BeritaBerita Jabar NewsBJNSeni (Art)

Kembang Sepatu Sukses Gelar Pameran Tunggal Bertajuk “Tapak Merdeka”

BERITA JABAR NEWS (BJN), Jakarta, Senin (27/10/2025)  – Pelukis Setyo Purnomo yang dikenal dengan julukan “Kembang Sepatu” sukses menggelar pameran tunggal bertajuk “Tapak Merdeka”. Pameran yang berlangsung di Jakarta pada Jumat, 17 Oktober 2025, pukul 16.00 WIB ini dibuka oleh Direktur Seni Rupa dan Pertunjukan, Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenkraf RI), Dr. Dadam Mahdar, S. Sos,. M. Hum.

Pameran ini semula akan berlangsung dari tanggal 17-26 Oktober 2025 ini kemudian diperpanjang hingga 1 November 2025. Masyarakat umum dapat menyaksikan pameran ini setiap hari pada pukul 09.00-21.00 WIB di  Amuya Gallery, Jln. Angkasa 1, Blok B16, Kav. 4, Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Tapak Merdeka
Flyer pameran lukisan tunggal Kembang Sepatu bertajuk “Tapak Merdeka” – (Sumber: Kembang Sepatu)

Pembukaan pameran tunggal Kembang Sepatu ini dihadiri oleh para seniman beserta suami/istri dan anak-anaknya, pecinta seni, birokrat, dan beberapa tamu undangan, di antaranya Komjen. Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M. Si.,  Kepala Lem Diklat Polri selaku Pembina Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN).

Pemeran tunggal Tapak Merdeka ini dibuka oleh Dr. Dadam Mahdar S.Sos., M.Hum, Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dan dihadiri oleh para seniman yang bergabubg dalam Asosuasi Pelukis Nusantara (ASPEN) dan tamu undangan lainnya.

Dr. Dadam Mahdar S.Sos., M.Hum, Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Kemkrat RI saat membuka pameran - (Sumber: Kembang Sepatu)
Dr. Dadam Mahdar, S.Sos., M.Hum, Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Kemkrat RI saat membuka pameran – (Sumber: Kembang Sepatu)
Kembang Sepatu (Keenam dari kanan) berfoto bersama anggota ASPEN dan tamu undangan - (Sumber: Joko Dwiatmoko)
Kembang Sepatu (Keenam dari kanan) berfoto bersama anggota ASPEN dan tamu undangan – (Sumber: Joko Dwiatmoko)

Direktur Seni Rupa dan Pertunjukan Kemenkraf RI, Dr. Dadam Mahdar dalam sambutannya menyampaikan bahwa karya Kembang Sepatu lolos akselarasi Seni Rupa Indonesia (Seruin) Jakarta yang nantinya akan dijadikan art merchandise oleh Kemenkraf RI.

Dr. Dadam Mahdar S.Sos., M.Hum, Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia saat menyampaikan kata sambutannya - (Sumber: Kembang Sepatu)
Dr. Dadam Mahdar S.Sos., M.Hum, Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia saat menyampaikan kata sambutannya – (Sumber: Kembang Sepatu)

Dalam surat bernomor : B/SD/16/EP.02/D.2.5/2025 tertanggal 6 Oktober 2025 yang dikeluarkan oleh Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Deputi Bidang Kreativitas Budaya Dan Desain, disana disebutkan terdapat empat orang yang lolos seleksi Akselerasi Seni Rupa, di antaranya nama Setyo Purnomo (Kembang Sepatu).

Dalam rangkaian kegiatan pameran tunggal “Tapak Merdeka” tersebut terdapat kegiatan drawing competition untuk pelajar SMP dan SMA se Jabodetabek yang dilaksanakan pada Minggu, 19 Oktober 2025. Bertindak sebagai juri dalam ajang tersebut adalah A. Dimas Aji Saka ─ Ia dikenal sebagai kurator di Amuya Gallery.

Pengantar dari Kurator

Pameran tunggal “Tapak Merdeka” ini dikuratori oleh A. Dimas Aji Saka. Menurut Dimas, ada sesuatu yang sangat manusiawi dalam cara Kembang Sepatu dalam memandang dunia yaitu sederhana, tetapi tidak pernah dangkal.

“Ia mengajak kita menunduk, menatap ke bawah, ke arah sesuatu yang sering terabaikan: sandal jepit,” ungkap Dimas, “Dari benda remeh itu, ia merangkai kisah besar tentang perjalanan, keteguhan, dan kebebasan,” tambahnya.

Menurut pandangan Dimas, dalam setiap karya, sandal jepit menjelma menjadi simbol perjalanan hidup yang tidak selalu mulus. Retak-retak pada solnya, seperti peta kehidupan. Menandai persimpangan antara harapan dan kenyataan, antara individu dan masyarakat, antara tubuh dan tanah yang dipijaknya.

Kembang sepatu (paling kiri) dan keluarga bersama Dr. Dadam Mahdar (kedua dari kanan), Direktur Seni Rupa dan Pertunjukan, Kemenkraf RI di Amuya Gallery – (Sumber: nimadesriandani.wordpress.com)

“Kembang Sepatu mengubah keseharian menjadi renungan. Ia menafsirkan kembali makna ‘merdeka’, bukan sebagai kebesaran slogan, melainkan sebagai keberanian untuk terus melangkah, meski pelan, meski sepi, meski terluka,” ujar Dimas.

Kembang Sepatu (kiri) bersama Komjen. Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M. Si. Kepala Lem Diklat Polri selaku Pembina Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN) - (Sumber: Kembang Sepatu
Kembang Sepatu (kiri) bersama Komjen. Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M. Si., Kepala Lem Diklat Polri selaku Pembina Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN) – (Sumber: Kembang Sepatu)

Kurator Amuya Gallery ini mengatakan bahwa “Tapak Merdeka” adalah pameran yang berbicara dengan bahasa tubuh, jejak, langkah, dan sisa-sisa perjalanan yang menjadi cermin bagi perjalanan bangsa. Karya-karya yang diciptakan Kembang Sepatu bukan hanya berbicara tentang dirinya, tetapi juga tentang kita, tentang Indonesia yang selalu berproses dan terus mencari keseimbangan antara mimpi dan realitas.

“Dalam tangan Kembang Sepatu, sandal jepit menjadi puisi visual tentang kebebasan yang bersahaja. Ia mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati bukan tentang sampai di tujuan, tetapi tentang keberanian untuk terus melangkah, setapak demi setapak,” pungkas Dimas.

Apa Kata Sarnadi Adam

Maestro Pelukis Betawi yang juga merupakan Dewan Pakar Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN), Sarnadi Adam, turut memberikan pandangannya terhadap karya seni Kembang Sepatu. Menurut Sarnadi, dalam setiap garis, warna, dan simbol yang dituangkan, Kembang Sepatu menghadirkan sebuah cermin sosial yang tajam sekaligus puitis.

Kembang Sepatu
Salah satu karya Kembang Sepatu yang dipamerkan – (Sumber: Kembang Sepatu)

“Karyanya lahir dari perjumpaan langsung dengan denyut kehidupan masyarakat bawah: sendal-sendal yang ditempa kerasnya realitas, ditindas oleh sistem, dan suara-suara yang sering terpinggirkan,” kata Sarnadi

Dewan Pakar ASPEN tersebut menambahkan, Kembang Sepatu menyingkap lapisan-lapisan kehidupan yang kerap disembunyikan melalui sapuan kanvasnya: relasi timpang antara rakyat kecil dan hukum, juga jarak menganga antara kaum elit dengan masyarakat yang mereka wakili.

“Lukisan-lukisannya bukan sekadar dokumentasi visual, tetapi perlawanan halus terhadap ketidakadilan, serta undangan bagi kita untuk merenungkan: di manakah posisi kita dalam arus besar kehidupan sosial yang tak pernah seimbang ini?” ungkap Sarnadi setengah bertanya.

Menurut Maestro Pelukis Betawi ini, pameran tunggal “Tapak Merdeka” ini menjadi ruang bagi penonton untuk menyelami dunia yang mungkin sering terabaikan. Dengan bahasa rupa yang lugas dan penuh simbol, Kembang Sepatu mengajak kita masuk ke lorong-lorong realitas, di mana kehidupan masyarakat bawah berkelindan dengan hukum dan kekuasaan elit.

“Lebih dari sekadar pameran, ini adalah ajakan untuk melihat, mendengar, dan merasakan denyut nadi bangsa dari sudut pandang yang jarang mendapat sorotan cahaya,” pungkas Sarnadi.

Pandangan Zamrud Setya Negara

Dalam tulisan lepas berjudul “Jejak dan Konsistensi yang Tak Luruh”,  Zamrud Setya Negara ─ Sosok pria kelahiran 29 Agustus 1979 yang dikenal sebagi pelukis dan pegiat sketsa Indonesia (sketcher) ─ menyampaikan padangan pribadinya terhadap karya Kembang Sepatu yang dipamerkan di Amuya Gallery pada 17 Oktober 2025 sampai 1 November 2025.

Zamrud Setya Negara
Zamrud Setya Negara – (Sumber: Instagram)

“Ada langkah yang melaju bersama waktu. Namun, langkah itu tak pernah kehilangan arah. Langkah itu bernama Kembang Sepatu, “ ujar Zamrud

Menurut Zamrud, sejak 1995 untuk pertama kalinya Kembang Sepatu memasuki dunia seni rupa melalui pameran memperingati 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia bersama komunitas Garajas Bulungan. Dari momen itu, perjalanan panjangnya dimulai: penuh pencarian, ketekunan, dan kesetiaan terhadap nilai-nilai keseharian yang sering luput dari pandangan.

Tiga puluh tahun kemudian, dalam pameran tunggal keduanya bertajuk “Tapak-tapak: Menelusuri Jejak Keindahan dan Makna”, Kembang Sepatu kembali menapak, menyusuri ulang lintasan hidup dan gagasannya.

“Ia acapkali  memilih menghadirkan objek-objek sederhana di sekitaran sebagai bagian keseharian berupa benda, piranti, dan perkakas. Sebut saja: sandal, kerupuk, cangkul, dan berbagai benda akrab dalam kehidupan sehari-hari,” kata Zamrud.

Pada karya berjudul “Janji Suci”, Kembang Sepatu kembali memperlihatkan ketertarikannya pada benda keseharian sebagai simbol eksistensial. Sandal jepit yang dalam keseharian kerap dianggap remeh, diangkatnya menjadi lambang perjalanan batin manusia—khususnya wong cilik, rakyat kecil yang langkah-langkahnya sering terlupakan oleh narasi besar sejarah.

“Karya ini memberikan ruang untuk mengulas rangkuman cerita yang sarat dengan metafora dan paradoks. Sebuah pasangan sandal jepit berwarna putih dengan tali merah menjadi pusat perhatian di tengah bidang kanvas yang luas dan gelap. Latar hitam pekat menimbulkan kesan sunyi, seolah menyimpan ruang waktu yang hening, sementara semburat merah di bagian atas menghadirkan nuansa senja,” jelas Zamrud.

Di sisi atas tertera angka “31 8 2002”, yang memberi penanda waktu; mungkin tanggal yang memiliki arti personal, atau momentum sejarah yang meninggalkan jejak mendalam bagi sang perupa yang diikrarkan dalam diam.

Salah satu karya Kembang Sepatu yang dipamerkan - (Sumber: Kembang Sepatu)
Salah satu karya Kembang Sepatu yang dipamerkan – (Sumber: Kembang Sepatu)

Komposisi sederhana ini menghadirkan kedalaman emosional yang kuat. Sandal yang tampak seolah ditinggalkan menjadi simbol perjalanan, kepergian, dan kesetiaan sekaligus harapan. Ia bisa dibaca sebagai bentuk janji, mungkin kepada seseorang, mungkin kepada kehidupan itu sendiri—sebuah “janji suci” untuk terus berjalan, setia pada langkah, meski jalan di depan gelap tak tertebak.

“Bagi Kembang Sepatu, sandal bukan sekadar benda pakai; ia adalah lambang perjalanan dan perjuangan, jejak langkah rakyat kecil yang tetap berjalan meski tanah di bawahnya keras dan panas. Ia mewakili suara yang tak bersuara, perlawanan yang lembut terhadap ketimpangan dan ketidakadilan. Dalam kesederhanaannya, objek-objek ini justru memantulkan kejujuran dan kekuatan—nilai yang sering terlupakan dalam hiruk-pikuk modernitas,” tambah Zamrud.

Bagi Kembang Sepatu, pameran tunggal bertajuk “Tapak Merdeka” ini sekaligus menjadi kado ulang tahun ke-53 baginya—sebuah momen perenungan atas eksistensi, dedikasi, dan konsistensi dalam berkesenian.

“Ia menghadiahkan bukan sekadar karya, melainkan kesaksian hidup: bahwa seni dapat tumbuh dari debu, dari langkah kaki yang terus menapak, dari keseharian yang sederhana, tetapi penuh makna,” pungkas Zamrud.

Catatan Pustanto

Perupa, Asesor Seni, Konservator, dan Penggiat Seni, Pustanto turut menorehkan pikirannya terhadap karya Kembang Sepatu yang dipamerkan di Amuya Gallery, Jakarta. Ia memberi judul tulisannya dengan tajuk “Tapak-tapak: Menelusuri Jejak Keindahan dan Makna”.

“Itulah judul yang saya pilih untuk mengamati beberapa karya lukis Kembang Sepatu  dengan obyek sendal jepit di atas media kanvas yang sangat menarik. Karya-karya Lukis Kembang Sepatu menempatkan sebuah objek sederhana dalam keseharian—sendal jepit—sebagai medium ungkapan artistik dan refleksi budaya,” ujar Pustanto.

Sendal jepit, yang lazim dipakai oleh hampir semua lapisan masyarakat, pada umumnya tidak dipandang sebagai simbol prestise. Namun, di tangan Kembang Sepatu, objek ini diangkat menjadi tanda visual yang kaya makna, menghadirkan tafsir yang melampaui fungsi dasarnya sebagai alas kaki.

“Dalam perspektif semiotika Roland Barthes, objek sehari-hari dapat dimaknai sebagai mitos modern yang menyimpan lapisan makna ideologis. Sendal jepit, melalui representasi di atas kanvas, tidak hanya tampil sebagai benda biasa, melainkan juga sebagai simbol keterhubungan manusia dengan ruang sosial, ekonomi, dan budaya. Kehadiran sendal jepit dapat dibaca sebagai representasi kerendahan hati, kesederhanaan, sekaligus ketahanan masyarakat dalam menghadapi kerasnya realitas hidup,” ujar Pustanto.

Pustanto mengatakan bahwa Kembang Sepatu mengolah bentuk sendal jepit dengan medium cat di atas kanvas secara ekspresif. Goresan dan pilihan warna yang kuat menghadirkan kesan estetik yang menarik sekaligus menggugah. Dari segi formalisme, sebagaimana dijelaskan oleh Clement Greenberg, kualitas visual dalam seni modern terletak pada medium dan ekspresi itu sendiri. KS menegaskan hal ini dengan menjadikan sendal jepit bukan sekadar ilustrasi, tetapi sebuah “bahasa rupa” yang terbuka untuk ditafsirkan.

Salah satu karya Kembang Sepatu yang dipamerkan - (Sumber: Kembang Sepatu)
Salah satu karya Kembang Sepatu yang dipamerkan – (Sumber: Kembang Sepatu)

Lebih jauh, menurut Kembang Sepatu, karya ini dapat dipahami dalam konteks kritik sosial. Sendal jepit sering diasosiasikan dengan kelas bawah atau kehidupan rakyat jelata. Namun, ia justru dipakai oleh semua orang tanpa batas status. Kontradiksi ini dihadirkan Kembang Sepatu sebagai refleksi tentang kesetaraan, sekaligus sebagai kritik halus terhadap konstruksi sosial yang sering membeda-bedakan nilai manusia dari penampilan atau atribut. Di sini, lukisan tersebut berfungsi sebagai media “resistensi simbolik,” mengingatkan kita bahwa yang sederhana pun memiliki nilai budaya tinggi.

“Dalam kerangka estetika kontemporer, kebebasan berekspresi merupakan hak setiap perupa. Karya Kembang Sepatu menegaskan posisi seni sebagai ruang merdeka untuk menafsir, mengolah, dan menyampaikan gagasan. Lukisan ini bukan hanya soal sendal jepit sebagai objek visual, tetapi juga sebagai medium refleksi terhadap dinamika kehidupan, baik lokal maupun global,” jelas Pustanto.

Dengan demikian, Tapak-tapak: Menelusuri Jejak Keindahan dan Makna” hadir sebagai karya yang sarat makna, mengundang audiens untuk melihat ulang hal-hal sederhana di sekitar mereka, dan menilai kembali makna budaya yang terkandung dalam keseharian.

***

Judul: Kembang Sepatu Sukses Gelar Pameran Tunggal Bertajuk “Tapak Merdeka”
Jurnalis: Jumari Haryadi
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *