Ingatan
BERITA JABAR NEWS (BJN), Rubrik OPINI – Artikel “Ingatan” adalah karya tulis Febri Satria Yazid, seorang pengusaha, penulis, dan pemerhati sosial yang tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
“Jangan bangga dengan ingatan yang kuat, karena kau juga akan tersiksa ketika ingin melupakan peristiwa buruk yang mengganggu pikiranmu,” demikian quote yang ditulis oleh I Mustika Wayan di akun Instagram-nya.
Menjadi seorang dokter bukanlah cita-cita utama bagi Wayan Mustika. Namun, saat ia mengantarkan saudaranya yang sedang jatuh sakit untuk berobat, Wayan Mustika merasa terketuk pintu hatinya untuk menjadi seorang dokter.
“Awalnya saya ingin jadi insinyur. Namun, jelang Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), saya mengantar saudara berobat ke dokter dan harus membayar sekitar Rp 50 ribu untuk berobat. Dokter itu masih keluarga. Di situlah saya berpikir, ternyata berobat itu butuh uang meski dokternya saudara sendiri. Lalu mengapa saya tidak jadi dokter saja biar bisa mengobati orang secara gratis. Besoknya saat UMPTN saya pilih jurusan kedokteran,” ucap Wayan.
Belajar di dunia kedokteran ternyata membuat Wayan Mustika menemukan apa yang sebenarnya dicarinya selama ini, yaitu mengenali diri sejati. Ia merasa mempelajari ilmu kedokteran membuat dirinya banyak mengetahui bagaimana tubuh dan pikiran manusia yang mendorongnya untuk menulis buku sembari bekerja sebagai dokter.
Wayan Mustika pun mengaku tidak memahami proses yang dilaluinya selama menulis buku. Namun, ia mengaku semua buku yang ditulisnya adalah hasil dari pertanyaan kritis yang sudah lama menghantuinya. Hingga saat ini, Wayan Mustika sudah menerbitkan 11 buku. Semua proses penulisan buku tersebut ia lakukan di sela-sela kesibukannya sebagai dokter. Setiap ada waktu luang, Wayan Mustika selalu menyempatkan diri menulis.
Quote I Mustika Wayan di atas sejalan dengan kata bijak populer saat ini bahwa “kita menjadi bijak bukan oleh ingatan masa lalu, tetapi oleh tanggung jawab kita terhadap masa depan”. Mendorong kita untuk tidak hanya terpaku pada kesalahan masa lalu, tetapi juga untuk terlibat secara aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih baik melalui tindakan yang bertanggung jawab dan disiplin. Dengan demikian, ingatan yang kuat pada masa lalu tidak menjadi bumerang bagi diri kita dalam menatap masa depan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata “ingatan” adalah alat (daya batin) untuk mengingat atau menyimpan sesuatu yang pernah diketahui (dipahami, dipelajari, dan sebagainya). Ingatan berasal dari kata dasar “ingat”. Ingatan adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama, tetapi maknanya berbeda.
Efek negatif bagi seseorang yang memiliki daya ingat kuat terhadap peristiwa buruk pada masa lalu dapat menyebabkan stres emosional berulang. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya kecemasan, depresi, atau PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) terutama jika peristiwa tersebut merupakan pengalaman traumatis.
Ingatan yang terus-menerus tentang peristiwa buruk masa lalu juga memicu atau memperburuk kondisi seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres berlebihan dan sering kali membuat seseorang merasa bersalah atau menyesal atas tindakan atau keputusan yang telah diambil. Hal ini bisa menjadi beban emosional yang berat dan mengganggu kesejahteraan mental.
Terlalu sering mengingat peristiwa buruk masa lalu dapat mengganggu hubungan interpersonal. Seseorang mungkin menjadi tertutup atau defensif. Bahkan, mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat karena ketakutan akan terulangnya pengalaman buruk yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi orang yang cenderung terlalu banyak memikirkan, menganalisis atau mempertimbangkan suatu situasi, masalah atau keputusan dengan berlebihan sering kali menghasilkan kecemasan, stres, dan ketidakpastian yang tidak perlu.
Orang yang cenderung overthinking mungkin terjebak dalam lingkaran pikiran yang berputar-putar, mengulangi pertimbangan yang sama berulang kali tanpa kemajuan yang signifikan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Mereka mungkin merasa terancam atau takut untuk membuka diri kepada orang lain karena khawatir pengalaman buruk tersebut akan diungkit atau dijadikan bahan olok-olok oleh lingkungan keluarga, teman, maupun lingkungan masyarakat.
Ingatan terhadap pengalaman buruk masa lalu dapat menciptakan rasa ketidakpercayaan yang mendalam terhadap orang lain. Seseorang mungkin menjadi skeptis terhadap niat baik orang lain atau bahkan menjadi paranoid yang dicirikan oleh pola pikir atau perilaku seseorang yang dicirikan oleh kecurigaan atau keinginan yang kuat untuk melindungi diri dari kemungkinan bahaya atau kejahatan yang berlebihan.
Orang yang paranoid cenderung merasa curiga, tidak percaya, dan waspada terhadap orang lain atau situasi di sekitarnya. Bahkan, tanpa bukti konkret atau alasan yang jelas bahwa orang lain akan menyakiti mereka seperti yang dialami pada masa lalu.
Ingatan peristiwa buruk pada masa lalu dapat menyebabkan terjadinya trauma berupa ketakutan yang mendalam akan terulangnya pengalaman buruk tersebut. Hal ini bisa membuat mereka enggan untuk membentuk hubungan dekat dengan orang lain karena takut akan terluka atau disakiti lagi.
Kesulitan untuk mempercayai dan membuka diri kepada orang lain bisa muncul pada seseorang yang memiliki ingatan yang kuat terhadap peristiwa buruk di masa lalu yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang sehat dan memuaskan. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk mengekspresikan emosi mereka secara terbuka atau untuk membangun ikatan yang kuat dengan orang lain.
Jika seseorang terlalu banyak membawa beban emosional dari masa lalu ke dalam hubungan saat ini, dapat membebani hubungan tersebut. Seseorang mungkin menjadi lebih sensitif atau mudah tersinggung dan ini dapat menyebabkan konflik atau ketegangan yang tidak perlu dalam hubungan sosial.
Terlalu sering mengingat peristiwa buruk pada masa lalu dapat menciptakan hambatan-hambatan psikologis yang menghalangi kemampuan seseorang untuk membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal yang sehat dan berkelanjutan.
Agar segala efek negatif dari ingatan yang kuat terhadap peristiwa buruk masa lalu dapat dieliminir, dalam konteks ini, eliminasi dapat merujuk pada penghilangan pola pikir negatif, kebiasaan buruk, atau faktor lain yang dapat menghambat kemajuan menuju masa depan yang lebih baik.
Sebaiknya pikiran kita dapat mengiring diri ke arah positif seperti menjadikan hal tersebut sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan pribadi. Ini bisa memicu refleksi diri yang mendalam dan memotivasi seseorang untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupan mereka. Bisa juga memperkuat ketahanan mental seseorang. Ini memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik dan bertahan di bawah tekanan.
Kegiatan yang sebaiknya dilakukan oleh seseorang yang ingatannya begitu kuat terhadap peristiwa masa lalu agar bisa bangkit meraih masa depan yang lebih baik adalah dengan melakukan terapi psikologis. Terapi ini dapat membantu individu memahami dan mengatasi dampak emosional dari peristiwa traumatis masa lalu. Melakukan latihan meditasi yang dapat membantu seseorang mengembangkan kesadaran diri yang lebih dalam dan mendekatkan diri secara spiritual pada pencipta alam semesta.
Belajar untuk melihat peristiwa masa lalu dari sudut pandang yang berbeda dapat membantu meredakan kecemasan dan depresi. Melibatkan diri dalam aktivitas yang menyenangkan dan memberi kebahagiaan dapat membantu mengalihkan perhatian dari pikiran-pikiran negatif dan memperkuat kesejahteraan emosional, seperti kegiatan volunteer (relawan), pelatihan, kursus untuk keterampilan diri.
Menghindar dari situasi atau orang-orang yang dapat memicu ingatan terhadap peristiwa traumatis dapat membantu individu menghindari stres tambahan dan memungkinkan mereka untuk fokus pada pemulihan diri. Menulis jurnal atau mencatat pikiran dan perasaan dapat membantu individu memproses emosi mereka dengan lebih baik dan mengidentifikasi pola-pola pikiran yang tidak sehat. Proses pemulihan bisa memakan waktu dan memerlukan kesabaran, serta komitmen yang kuat.
Pengalaman pribadi yang selalu melekat dalam ingatan yang kuat dapat meningkatkan tingkat empati seseorang terhadap orang lain yang mengalami penderitaan serupa. Hal ini dapat membantu dalam memberikan dukungan dan pemahaman kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
Ingatan yang kuat pada peristiwa masa lalu yang buruk bisa meningkatkan harga diri seseorang. Ketika seseorang berhasil mengatasi tantangan atau kesulitan yang mereka hadapi, ini bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan diri.
Mengingat peristiwa buruk pada masa lalu bisa memiliki konsekuensi emosional yang kuat, baik positif maupun negatif. Penting bagi seseorang untuk mencari dukungan jika mereka merasa terlalu terbebani oleh ingatan tersebut dan untuk memanfaatkan pengalaman tersebut sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan pembelajaran. Dengan demikian, kebanggaan pada ingatan yang kuat, tidak lagi menjadi siksaan bagi diri karena berhasil disikapi dengan baik dengan pola pemikiran positif. Febri S.Y.)
***
Judul: Ingatan
Penulis: Febri Satria Yazid, pemerhati sosial.
Editor: JHK
Catatan:
Tulisan ini bisa juga Anda baca di blog pribadi penulisnya ”Febrisatriayazid.blogspot.com” dan atas seizin penulis diterbitkan kembali di BERITA JABAR NEWS (BJN).