpindah usia, melainkan tentang memahami proses, mengenang akar, dan menyiapkan langkah ke depan dengan lebih sadar.
***
Judul: Pelajaran dari Teman yang Hampir Kehilangan Uang karena Modus Penipuan “Shopee Affiliate”
Kontributor: Dita Ayu Nur Afrilia
Editor: JHK
