Kisah di Balik Cita-Citaku Menjadi Seorang Guru
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI/ARTIKEL, Jumat (17/01/2025) – Artikel berjudul “Kisah di Balik Cita-Citaku Menjadi Seorang Guru” ini ditulis oleh Heni Anggraeni, seorang pecinta literasi dan guru SDIT Cahaya Qur’ani Kabupaten Bandung Barat.
Aku menulisnya dalam secarik kertas, tanpa alas. Bahkan, tulisanku pun hilang tanpa bekas, saat terbang di terpa angin dan hujan deras. Mungkin itulah gambaran dari sebuah keinginan yang kandas.
Bermula ketika aku mengungkapkan cita-citaku pada kedua orangtuaku. Ada senyum bangga di bibir mereka. Namun, senyum itu terlihat berat, bisa tergambar dari sudut mata keduanya yang berkaca kaca. Bahkan, tak ada kata kepastian sebagai dukungan yang bisa membuatku yakin terhadap cita-citaku itu.
Sampai di situ aku paham, masih banyak beban yang mereka pikul karena memang masih belum ada yang bisa membantu perekonomian kedua orang tuaku. Bapakku saat itu mencari nafkah dengan bekerja sebagai seorang guru agama dengan gaji yang tak seberapa. Ia harus menanggung tujuh orang anak, meskipun saat itu kakakku yang paling besar sudah bekerja.
Sejak saat itu, tak pernah terpikir dalam benakku lagi untuk terus memikirkan hal-hal yang sempat menjadi cita-cita besar dalam hidupku. Aku harus mengurungkan niatku menjadi guru agama seperti bapakku, sosok bapak yang kuat dan sangat kukagumi.
Saat ini aku kembali paham, ada doa yang menembus langit, di balik air mata kedua orangtuaku karena sekarang aku kini sedang menjalani profesi sebagai guru, persis seperti cita-citaku dulu, walau cita cita itu datang saat usiaku tak muda lagi.
Selaksa mimpi yang dulu kandas, tak akan lagi aku tulis dalam secarik kertas, tapi aku akan persembahkan untuk mereka pada sisa perjalanan hidupku. Semoga aku bisa mengganti kesedihan mereka yang tak pernah terucap, walau sosok yang kukagumi itu telah pergi meninggalkan dunia yang fana ini.
Sering kali aku ingin memberitahu tentang semuanya padamu Bapak, tetapi hanya senyap tanpa suara dan hanya pecahkan tangis sendiri dikala sunyi.
Aku juga ingin bercerita pada ibuku, tentang hal serupa kepadanya, meski mungkin beliau sudah lupa dengan cita-citaku. Namun, doa yang mungkin selalu beliau panjatkan, sudah Allah kabulkan pada waktu yang tepat dan di sekolah yang tepat, yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Qur’ani, sebuah sekolah berbasis Islam yang letaknya tak jauh dari rumahku.
Jika aku belum sempat membalas budi mereka, semoga pengabdianku di SDIT Cahaya Qur’ani ini akan menjadi pahala jariah yang terus mengalir untuk kedua orang tuaku.
Jangan pula kalian khawatir karena aku dikumpulkan dengan orang-orang yang baik dan hebat, bapak dan ibu guru yang kreatif dan pintar. Bersama mereka aku pantaskan diri untuk menjadi guru dengan ilmu yang mungkin tak sehebat mereka.
Di SDIT Cahaya Qur’ani ini juga, aku syaratkan diri untuk mengeliminasi kesalahan pada diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Membiasakan mata ini melihat anak-anak mengaji setiap hari dan telinga ini mendengar lantunan kalam Illahi setiap hari.
Untuk kedua orangtuaku, walau tanpa kujelaskan. Namun, doa selalu kupanjatkan karena aku punya cita-cita yang lebih besar, yakni menuntunmu sampai ke surga nanti.
***
Judul: Kisah di Balik Cita-Citaku Menjadi Seorang Guru
Penulis: Heni Anggraeni
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang Penulis
Heni Anggraeni adalah mantan karyawan di PT Perdana Firsta Garment. Sudah lama dia memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang pengarang. Meskipun usianya sudah bukan remaja, tetapi semangat menulisnya luar biasa. Sudah beberapa cerita pendek lahir dari tangan dinginnya.
Kini Heni beralih profesi menjadi seorang guru di SDIT Cahaya Qur’ani yang terletak di Jln. Babakan Tarogong No.16, RT 01 RW 06, Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
***