Ketika Kata Menjadi Obat: Perjalanan Jiwa Seorang Penulis
Berita Jabar News (BJN), Kolom Artikel/Feature, Minggu (28/08/2025) ─ Feature berjudul “Ketika Kata Menjadi Obat: Perjalanan Jiwa Seorang Penulis” merupakan sebuah tulisan berjenis feature yang ditulis oleh Binti Wasunah, seorang guru mengaji di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Menulis, bagi saya, bukan sekadar rangkaian huruf yang membentuk kata, lalu menjelma kalimat. Ia adalah denyut kehidupan, cara saya merawat luka, sekaligus menemukan kembali keseimbangan dalam diri.
Setiap kata yang saya tuliskan adalah obat yang perlahan menenangkan hati, ruang sunyi tempat saya bisa bernapas lega, dan cermin yang memantulkan makna di balik setiap peristiwa yang saya jalani. Menulis bukan sekadar hobi—ia adalah terapi, sahabat setia yang selalu ada ketika dunia terasa berat.
Dalam prosesnya, menulis telah menjadi pintu untuk memperluas cakrawala. Setiap bacaan yang saya lahap, setiap literatur dan topik yang saya telusuri, melahirkan percikan ide yang ingin saya tuangkan. Dari sanalah saya belajar melihat dunia dari berbagai sisi, melatih diri untuk berpikir lebih jernih, dan menyusun gagasan dengan teratur.
Setiap tulisan adalah jejak belajar yang tiada henti. Saya percaya dari hasil tulisan tersebut, saya bisa berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi kepada orang lain.
Saya ingin tulisan saya menjadi jejak digital yang tak lekang waktu, yang bisa singgah di hati siapa saja yang membacanya. Jika suatu saat ada jiwa yang sedang letih, lalu menemukan secercah penghiburan dari kalimat yang saya tuliskan maka itu sudah cukup menjadi alasan bagi saya untuk terus menulis.
Saya percaya, setiap luka bisa melahirkan pelajaran berharga dan setiap kata yang ditulis dengan ketulusan mampu mengubah hati, sekecil apa pun itu.
Setiap kali menulis, saya seperti berdialog dengan diri sendiri. Saya bertanya, menjawab, mengurai benang kusut pikiran yang berbelit hingga akhirnya menemukan titik terang. Dari situ, saya belajar memahami diri, sekaligus memahami dunia yang lebih luas.
Menulis adalah proses merangkai kata untuk menggambarkan rasa yang kadang terlalu sulit diucapkan. Ia memberi saya ruang aman untuk menjadi autentik, untuk jujur pada perasaan, tanpa takut dihakimi.
Lebih jauh lagi, menulis adalah jembatan. Ia menghubungkan pengalaman pribadi dengan hati orang lain. Saya percaya, setiap orang memiliki kisah yang layak dibagikan dan dari kisah itu akan selalu lahir inspirasi bagi mereka yang sedang berjuang.
Dengan menulis, saya berharap bisa menemani orang lain yang mungkin sedang melalui jalan terjal yang sama. Menulis juga mengasah saya untuk lebih kritis dan analitis. Saya belajar mempertimbangkan berbagai sudut pandang, meramu argumen, dan menata pikiran agar lebih objektif.
Menulis melatih saya untuk terbuka, untuk mendengar, dan untuk memahami bahwa dunia tak hanya memiliki satu kebenaran tunggal. Dari situlah saya mengerti, menulis adalah bagian penting dari proses belajar seumur hidup.
Bagi saya, menulis bukanlah kegiatan sampingan yang bisa ditinggalkan. Menulis adalah jalan hidup. Ia membantu saya tumbuh, belajar, dan berbagi.
Setiap kata yang saya tuangkan adalah titipan harapan, seberkas cahaya kecil yang saya ingin bagikan kepada dunia. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Hal itulah yang membuat saya akan terus menulis.
***
Judul: Ketika Kata Menjadi Obat: Perjalanan Jiwa Seorang Penulis
Penulis: Binti Wasunah
Editor: Jumari Haryadi
Catatan:
Tulisan ini merupakan tugas menulis dari peserta Workshop Menulis Online “Dari Kata Menjadi Karya” secara daring yang diselenggarakan oleh Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kota Cimahi bekerja sama dengan Media Online Berita Jabar News dan Kampung Cendekia Kota Cimahi pada Minggu, 21 September 2025.