Kisah Ilham MS Pertama Kali Donor Darah di PMI Kota Bandung
Berita Jabar News (BJN), Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (12/09/2023) – Tak semua orang dapat mendonorkan darahnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh pendonor, antara lain: kondisi kesehatan, usia, berat badan, tekanan darah, dan suhu tubuh, serta pemeriksaan kadar hemoglobin.
Kali ini awak media Berita Jabar News berhasil mewawancari Ilham MS, sang pendonor asal Bandung yang baru pertama kalinya ingin melakukan donor darah secara sukarela di Kantor PMI Kota Bandung, Jalan Aceh No. 79, Kota Bandung. Pria ramah dan murah senyum ini melakukan donor darah pada Senin, 11 september 2023, pukul 10:30 WIB.
Menurut Ilham, seminggu sebelumnya dia pernah datang ke Kantor PMI Kota Bandung untuk dibuatkan terlebih dahulu Kartu Tanda Anggota (KTA) PMI Kota Bandung. Sayangnya, pada saat itu dia belum boleh melakukan donor darah karena hasil tes hemoglobin melampaui ambang batas.
“Sebab, salah satu syarat terpenuhi untuk jadi pendonor darah adalah memiliki kadar hemoglobin sekitar 12,5–17 g/dL. Hasil menunjukan bahwa kondisi saya pada saat itu 17,4 g/dL meskipun beda tipis. Dokter menyarankan saya agar minggu berikut datang kembali kemari,” ungkap Ilham.
Ilham mengungkapkan bahwa pelayanan di PMI Kota Bandung sungguh ramah dan baik . Fasilitas yang tersedia juga lengkap, bersih, dan tertata dengan baik. Kemudian terlihat salah seorang petugas medis mengajak dirinya berbincang-bincang agar dia tetap bersemangat dan tidak cemas saat melakukan donor darah.
Adapun hal yang menarik menurut Ilham, dirinya ingin memastikan apakah sudah akurat hasil pemeriksaan dari klinik Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertamanya (FKTP) yang menunjukan bahwa dia memiliki rhesus negatif.
“Sebab bintik-bintik darah saya menunjukkan sangat tipis dan kecil atau nyaris samar, hampir tak terlihat dipermukaan cairan anti reagant. Kasus ini jarang sekali terjadi,” ungkap Ilham.
Seperti diketahui, mayoritas ras Asia memiliki rhesus positif. Lain halnya dengan ras kaukasia, khususnya di Eropa memiliki rhesus negatif, itupun hanya 15% dari populasi dunia sehingga tidak semua orang Eropa atau Amerika itu sendiri memiliki rhesus negatif.
Pengujian sampel darah Ilham dilakukan berulang-ulang sebanyak tiga kali untuk benar-benar memastikan hasil rhesus-nya hingga sampel tersebut ditindak lebih lanjut oleh sang dokter ke Laboratorium khusus. Bahkan, dia sampai dikondisikan secara khusus oleh tim medis.
Menurut Ilham, saat dia kembali ke PMI Kota Bandung sebagaimana agenda yang telah ditentukan oleh dokter, kali ini dokter memastikan kembali bahwa ternyata golongan dan rhesus darah yang terkandung dalam tubuhnya adalah B+ atau golongan darah B dengan rhesus positif.
“Walau demikian, terdapat suatu zat yang ada pada diri saya berbeda. Dokter mendiagnosa saya disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan saat diketahui uji sampel darah yang dilakukan berulang kali, padahal pasien lain umumnya hanya cukup satu kali,” jelas Ilham.
Hal tersebut tentunya membuat dokter merasa heran. Bahkan menurut Ilham, dokter sempat berkata, “Apa nenek moyang atau leluhur keluarga Kamu ada keturunan darah biru? Karena, secara fisik penampilanmu seperti bukan orang Indonesia. Hasil menujukan rhesus-mu adalah positif, sehingga masih kuat alias bisa terselamatkan karena setidaknya kamu tidak kesulitan saat kelak memerlukan darah.”
Kemudian dokter tersebut melanjutkan, “Meskipun tidak begitu menggumpal darah merahnya, ya bintik-bintik merah yang sangat tipis dan kecil nyaris samar tidak terlihat. Tapi, kami tetapkan diagnosa Rh+, karena kalo Rh- itu sama sekali tidak muncul dipermukaan cairan anti reagant.”
“Oh jadi seperti itu, dok. Betul, dokter, saya punya turunan Yahudi-Arab dari leluhur moyang. Dari keluarga garis ayah punya turunan darah biru Yahudi diaspora Belanda. Jadi, orang bule Belanda yang dimaksud itu adalah orang Yahudi. Kalo garis keluarga ibunda ada darah Arab,” kata Ilham.
“Tapi, sanak-saudara bilang saya adalah yang paling mirip dengan ayah. Karena, tak satu pun yang lain mirip selain kita. Jadi, saya mewarisi gen dari garis keluarga ayah yang punya darah Yahudi,” tambah Ilham.
“Enggak usah percaya sama primbon atau ramalan golongan darah. Misal golongan darah AB itu digambarkan dengan kepribadian introvert, mudah terserang heart attack disease atau sejenisnya. Semua golongan darah itu sama baiknya. Yang enggak baik itu adalah sering sakit-sakitan,” kata dokter sambil tersenyum pada Ilham.
Setelah melewati fase uji sampel darah, Ilham dinyatakan lolos semua persyaratannya sehingga dia bisa melakukan donor darah untuk pertama kali dalam seumur hidupnya dengan hasil suhu tubuh 37°C, hemoglobin pada angka 16 g/dL. Selanjutnya dia menunggu antrian di ruangan khusus untuk pengambilan darah.
Ilham mulai masuk dan cuci tangan hingga siku terlebih dahulu sesuai instruksi petugas medis. Dia sempat ditawari apakah ingin disuntik infus bagian tangan kiri atau tangan kanan. Alhasil, dia lebih pilih tangan kiri. Akhirnya, dia dipindahkan lagi ke ruangan khusus. Saat sedang berlangsung pengambilan darah, ada seorang petugas atau tim medis untuk merekam dirinya yang sedang mulai diambil darahnya.
Pasca final semua, dokter meminta Ilham untuk sejenak dulu istirahat berbaring di ruangan khusus mengingat baru pertama kali donor darah. Setelah itu, dia diantarkan ke ruang makan untuk konsumsi terlebih dahulu makanan yang telah disajikan oleh PMI Kota Bandung berupa sepotong roti kecil, bubur kacang, telur rebus, susu sapi murni, dan kue-kue.
Satu jam kemudian, Ilham mulai kembali lagi merasa lega dan fit pasca donor darah. Malah, dia semangat ingin lagi melakukan donor darah.
***
Judul: Kisah Ilham MS Pertama Kali Donor Darah di PMI Kota Bandung
Editor: JHK