Dunia yang Diburu
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Artikel “Dunia yang Diburu” karya Febri Satria Yazid , seorang pemerhati sosial yang tinggal di Kota Cimahi. Artikel ini juga tayang di blog pribadi milik penulis tersebut.
Pagi tadi saya menerima pesan melalui Whatsapp dari saudara senior saya, berupa kutipan yang disampaikan Syekh Hasan Al-Bashri Hasan yang lahir di Madinah pada 642 Masehi. Beliau adalah salah satu ulama dari kalangan tabiin, yaitu generasi setelah para sahabat. Disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Hadi Rahmathullah, Hasan al-Bashri meninggal pada usia 88 tahun, “Engkau mengejar dunia dan segala kenikmatannya, padahal dunia adalah hukuman bagi Nabi Adam.”
Pemahaman tentang dunia sebagai tempat hukuman setelah Nabi Adam melanggar perintah Allah adalah interpretasi yang berasal dari beberapa keyakinan agama tertentu. Ini adalah pandangan yang berasal dari berbagai tradisi agama dan memiliki nilai penting dalam konteks kepercayaan agama tersebut.
Dalam banyak tradisi agama, termasuk Islam, Kristen, dan Yahudi, cerita tentang Nabi Adam dan Hawa melanggar perintah Allah di taman surga dan diusir ke dunia ini memang ada. Menurut narasi tersebut, penderitaan dan tantangan yang kita hadapi di dunia ini dianggap sebagai konsekuensi dari pelanggaran tersebut.
Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah keyakinan agama dan ada banyak pandangan dan interpretasi yang berbeda di antara berbagai aliran dan individu dalam agama-agama tersebut. Banyak orang memiliki pemahaman yang berbeda tentang hubungan antara manusia, Allah, dan dunia yang kita tempati.
Terlepas dari keyakinan dan pandangan tersebut di atas, ada baiknya kita untuk memikirkan kedewasaan dan kebijaksanaan dalam memanfaatkan waktu yang kita jalani dalam kehidupan di dunia ini agar tidak menjadi sia-sia, apalagi yang berkeyakinan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan di sini kita mempersiapkan “bekal” untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Kata bijak yang populer “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang maka akan hilang pula sebagian dirimu”, mempunyai makna bahwa jika satu hari berlalu tanpa dimanfaatkan dengan baik maka sebagian potensi atau peluang dalam kehidupan juga hilang bersamanya. Dengan kata lain, setiap hari adalah kesempatan bagi kita untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi dalam kehidupan. Jika kita tidak memanfaatkan hari-hari tersebut maka sebagian dari potensi dan kesempatan tersebut akan terbuang begitu saja.
Pesan ini mendorong manusia untuk menghargai waktu dan hidup dengan penuh kesadaran akan nilai setiap hari yang diberikan dan dilalui. Dengan memahami bahwa waktu adalah aset berharga, diharapkan kita akan lebih bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan ini dengan tujuan yang jelas dan penuh makna.
Beberapa sumber informasi yang dapat memberikan pemahaman umum tentang konsep “dunia yang diburu”. Dunia yang diburu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana sumber daya alam dan lingkungan hidup secara agresif dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia tanpa mempertimbangkan dampaknya. Ini sering terjadi ketika kebutuhan manusia terhadap sumber daya seperti air, pangan, energi, dan lahan bertentangan dengan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan.
Pendekatan ini dapat menyebabkan berbagai konsekuensi negatif, termasuk kehancuran ekosistem, kepunahan spesies, perubahan iklim yang lebih parah, kekurangan sumber daya alam, dan masalah sosial seperti ketidakadilan dan konflik terkait sumber daya. Dalam jangka panjang, eksploitasi yang tidak terkontrol dapat mengancam kelangsungan hidup manusia itu sendirikarena kita bergantung pada keseimbangan ekosistem yang sehat untuk menjaga kehidupan kita.
Untuk mengatasi dunia yang diburu, penting untuk mengadopsi pendekatan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap sumber daya alam. Hal ini melibatkan langkah-langkah seperti konservasi sumber daya, penggunaan energi, pertanian berkelanjutan, dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, serta mempromosikan kesadaran dan tanggung jawab lingkungan di kalangan masyarakat dan bisnis.
Ekonomi hijau atau “Green Economy“ adalah sistem ekonomi yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan alam dan sumber daya alam, sambil memaksimalkan manfaat ekonomi dan sosial.
Dalam ekonomi hijau, aktivitas ekonomi dan investasi difokuskan pada sektor-sektor yang mendukung pembangunan berkelanjutan, seperti energi terbarukan, pengelolaan air bersih, transportasi berkelanjutan, dan pertanian organik. Hal ini juga melibatkan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mempromosikan efisiensi energi, dan mendukung inovasi teknologi ramah lingkungan.
Pendekatan ini mengakui bahwa kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan adalah saling terkait dan harus diintegrasikan dalam proses pembangunan ekonomi. Ekonomi hijau berusaha untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial untuk generasi sekarang dan masa depan.
Dengan upaya kolektif dan kesadaran akan pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan, kita dapat bergerak menuju dunia yang lebih berkelanjutan di mana kebutuhan manusia dipenuhi tanpa merusak ekosistem yang mendukung kehidupan kita.
Frasa “dunia yang diburu” adalah ungkapan umum yang menggambarkan semangat dan tekad untuk mencapai tujuan atau meraih sesuatu yang diinginkan dengan sungguh-sungguh. Konotasi positif atau negatif dari frasa ini tergantung pada konteks dan cara penggunaannya dalam kalimat atau situasi tertentu. Dalam banyak kasus, hal ini bergantung pada tujuan atau objek yang “diburukan” dan apakah pencariannya dilakukan dengan cara yang etis atau tidak.
Makna Hadis “Bekerjalah untuk duniamu seakan kau hidup selamanya. Dan persiapkan akhiratmu seakan engkau akan mati esok” adalah nasehat yang mengajak seseorang untuk hidup dengan tekad dan semangat tinggi dalam mencapai tujuan atau cita-cita di dunia. Namun, juga tetap mempersiapkan diri untuk akhirat dengan sungguh-sungguh.
Dengan kata lain, pernyataan tersebut mendorong untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan baik di dunia, tetapi juga tidak melupakan persiapan untuk kehidupan setelah kematian (akhirat). Nasehat ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta mengingatkan bahwa keduanya memiliki nilai dan urgensi masing-masing. (Febri S.Y.)
***
Judul: Dunia yang Diburu
Penulis: Febri Satria Yazid, pemerhati sosial.
Editor: JHK
Catatan:
Tulisan ini bisa juga Anda baca di blog pribadi penulisnya ”Febrisatriayazid.blogspot.com” dan atas seizin penulis diterbitkan kembali di BERITA JABAR NEWS.
Pingback: Tak Paham Nota Kesepahaman -